NovelToon NovelToon
Perfect Vs Casual

Perfect Vs Casual

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Dosen
Popularitas:7.1k
Nilai: 5
Nama Author: Izzmi yuwandira

Apa jadinya jika impian mu hancur di tangan orang yang paling kamu benci, tapi juga tak bisa kamu hindari?

"Satu tesis gagal, Karena seorang dosen menyebalkan, Semua hidup ku jadi berantakan"

Tapi siapa sangka semuanya bisa jadi awal kisah cinta?

Renatta Zephyra punya rencana hidup yang rapi: lulus kuliah, kerja di perusahaan impian, beli rumah, dan angkat kaki dari rumah tantenya yang lebih mirip ibu tiri. Tapi semua rencana itu ambyar karena satu nama: Zavian Alaric, dosen killer dengan wajah ganteng tapi hati dingin kayak lemari es.

Tesisnya ditolak. Ijazahnya tertunda. Pekerjaannya melayang. Dan yang paling parah... dia harus sering ketemu sama si perfeksionis satu itu.

Tapi hidup memang suka ngelawak. Di balik sikap jutek dan aturan kaku Zavian, ternyata ada hal-hal yang bikin Renatta bertanya-tanya: Mengapa harus dia? Dan kenapa jantungnya mulai berdetak aneh tiap kali mereka bertengkar?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Izzmi yuwandira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 23

Renatta tiba di sebuah kafe kecil di pinggir danau. Tempat itu sunyi dan tenang, hanya ada beberapa pengunjung yang duduk menikmati pemandangan. Angin semilir membuat rambutnya sedikit berantakan, dan aroma kopi bercampur udara lembap menyeruak di udara.

Bastian berdiri di sana, mengenakan kemeja abu-abu yang dilipat sampai siku. Rambutnya sedikit berantakan tertiup angin, namun Tatapannya serius. Renatta tersenyum tipis.

"Ren… makasih ya kamu udah mau datang."

Renatta mengangguk kecil dan duduk di hadapannya. Sejenak hanya keheningan yang memisahkan mereka.

"Tadinya aku pikir kamu nggak mau ketemu sama aku lagi. Aku udah mikir banyak, Ren. Tentang malam di restoran itu. Tentang caraku menyikapi semuanya. Aku sadar aku... nyakitin kamu.”

Renatta menatap Bastian, ekspresinya tenang tapi tak sepenuhnya lunak.

“Aku nggak marah lagi, Bas. Tapi waktu itu… kamu benar-benar bikin aku merasa kecil. Seolah perasaan aku nggak penting.”

Bastian menunduk, jemarinya mengusap bibir cangkir kopinya yang masih mengepul.

“Kamu benar. Aku terlalu egois, terlalu fokus pada apa yang aku pikir ‘harus’ aku lakukan, sampai lupa… menikah bukan cuma soal waktu dan rencana, tapi tentang kesiapan, kamu punya banyak mimpi yang harus kamu lakukan, seharusnya aku dukung itu, tapi aku malah ngatain yang nggak seharusnya aku katakan."

Renatta diam. Angin bertiup lebih dingin.

"Kamu tau kan ren? Aku sama hal nya dengan kamu, aku sayang banget sama kamu Ren. Bukannya aku nggak mau nunggu kamu berproses sama semua cita-cita kamu itu, ya tapi kamu juga tau kan gimana orang tua aku. Mereka ingin kita segera menikah"

“Aku nggak akan maksa kamu. Aku cuma mau bilang… aku masih ingin menikah sama kamu, tapi aku tahu kamu butuh waktu. Dan aku siap nunggu. Selama yang kamu butuh.”

Renatta terdiam beberapa saat sebelum akhirnya tersenyum kecil.

“Makasih banyak Bastian, karena kamu udah mau ngertiin aku...”

Bastian tersenyum lega, walau masih menyimpan ragu. Ia berdiri, lalu mengulurkan tangan.

“Ayo, aku mau ajak kamu ke suatu tempat.”

“Kemana?”

“Percaya aja. Aku nggak akan culik kamu kok.”

Dengan ragu, Renatta menyambut uluran tangannya.

Mereka berjalan kaki menuju tepian danau. Di bawah pohon besar yang rindang, Bastian menyiapkan kejutan kecil selimut tipis yang dibentangkan di atas rumput, dua cup cokelat hangat, dan sekotak kecil berisi macarons, camilan favorit Renatta.

“Kamu nyiapin semua ini?”

“Yaap. Aku tahu kamu suka cokelat, dan makanan manis. Jadi aku pikir... kenapa nggak sekalian bikin hari ini jadi lebih manis?”

Renatta duduk di atas selimut, sedikit tersenyum. Bastian duduk di sampingnya, tak terlalu dekat, tapi cukup membuat jarak itu terasa hangat.

“Waktu pertama kali aku jatuh cinta sama kamu, itu karena kamu punya cara melihat dunia yang beda. Kamu nggak pernah takut untuk bilang apa yang kamu rasain. Aku terlalu sering ngumpetin semuanya, makanya aku kagum.”

Renatta memandangi danau yang tenang.

“Kamu memang selalu bisa buat aku luluh. Kamu yang paling tau tentang aku. Cuma butuh tragedi buat kamu sadar”

Bastian tertawa pelan.

“Mungkin. Tapi kalau hasilnya bikin aku jadi lebih ngerti kamu… aku bersyukur.”

Renatta menoleh, menatap Bastian sebentar.

“Aku nggak tahu gimana ke depannya. Tapi… hari ini, aku senang kamu ada.”

Bastian tersenyum, tulus. Ia tak berkata apa-apa. Hanya duduk di sana, bersama Renatta, menikmati waktu yang perlahan berganti malam dengan sedikit harapan yang kembali menyala di antara mereka.

***

Senja mulai turun perlahan, menggantikan terik yang sejak siang menggantung di langit. Di teras rumah Renatta, suasana mulai berubah muram. Satu per satu wajah teman-temannya menunjukkan tanda-tanda kebosanan dan keheranan.

Arya duduk di tangga sambil memeluk kantong belanja yang sudah mulai mengembun. Di dalamnya ada ayam, sayuran, dan bumbu-bumbu yang sedianya akan dimasak bersama sore ini. Mira setengah merebahkan tubuhnya di kursi panjang, matanya mulai sayu. Sela berdiri di dekat pagar sambil sesekali menengok ke arah jalan, berharap-harap cemas Renatta segera muncul.

Zavian duduk paling tenang di antara mereka. Tapi siapa pun bisa melihat ia beberapa kali melirik jam tangannya dengan ekspresi yang tak bisa sepenuhnya disembunyikan sebuah perpaduan antara gelisah dan kecewa yang disimpannya rapat-rapat di balik wajah datarnya.

"Kalian yakin kita janjian jam segini, kan? Bukan salah paham tanggal atau tempat?"

"Yakin banget. Dia sendiri yang bilang hari ini pulang cepat dan kita bisa kumpul di sini. Gue bahkan udah mampir ke pasar sepulang kuliah cuma buat beli ini semua. Liat nih... Masa dilepeh gitu aja?"

Arya mengangkat kantong belanjanya dengan ekspresi nelangsa.

Mira mengusap matanya.

"Gue udah nahan tidur lho, padahal semalam begadang. Kirain bakal seru masak-masak ramean, eh malah kayak begini. Sekarang nungguin Renatta kayak nunggu jemputan anak TK.""

"Kalian sudah hubungi?" tanya Zavian.

"Udah aku telepon beberapa kali pak, enggak diangkat. WA juga cuma centang dua, tapi nggak dibales."

"Dia lagi di jalan kali? Atau ketiduran?"

"Mungkin." Suara Zavian terdengar datar. Ia kembali menatap layar ponselnya, lalu menyelipkannya ke saku jas.

"Kalau memang ada halangan, setidaknya mengabari. Waktu itu hal berharga. Kita semua menyesuaikan jadwal untuk ini. Janji adalah janji. Kalau ada perubahan, seharusnya dia memberi kabar. Minimal satu pesan" Lanjut Zavian.

"Itu dia, pak dosen mode on" bisik Arya.

"Eh Pak Zavian, sabar dong... Mungkin Renatta lagi ada urusan mendadak?"

"Iya, mungkin dia ketemu keluarga atau disuruh sesuatu. Tapi tetap aja aneh sih. Dia biasanya paling cerewet kalau mau ngumpul."

"Bisa jadi sinyalnya jelek, atau dia lupa bawa HP? gue sih positif thinking."

Sela menghela napas.

"Kalau dia pulang dan ngeliat kita masih duduk di sini, harusnya dia langsung beliin kita boba seember sih."

Zavian hanya diam, lalu berdiri dan berjalan ke arah pagar, menatap kosong ke ujung jalan. Ia tidak menunjukkan emosinya, namun jelas ada kekecewaan yang tertahan. Meski wajahnya tetap tenang, sesungguhnya dalam hati ia merasa sedikit tersinggung. Bukan hanya karena Renatta tak menepati janji, tapi juga karena ia tidak tahu kenapa Renatta tak muncul dan entah kenapa, ketidaktahuan itu terasa... mengganggu.

Zavian bergumam pelan, hampir seperti bicara pada dirinya sendiri.

"Dia bukan tipe yang lupa begitu saja…"

Ketiganya saling bertukar pandang saat mendengar ucapan Zavian, tapi tak satu pun bisa menebak maksud sebenarnya dari nada suara pria itu.

Sore pun perlahan berubah menjadi malam. Lampu-lampu jalan mulai menyala, tapi Renatta masih belum juga pulang.

***

1
Nur Adam
l njur
Riyuriyus
semangat yaa kakakk,sukses trs
Nurul Fitria
Owalah Renatta /Determined//Determined//Determined/
Nurul Fitria
Wkwk lucu banget kakek dan Renatta /Facepalm//Facepalm/
minwoo
kasihan banget mereka, si Renatta nih nyebelin banget
minwoo
Mantap pak /Hey/
minwoo
Bacottt kauuu bastian
minwoo
Ihhh ngapain sih ketemu sama Bastian lagi /Puke/ sumpah gak suka bangeeeettt /Cry/
minwoo
Seruu banget ceritanya Thor, lanjut dehh/Tongue/
minwoo
Haaa mau yg kayak pak Zavian juga donggg /CoolGuy//Scream//Scream/
minwoo
Lahh ternyata kakek nya pak Zavian /Facepalm//Facepalm//Facepalm/ bisa kali kek dijodohin
Kim nara
Sedih y nasib renata semangat ren
Nur Adam
lnjut
Nurul Fitria
Lanjut Thor... ❤️❤️❤️
audyasfiya
Lanjut author lanjutt... seru nih ceritanya hehehe
minwoo
Suka banget sama chemistry pak zavian dan Renatta... gemes banget /Grin//Grin//Grin//Grin//Grin/
Sasya
wkwk lucu banget, semangat update nya Thor ❤️❤️❤️❤️
audyasfiya
Renatta bisa-bisa nya 🤣🤣🤣🤣
audyasfiya
Pengen punya pacar dosen deh 🤣🤣🤣
Lorenza82
Pak zaviannya nih kadang cuek, kadang dingin, kadang perkataan nya nyelekit, tapi dia lucu juga, perhatian sama Renatta 😂😂😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!