NovelToon NovelToon
PUSAKA NAGA API

PUSAKA NAGA API

Status: sedang berlangsung
Genre:Perperangan / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Ilmu Kanuragan
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Fikri Anja

Dirga. Dia adalah pemuda lupa ingatan yang tak pernah bermimpi menjadi pendekar. Tapi ternyata Dewata berpikiran lain, Dirga ditakdirkan menjadi penyelamat Bumi dari upaya bangsa Iblis yang menjadikan Bumi sebagai pusat kekuasaannya. Berbekal pusaka Naga Api yang turun dari dunia Naga, dia berkelana bersama Ratnasari memberantas aliran hitam sebelum melawan Raja Iblis.

Lalu bagaimana akhir kisah cintanya dengan Ratnasari? Apakah Dirga akan setia pada satu hati, ataukah ada hati lain yang akan dia singgahi? Baca kisah selengkapnya dalam cerita silat Nusantara, Pusaka Naga Api. ikuti kisah Dirga hanya ada di disni wkwk. kalau ada kesamaan atau tempat author minta maaf mungkin hanya sekedar sama aja cerita nya mungki tidak, ikuti kisahnya dirga

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fikri Anja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 5

Dirga memeriksa sekujur tubuhnya. Semuanya masih utuh dan tidak ada luka sama sekali. Selain itu, dia juga tidak merasakan sakit sedikitpun meski tubuhnya sudah mendarat dengan begitu keras.

Dirga terkekeh pelan sambil menatap Sarwana. "Ternyata kau tidak berbohong, Sarwana. Lumut Tundra sudah membuat tulangku begitu kuat," ucapnya seraya menggelengkan kepalanya.

"Aku tidak mungkin berbohong kepadamu, Dirga. Sekarang ikutlah denganku ke suatu tempat!" ajak Sarwana.

Dirga mengangguk. Dia sudah punya percaya dengan sosok kera besar yang juga adalah raja para penghuni jurang Panguripan.

Mereka berdua berjalan menyusuri tempat yang dipenuhi oleh begitu banyak lumut Tundra yang tumbuh subur di dalam jurang yang lembab itu.

Bagi Dirga, jurang Panguripan bagaikan surga dunia yang diimpikan begitu banyak pendekar. Di dalam jurang ini, dia yang awalnya bahkan tidak punya hasrat sama sekali untuk mempelajari ilmu Kanuragan, seolah mendapat berkah yang begitu besar.

Menurutnya, Lumut Tundra adalah jaminan dia akan menjadi seorang pendekar ke depannya. Meski dia belum tahu bagaimana Sarwana akan melatihnya mempelajari ilmu Kanuragan.

Beberapa saat lamanya, mereka berdua akhirnya tiba di sebuah tempat yang jauh berbeda dengan kebanyakan tempat di dalam jurang Panguripan tersebut. Tempat itu memang masih tetap lembab seperti yang lain, tapi tidak ada lumut Tundra ataupun pohon besar maupun kecil yang tumbuh. Hanya ada sebatang pohon kecil berdaun lebat yang tumbuh menaungi sebuah tumpukkan batu sepanjang hampir dua meter.

"Kita ke sana!" Sarwana menunjuk tumpukan batu yang dilihat Dirga.

Mereka kembali berjalan beriringan, hingga kemudian berhenti tepat di samping tumpukan batu tersebut.

"Di sinilah aku mengubur jasad mendiang sahabatku lebih dari 100 tahun yang lalu. Dan sejak kematiannya, tidak pernah ada satupun lagi manusia yang menginjak tanah jurang Panguripan ini, hingga akhirnya rakyatku menemukanmu dalam keadaan pingsan di dekat gua untuk menuju ke atas," ucap Sarwana lirih. Kedua bola matanya menatap nanar tumpukan batu tempat jasad sahabatnya dikubur.

"Apa kau tahu kenapa sahabatku bisa mati?"

lanjut Sarwana.

"Karena nyawanya terlepas dari badan," jawab Dirga singkat tanpa berpikir panjang.

Sarwana mendelik menatap Dirga yang tak merasa bersalah dengan jawabannya. "Sudah sejak lama jika makhluk hidup itu mati karena nyawanya terlepas dari raga. Maksudku sebabnya apa dia meninggal?"

"Kau ini aneh, Sarwana. Aku kenal saja tidak, tapi kau bertanya kepadaku apa sebab musabab sahabatmu itu meningggal," balas Dirga.Sarwana terkekeh pelan. Dia merasa ucapan Dirga ada benarnya juga. "Dia meninggal karena sakit. Yang membuatku menyesal sampai sekarang, aku tidak bisa memaksanya untuk memakan lumut Tundra seperti yang kau lakukan tadi. Andai dia mau memakannya, mungkin saja dia masih hidup sampai sekarang." ucapnya penuh penyesalan.

"Kenapa dia tidak mau memakannya? Bukankah enak bisa hidup panjang?" Tiba-tiba saja Dirga berhenti berbicara untuk beberapa saat.

"Apa kau tadi bilang jika memakan lumut itu akan bisa berumur panjang?" Raut wajah Dirga terlihat begitu kebingungan.

"Memang benar. Aku dan rakyatku bisa berumur ratusan tahun karena biasa memakan lumut Tundra. Dan aku harap kau juga untuk memakannya agar bisa berumur panjang seperti aku," jawab Sarwana.

"Lalu kenapa sahabatmu itu bisa meninggal?

Apa dia sakit atau bagaimana?"Sarwana menghela napas berat. Wajahnya terlihat suram untuk beberapa saat, karena teringat dengan sahabatnya. "Dia meninggal karena luka-luka yang dialaminya akibat pertarungan. Aku menemukannya sudah meninggal, tepat di tempat rakyatku menemukanmu."

"Itu bukan salahmu, Sarwana. Dia mungkin sudah memilih untuk hidup selayaknya manusia biasa. Bisa sakit dan juga meninggal."

"Memang benar, Dirga. Sebagai seorang pendekar, dia pastinya akan bisa saja bertemu masalah setiap saat. Jauh hari sebelum dia meninggal, aku sudah memintanya berulang kali untuk memakan lumut Tundra. Dan jawabannya sama persis dengan yang kau katakan tadi. Dia ingin hidup sebagai manusia biasa, yang bisa sakit dan juga mati."

Dirga mengangguk-anggukkan kepalanya. Dia bisa memahami kesedihan yang ada di pikiran Raja kera tersebut.

"Lalu tujuanmu apa mengajakku kemari?" tanya Dirga.

Sarwana tidak menjawab. Dia berjalan maju semakin dekat dengan tumpukan batu. Setelah itu, tangannya sibuk membongkar tumbukan batu dan kemudian mengambil sebuah kitab yang tersimpan di dalamnya.

Dipandanginya kitab tebal itu dengan cukup lama, sebelum memberikannya kepada Dirga. "Ambillah kitab ini dan pelajarilah isinya. Kau cukup menghapalkan setiap gerakan yang ada di dalamnya, dan selebihnya aku akan membantumu!"

Dirga meraih kitab pemberian Sarwana.

Dibacanya tulisan yang terdapat di sampul kitab berwarna kuning tersebut dan kemudian membuka halaman demi halaman yang ada di dalamnya.

"Begitu banyak gerakan di dalam buku ini, apa aku bisa menghapalkannya?" ucapnya bertanya, setelah menutup kembali kitab tersebut.

"Setiap keinginan jika didasari dengan niat yang kuat, tidak mustahil akan bisa tercapai. Kau hanya perlu menggunakan pikiranmu untuk menghapalkannya. Setelah kau hapal semua gerakan yang ada di dalam kitab itu, aku akan mengajari dasar ilmu Kanuragan kepadamu," jawab Sarwana berusaha meyakinkan Dirga.

Dalam hati kecilnya, dia berharap pemuda tampan itu akan meneruskan tongkat estafet jurus yang dimiliki mendiang sahabatnya tersebut.

Dirga sedikit bingung. Di dalam kitab yang tadi dibukanya, sekilas dia melihat ada dua jurus yang menggunakan pedang sebagai senjatanya. Sedangkan dia tidak memiliki sebilah pun pedang untuknya berlatih.

Tapi pemuda tampan itu tidak hendak bertanya lebih jauh. Baginya, berlatih tanpa menggunakan pedang pun masih bisa dia lakukan dan menggantinya dengan ranting kayu.

Seolah menjawab pertanyaan di dalam hari Dirga, Sarwana membongkar kembali tumpukan batu dan kemudian mengambil sebilah pedang bersarung warna kecoklatan.

"Ini pedang yang dulu digunakan oleh sahabatku. Kau boleh memilikinya dan menggunakannya selama kau masih membutuhkan. Jika kau sudah punya penggantinya, berikan lagi kepadaku," ucapnya sambil memberikan pedang itu kepada Dirga.

Pemuda tampan bertubuh tegap itu tersenyum dengan jawaban dari pertanyaan yang baru saja terlintas di pikirannya. Entah itu suatu kebetulan semata atau memang Sarwana bisa membaca pikirannya, dia tidak tahu.

Setelah menata kembali kuburan batu tersebut, mereka akhirnya kembali menuju pondok Sarwana yang berada di atas pohon.

Selama beberapa hari, selain untuk buang air besar, Dirga tidak keluar sama sekali dari pondok kayu tersebut. Segala kebutuhan dia selama menghapalkan semua gerakan di dalam kitab, dipenuhi oleh Sarwana.

Untuk menghilangkan rasa jenuh dan bosan dengan lumut Tundra yang rasanya hambar, Sarwana memberi perintah kepada rakyatnya untuk mencari buah-buahan yang sekiranya bisa dimakan dan diberikannya kepada Dirga.

Pemuda tampan itu sebenarnya tidak mempermasalahkan tentang hal sekecil itu, tapi Sarwana ternyata punya pikiran lain, dia tahu jika Dirga baru saja berada di tempat itu dan membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan di bawah, yang tentunya berbeda jauh dengan di kehidupan manusia.

Waktu berlalu begitu cepat. Dan dua minggu adalah waktu yang dibutuhkan Dirga untuk menghapalkan semua gerakan jurus yang ada di dalam kitab pemberian Sarwana. Setelah itu, dia keluar dari pondok dan melompat turun untuk menyegarkan pikirannya sebelum mulai berlatih.

1
Redy Ryan Little
Mantap
🥀⃟ʙʀRos🥀
ijin Thor agak aneh cerita Nusantara tapi nama naga nya punya eropa,kenapa gak nama nya mambang dewa, atau samba, ataupun jamunada,knp harus hydra knp gak sekalian dragon aja Thor 🙏🙏🙏
◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞༄⍟Mᷤbᷡah⁴_Atta࿐🥑⃟
Meluncur 2 gift 🌹 Lanjut Up Thor ✍️✍️💪💪
◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞༄⍟Mᷤbᷡah⁴_Atta࿐🥑⃟
Jooosss 👍👍
◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞༄⍟Mᷤbᷡah⁴_Atta࿐🥑⃟
Awal cerita sudah bagus 👍 Novel ini sampai Tamat dan konsisten Up setiap hari. 💪💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!