NovelToon NovelToon
Tanpa Cinta (Istri Kedua)

Tanpa Cinta (Istri Kedua)

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Romansa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Trilia Igriss

Tak pernah terpikirkan sebelumnya jika Aruna harus menikah setelah kehilangan calon suaminya 1 tahun yang lalu. Ia dengan terpaksa menyetujui lamaran dari seorang pria yang ternyata sudah beristri. Entah apapun alasannya, bukan hanya Aruna, namun Aryan sendiri tak menerima akan perjodohan ini. Meski demikian, pernikahan tetap digelar atas restu orang tua kedua pihak dan Istri pertama Aryan.
Akankah pernikahan tanpa cinta itu bertahan lama? Dan alasan apa yang membuat Aruna harus terjebak menjadi Istri kedua?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Trilia Igriss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7. Waktu bersama Alice

Sesuai anjuran, Aruna sudah bisa pulang setelah 3 hari Ia dirawat. Dan selama itu pula Gita tak ada menjenguk. Bahkan Ia mendengar jika Aryan dan Gita berselisih karena dirinya. Makanya, selama 2 hari ini Aryan tak lagi menampakkan dirinya di depan Aruna. Hal itu membuatnya merasa lega, Ia merasa kehadiran Bi Ima saja cukup untuk membuatnya tenang.

"Tanteee...." panggil seorang anak kecil dari dalam mobil di parkiran rumah sakit. Tepatnya ketika Aruna baru saja keluar dari lobby dan hendak memasuki mobil yang menjemputnya.

"Alice.." balasnya menyapa namun tak berniat menghampiri.

"Sudah kan ketemu tantenya? Sekarang pulang ya! Kasihan Oma kewalahan ngadepin kamu." Ujar Adnan dari ujung tangga lobby. Sontak saja Aruna menoleh pada lelaki itu yang ternyata tengah berjalan ke arahnya.

"Sebelumnya saya minta maaf, dari hari pertama sampai anda pulang, putri saya mengganggu anda terus." Imbuhnya ketika sudah berhadapan dengan wanita yang Ia pikir belum bersuami ini.

"Tak apa Dok. Memang wajar anak-anak begitu. Tapi, kalau boleh tahu, kenapa Alice selalu pergi sendiri atau dengan pengasuhnya saja?"

"Kebetulan Omanya sedang sakit di rumah. Jadi dia nekat pergi ke sini sendiri."

"Ibunya?" Mendengar pertanyaan ini, terlihat Adnan tersenyum lalu menoleh ke arah Aruna yang begitu penasaran.

"Sudah lama pulang." Jawabnya demikian.

"Ohh. Tapi kalau Dokter kerepotan, kenapa tidak diantarkan ke rumah Ibunya saja?" Kali ini, Adnan tiba-tiba tertawa dengan lepas lalu kembali menatap Aruna.

"Bisa ketakutan kalau Alice saya bawa ke kuburan." Sontak saja suasana berubah hening mendengar penuturan Adnan yang ternyata diluar dugaan. Aruna mendadak salah tingkah karena Ia tak menyangka jika ucapannya malah menjurus ke arah sana.

"Ma-maaf Dok. Saya tidak tahu." Ujarnya dengan suara pelan.

"Tak apa. Oh iya, namamu Aruna kan? Bisa minta nomor ponselnya?" Untuk menebus kesalahannya, Aruna mengangguk lalu memberikan apa yang diminta Dokter muda itu. "Terima kasih." Imbuhnya ditanggapi anggukan oleh Aruna sendiri. Ia pikir mungkin untuk urusan medis dan butuh jika nanti Alice ingin mengobrol dengannya.

"Kalau begitu, saya permisi Dok." Kali ini, Adnan yang tersenyum mempersilahkan Aruna pergi untuk beristirahat di rumahnya. Ia menghela nafas lega melihat kondisi pasiennya yang sudah lebih baik.

"Dadah Papa...." teriak Alice yang melambaikan tangan ketika mobilnya melaju. Ia sedikit heran mendapati sikap Alice yang terasa mendadak berubah. Namun Ia tak ingin berpikir yang tidak-tidak. Mungkin suasana hati Alice sudah membaik setelah bertemu dengan Aruna. Namun siapa sangka, Alice mengikuti Aruna sampai ke rumahnya.

"Loh Bu... itu bukannya..." kedua mata Aruna terbelalak menyadari siapa yang mengikutinya. Ia tak ingin Aryan mengetahui siapa Alice dan apa keperluannya.

"Alice ngapain ke rumah Tante?" Tanyanya panik meski dengan suara pelan.

"Alice mau main sama Tante.. boleh ya!" Rengeknya sehingga Aruna menoleh sejenak pada Bi Ima.

"Ya sudah tapi jangan di sini ya!" Ujarnya seraya membujuk. Tentu saja Bi Ima terlihat begitu keberatan meski Alice sangat senang.

"Bu... kalau Ibu tak istirahat, nanti--"

"Hanya sebentar Bi. Tak apa kan? Setelahnya aku akan pulang cepat." Sebagai Pelayan, Bi Ima tak bisa mencegah keinginan majikannya meski hal itu sangat beresiko. Namun melihat raut wajah Aruna yang sedikit senang akan kehadiran Alice, Ia hanya bisa membiarkan Aruna berlalu bersama anak kecil itu.

...----------------...

"Tante masih sakit?" Tanya Alice dengan tatapan polosnya. Aruna hanya menggeleng menyanggah pertanyaan Alice agar anak itu tak mengkhawatirkan dirinya. Anak sekecil ini sudah bisa berpikir dewasa, apakah ini efek dari kehilangan sosok ibu dan jauh dengan ayahnya?

"Kamu mau beli sesuatu?" Tanya Aruna sebelum mereka berpisah setelah lama mereka mengelilingi taman. Kali ini giliran Alice yang menggeleng dengan senyum terpancar di wajah riangnya.

"Aku mau peluk tante boleh?" Pintanya segera dituruti oleh Aruna. Anak itu terlihat bahagia ketika Aruna dengan lembut dan hangat memeluknya layaknya seorang ibu.

"Aku boleh panggil tante Mama?" Tanyanya lagi, jelas itu sebuah permintaan yang tak bisa Aruna turuti. Bagaimana jadinya jika Aryan tahu ada seorang anak yang memanggilnya Mama, sementara Ia belum memiliki anak dan bahkan ayah anak ini seorang duda.

"Jangan dulu ya. Nanti kalau sudah waktunya, kamu boleh panggil Tante dengan sebutan itu."

"Kapan, Tante?"

"Nanti kalau kita sudah sangat dekat."

"Kalau begitu kita bertemu setiap hari saja ya! Biar kita semakin dekat." Ucapnya begitu antusias. Hanya saja, Aruna tak bisa mengiyakan ucapannya kini. Ia tersenyum sendu melihat kebahagiaan Alice yang dirasanya sudah terlalu lama tak mendapatkan perhatian dari sosok ibu.

...----------------...

Setelah menghabiskan waktu bersama Alice, tentu saja Aruna bergegas pulang sebelum Aryan sampai di rumah lebih dulu. Ia memilih naik taksi karena tak ingin ketahuan jika meminta supirnya menjemput. Tepat ketika Ia turun di depan gerbang, terlihat sebuah mobil yang Ia kenali mulai memasuki pekarangan rumah. Tentu saja Aruna merasa terkejut mendapati pemandangan yang tak Ia duga.

"Kenapa Mas Aryan pulang ke sini?" Batinnya bertanya-tanya. Ia benar-benar tak berpikir jika Aryan akan pulang ke rumahnya. Dengan langkah kecil, Aruna mencoba mempercepat jalannya agar Aryan tak memarahinya. Mau bagaimana pun, Ia adalah seorang istri yang seharusnya menyambut kedatangan suaminya.

"Dari mana?" Tanya Aryan dengan sinis. Aruna menunduk dengan menahan nafasnya yang terengah akibat terlalu tergesa.

"Da-dari..."

"Aku tak peduli kau dari mana, yang jelas jangan macam-macam! Atau kau tahu akibatnya." Mendengar peringatan dari suaminya, Aruna memilih bungkam dan hanya mengangguk pelan agar amarah Aryan tak lagi meluap. Senyum yang semula tersirat, kini kembali pudar dan menghilang entah kemana. Benar, kehadiran Alice dan kebersamaannya yang singkat dapat membuatnya merasa berbunga. Tepat sebelum Ia memasuki rumah, ponselnya berdering sehingga Ia menahan langkah untuk mengikuti Aryan.

"Ha-hallo." Ujarnya menyapa terlebih dahulu. Ia tak tahu siapa yang menghubunginya karena nomornya tak dikenal.

"Aruna, ini saya Adnan. Papanya Alice." Mendengar nama Adnan, Aruna refleks melirik ke arah Aryan yang ternyata tengah memperhatikannya.

"Oh.. i-iya. Ada apa?" Tanyanya kembali. Ia tak tahu harus bertanya apa lagi karena merasa diintimidasi oleh Aryan dari dalam sana. Gegas Ia menghindar dan berbincang lebih jauh dari sosok Aryan yang mulai penasaran akan siapa yang menghubungi istri keduanya itu.

"Alice hanya ingin bermain saja, jadi saya temani." Sayup, namun masih terdengar apa yang Aruna ucapkan setelah Aryan mencoba mendekatinya.

"Alice? Siapa dia? Bukannya di sini Aruna tak mempunyai teman?" Batinnya mulai menerka. Ia mulai curiga dengan apa yang tengah Aruna sembunyikan darinya.

...-bersambung...

1
Siti Khoiriah
sakut banget ja aruna😭😭😭😭😭
Jumiah
menjadi istri ke2 bukan menyelesaikan masalah mallh menambah penderitaan .
berlipat lipat ,
memikiran gk masuk akal sehat..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!