NovelToon NovelToon
That'S My Girl

That'S My Girl

Status: tamat
Genre:Teen / Romantis / Tamat / Teen School/College
Popularitas:12.2k
Nilai: 5
Nama Author: widyaas

Dealova, gadis cantik dengan segala kesedihannya. Dipaksa menjadi orang sempurna membuat Lova tumbuh menjadi gadis yang kuat. Dia tetap berdiri saat masalah datang bertubi-tubi menghantamnya. Namun, sayangnya penyakit mematikan yang menyerang tubuhnya membuat Lova nyaris menyerah detik itu juga. Fakta itulah yang sulit Lova terima karena selama ini dia sudah menyusun masa depannya, tapi hancur dalam hitungan detik.

***

⚠️NOTE: Cerita ini 100% FIKSI. Tolong bijaklah sebagai pembaca. Jangan sangkut pautkan cerita ini dengan kehidupan NYATA.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon widyaas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7

Kaivan merebahkan tubuh Lova di atas ranjangnya. Lalu dia segera memeriksa kondisi Lova. Sedangkan, Lova hanya diam saja menatap wajah tampan kakaknya.

"Abang kenapa pulang?" Akhirnya Lova bersuara setelah lama terdiam.

"Kalau Abang gak pulang, kamu bisa habis dihajar Papa," jawab Kai.

"Aku nggak papa kok," balas Lova.

"Jangan terlalu sering pura-pura, De. Kamu manusia," tegas Kai.

Lova menghela nafas berat. Ia beralih menatap langit-langit kamar, lalu berkata, "Aku beneran gak apa-apa. Anak Papa itu harus kuat. Iya, kan?"

"Nggak usah dengerin apa kata papa," ujar Kai.

"Kamu ganti baju dulu. Malam ini tidur sama Abang," lanjutnya.

"Nggak usah. Aku tidur di kamar aja. Abang pasti capek, aku gak mau ganggu." Lova hendak beranjak, namun Kai segera menahan.

"Jangan bandel. Kamu gak kangen sama Abang? Katanya kalau Abang pulang, kamu mau peluk."

Lova menyengir, "Iya. Tapi bukan sekarang."

"Gak boleh nolak. Tunggu di sini, Abang ambil baju kamu dulu." Setelahnya Kai langsung pergi menuju kamar Lova.

Tak lama kemudian, Kai kembali. "Nih, ganti bajunya. Abang mau ke dapur bentar, mau ngambil minum." Kai menyerahkan baju tidur Lova.

Pada akhirnya Lova mengangguk patuh. Ia menatap punggung kekar kakaknya yang perlahan menjauh.

Sejenak Lova berpikir, bagaimana jadinya kalau Kai tidak datang tadi? Mungkin besok dia akan sakit hingga berhari-hari karena kedinginan.

"Untung aja masih ada Abang yang sayang sama gue," gumamnya.

Sebenarnya Lova memiliki dua kakak, satunya lagi perempuan, namanya Kalyana atau kerap disapa Kalya, tapi Lova biasa memanggil dengan sebutan 'Kak Yaya.'

Kalya bertugas di luar kota, bukan di rumah sakit keluarga mereka, melainkan rumah sakit umum yang cukup besar namanya. Tentunya dia jarang pulang juga.

Bedanya adalah, Kalya ini agak sinis dengan Lova. Dia cukup perhatian, tapi ada bumbu sinis nya yang tersemat di dalamnya hingga membuat Lova tak nyaman dan memilih bermanja pada Kai saja. Lova tidak tau betul apa yang membuat Kak Yaya nya seperti itu. Mungkin dulu tanpa sadar ia pernah melakukan kesalahan pada Kalya, hanya itu yang Lova pikirkan.

Setelah berganti baju, Lova bangkit menuju kamar mandi, dia berjalan sambil berpegangan pada dinding. Kakinya membiru karena bekas ditendang papanya tadi.

Di lantai dasar, tepatnya di ruang keluarga, Kai dan Vincent berdebat hebat sampai membuat Gea turun tangan.

"Sudah, Kai. Ini waktunya istirahat," tegur sang mama. "Lagi pula ada apa, sih?"

Kai menunjuk Vincent tanpa rasa takut, "Papa udah ngurung Dea di gudang, Ma. Dia juga pukul Dea!"

Gea menghela nafas, "Cuma masalah itu?"

Kai menatap tak percaya pada Gea. Sungguh, dia tak habis pikir dengan kedua orang tuanya ini.

"Cuma?" bisiknya. Miris sekali.

"Dea itu anak kalian. Kenapa Mama sama Papa tega sama Dea?!" bentak Kai.

Sebelumnya Kai tak pernah semarah ini. Ini semua karena Gea dan Vincent yang sudah keterlaluan.

"Itu hukuman karena nilai adik kamu turun, Kai! Kalau gak digituin, dia gak akan jera. Kamu mana paham masalah beginian!" balas Vincent sama kerasnya.

"Ada cara lain, Pa. Kenapa harus pukul dan kurung Dea di tempat kayak gitu?" Suara Kai melemah. Tatapan kecewanya sama sekali tak luntur.

"Udahlah, Kai. Mama sama Papa capek," sahut Gea.

"Ayo istirahat, Pa," lanjutnya dan langsung menarik tangan Vincent agar mengikutinya.

Kai menatap kepergian orang tuanya dengan tatapan campur aduk. Bagaimana caranya supaya mereka sadar? Padahal mereka adalah seorang dokter, tapi kenapa tega melukai anaknya sendiri?

****

Sepanjang jam pelajaran, Lova hanya diam dan lesu. Tidak seperti biasanya, bahkan teman sekelasnya merasa heran. Hari ini tidak ada teriakan Lova yang mengisi keributan.

"Lova, kalau kamu sakit istirahat aja, Nak." Untungnya ada ibu guru yang begitu sayang pada Lova, namanya Bu Tiwi, guru mata pelajaran fisika.

"Nggak, Bu. Saya cuma pusing biasa aja," jawab Lova sambil tersenyum tipis.

Tanpa mendengarkan ucapan sang murid, Bu Tiwi meminta Qyra si sekertaris kelas agar mengantar Lova ke UKS.

Karena terus dipaksa, pada akhirnya Lova menurut. Dia mengeratkan cardigan yang dia pakai agar hawa dingin tak menusuk kulitnya.

"Tunggu bentar, ya. Gue beliin teh panas sama nasi bungkus dulu," ucap Qyra.

Lova mengangguk, "Thanks, Ra," ucapnya tulus dan Qyra membalasnya dengan anggukan.

Lagi-lagi Lova bersyukur karena masih ada yang perhatian padanya. Ternyata dunia tak sejahat itu.

"Lova, ya?" Seorang dokter yang bertugas di UKS itu datang menghampirinya.

"Ehh i-iya, Bu," jawab Lova sedikit terkejut akan kemunculan dokter yang tiba-tiba.

"Saya periksa dulu, ya..."

Lova mengangguk patuh. Dia berbaring dan membiarkan si dokter memeriksa.

"Apa yang kamu rasakan?"

"Pusing aja, Bu. Tapi, ada rasa mual dikit."

Dokter mengangguk paham.

"Sepertinya kamu gak sarapan. Betul?"

Lova tersenyum tipis, "Iya. Tadi hampir terlambat, jadi gak sempat sarapan."

"Kamu punya maag. Sebaiknya harus selalu sarapan, ya. Jangan makan yang pedas-pedas juga."

"Baik, Bu."

Bu dokter tersenyum, "Nanti sebelum makan, minum obat ini dulu," ujarnya seraya menyerahkan satu tablet obat maag pada Lova.

"Makasih, Bu Dokter. Maaf ngerepotin," ucap Lova.

"Nggak apa-apa. Itu udah jadi tugas saya. Kalau begitu saya permisi dulu, ya. Semoga cepat sembuh, Lova," ucap Bu Dokter sungguh-sungguh.

Lova mengangguk sambil tersenyum manis.

****

Aksara sedang mengawasi para murid yang keluar di jam pelajaran. Tatapannya tertuju pada seorang gadis yang membawa nampan keluar dari arah kantin.

"Tunggu!" serunya dan segera menghampiri si murid itu.

Qyra berbalik menatap Aksara dengan tatapan gugup. Qyra termasuk siswi yang mengagumi Aksara. Memangnya siapa yang menolak visual setampan ini?

Biasanya Qyra hanya bisa mengagumi Aksa dari jauh, jadi dia agak grogi saat berada di dekat Aksa seperti ini.

"Ada apa ya, Pak?" tanya Qyra.

"Kenapa keliaran di saat jam pelajaran?" Aksa langsung bertanya.

"Oh, saya lagi beli makanan buat Lova. Dia sakit, sekarang ada di UKS," jawab Qyra.

Masih dengan wajah datar Aksa berkata, "Biar saya aja yang ngantar, kamu kembali ke kelas."

Qyra tak menolak, dia menyerahkan nampan yang dia bawa pada Aksa.

"Makasih, Pak. Maaf ngerepotin. Saya permisi," ucap Qyra sembari membungkuk, setelahnya dia segera pergi menuju kelas.

Aksa menatap nampan di tangannya yang berisi nasi bungkus dan teh panas.

"Dia bisa sakit juga?" Bibirnya tersenyum miring.

Tanpa menunggu lama, Aksa pun bergegas menuju UKS.

Lova memejamkan matanya tanpa tau seseorang telah masuk ke dalam ruangan.

Mendengar suara benda yang berbunyi, seketika Lova membuka matanya. Awalnya dia kira itu Qyra, namun saat melihat tubuh tegap Aksa, bibir Lova kembali mengatup.

"Saya seseram itu memangnya?" Aksa lebih dulu membuka suara.

Lova menggeleng, "Bukan cuma seram, Pak, tapi seram banget," jawab Lova.

Aksa menghela nafas, sudah dia duga.

"Kenapa Qyra tiba-tiba berubah jadi Bapak?" lanjut Lova. Dia menatap bingung ke arah Aksa.

"Kamu gak suka kalau saya yang datang?" Sebelah alis Aksa terangkat.

"Sedikit," jawab Lova, setelahnya dia menyengir.

"Kamu sakit? Tumben." Aksa mengalihkan pembicaraan.

"Saya juga manusia kali, Pak," balas Lova bernada malas.

"Oh ya?"

"Kalau gak penting-penting banget, mending Bapak keluar, deh. Saya mau istirahat," ketus Lova.

"Yakin gak mau saya suapi?"

Kening Lova mengerut kala mendengar tawaran aneh itu. "What? Serius Bapak ngomong gitu ke saya? Gak salah? Ini pasti bukan Pak Aksa, kan?" serobot Lova.

Aneh? Tentu saja.

"Saya hanya ingin menjadi guru yang baik untuk murid," jawab Aksa.

"Ohh, jadi Bapak kayak gini juga kalau sama siswi lain?" tuding Lova.

"Jangan ngawur."

***

1
Muji Lestari
bagus kok ceritanya tp kok GK ada boncap nya ya harusnya kan punya anak biar lbih bahagia keduanya
ig: w1dyyrll._: iya, nantu aku usahakan ada extra chapter nya ya🥰
total 1 replies
strawberry milk
aku bacanya maraton. ceritanya bagus, penulisannya jg rapi❣️
strawberry milk
jadi kami baik itu karena ada perasaan . bukan syg sebagai adik tp sebagai perempuan
Anonymous
Yaampoonn aku ga tahan kalo cuma baca 1 bab per hariii
Jasmine
cerita nya bagus menarik
Anonymous
Habisss dah luuu, pastii bakal nangezz darah dah tuuu bisabisanya dia kasar sama loba😌
neyla Hasyim
good
Jasmine
hoalahhhh kasihan lova/Sob//Sob//Sob//Sob/
꧁ ☬~Fre~☬꧂
visualnya seorang cha eunwoo/Hey/
up up up! CRAZY UP!
Duwi Aminah
mungkinkah ada masa lalu yg dilupan lova tentang dirinya dan pak aksa
꧁ ☬~Fre~☬꧂
up ya up! pen liat plot lagi
꧁ ☬~Fre~☬꧂
bisa aja!
꧁ ☬~Fre~☬꧂
mirisnya dealovaa/Sob//Sob/

oiya janlup up ya kak
Jasmine
next Thor seru
꧁ ☬~Fre~☬꧂
lanjut kak cuman masih kurang kak soalnya masih gak terlalu jelas latar belakang si tokoh utama dan tokoh pendamping
ig: w1dyyrll._: bab 1 sengaja aku buat begitu😁 nanti penjelasannya ada di bab selanjutnya😉
total 1 replies
🍏A↪(Jabar)📍
mampir😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!