Menceritakan seorang remaja yang bertekad untuk bertahan hidup apapun caranya. Kenapa harus begitu ? Karena dirinya telah berpindah ke dunia lain.
Cerita ini masih berlatar Multiverse dari cerita 'Pindah Dimensi Lain'.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ryn_Frankenstein, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 07 : Belajar Sihir.
Setahu Dika, akademi pada umumnya di bumi adalah tempat para anak-anak muda untuk belajar. Tapi setelah mendengar kata-kata Arc 'mengasah kemampuan dan bertarung', Dika semakin tak mengerti.
"Tunggu-tunggu, setahuku akademi itu seperti tempat dimana semua anak-anak diusia tertentu mulai belajar dengan bimbingan banyak guru. Kalau di duniaku namanya sekolah." ucap Dika.
Arc menghela nafasnya, meski ia tak tahu apa itu kata sekolah, tapi sedikit paham apa itu kata sekolah, intinya tempat itu adalah tempat untuk belajar yang mungkin sistemnya berbeda.
"Ayolah, jangan samakan akademi disini dengan duniamu, itu sudah pasti berbeda." ucap Arc.
"Lagi pula kau takkan bisa berangkat kesana dalam waktu dekat." tambahnya.
"Kenapa ?" sahut Dika.
"3 bulan lagi akan pergantian tahun, dan disamping itu semua Akademi akan membuka peserta didik baru kurang lebih 2 bulan lagi, jadi kau hanya akan bisa datang berangkat setelah 2 bulan lagi."
Mendengar ucapan Arc, remaja itu terlihat mulai berfikir. Melihat Dika sedang berdiam berfikir, Arc bersuara lagi. "Selama 2 bulan, aku akan melatihmu agar kau bisa masuk ke kelas istimewa di akademi."
"Hah ?"
Keesokan harinya, di pagi hari, mungkin sudah jam 8 pagi. Itulah kata Arc, karena dia bisa menebak waktu saat ini melalui ketinggian matahari, gerakan awan, arah angin, bayangan-bayangan tumbuhan atau bangunan sekitarnya. Tentu saja kakek tua itu sangat memahami hal itu, karena mau bagaimana pun dulunya ia adalah petualang tingkat A, sebagai penyihir.
Sesuai jawaban Dika kemarin, hari ini ia akan mulai menerima didikan dari Arc. Pada hari ini, Arc memulai mengajarkan atau mendidik Dika berbagai macam hal untuk persiapan masuk ke akademi. Tapi semua takkan mudah karena mengingat remaja itu tak pernah memakai sihir sama sekali sedari kecil, lebih tepatnya dia tidak bisa menggunakan sihir secara dirinya dari dunia lain.
Maka dari itu, Arc akan memberi pelajaran ketat kepada remaja ini yang tengah duduk di tanah sambil memperhatikannya. Kini, mereka berdua berada di dalam hutan yang tak jauh dari desa, disinilah kakek tua itu akan mengajarkan Dika secara pribadi, waktu target mereka hanyalah 2 bulan.
Waktu 2 bulan sangatlah sulit, karena untuk belajar sihir, membutuhkan waktu yang tak sedikit. Bisa berhari-hari, bahkan berminggu-minggu untuk menguasainya, dan juga bila ingin menyempurnakan salah satu atau beberapa jenis sihir bisa berbulan-bulan. Untuk seperti Dika, ada kemungkinan untuk bisa menggunakan sihir, tapi dalam waktu 2 bulan, tidaklah mudah.
Dan kemungkinan besar, Dika takkan berhasil, dan baru bisa masuk akademi di tahun berikutnya. Tentu saja, Arc tak mau Dika menunda atau membiarkan masa mudanya di desa ini. Remaja ini harus punya pengalaman di luar sana, agar hidupnya bisa berguna tak hanya untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk orang lain.
Meski terlihat malas dari ekspresi wajahnya Dika, Arc tetap harus mengajarinya, karena ia sangat mengenal kerasnya dunia ini, meski ia tau seperti apa dunia yang bernama bumi itu, cukup mendengarnya dari remaja itu, maka dunia ini sangat keras dari pada bumi, karena dari penjelasan Dika sebelumnya, semua penghuni bumi hanyalah mahluk biasa yang tak tahu atau memakai sihir.
Melihat ekspresinya Dika yang malas saat disuruh belajar sihir, sepertinya Arc harus benar-benar bersabar, karena kemalasan Dika dalam belajar sihir karena masih belum bisa menerima sihir. Jujur saja, Arc baru pertama kali bertemu sosok seperti Dika yang tak terlihat sangat jelas sekali tak menyukai sihir.
Pertama-tama Arc memberitahu soal dasar ilmu sihir yang terbagi menjadi beberapa tingkat, yaitu sihir tingkat, dasar, rendah, menengah, atas, ksatria, raja, kaisar, dan yang terakhir tingkat saint. Setelahnya, dia memberitahu beberapa mantra sihir tingkat dasar terlebih dahulu kepada remaja itu untuk dipelajari dan diingat.
Karena terlalu panjang, Dika memilih mencatat setiap matra yang diucapkan oleh Arc, meski dalam hatinya masih merasa berat untuk mempelajari sihir. Sungguh tak menyenangkan sekali, itulah kekesalannya di dalam benaknya. Arc juga memberitahu untuk mengenal waktu dengan melihat arah matahari, warna langit, dan bayangan benda.
Sebenarnya ada jam untuk melihat waktu hari, bentuk jam itu terbuat dari batu-batu sihir yang dibuat secara khusus. Untuk memiliki itu sangat jarang, dan hanya orang-orang tertentu yang memilikinya seperti dari kalangan bangsawan dan kerajaan.
Target 2 bulan, ada kemungkinan jika Dika bersungguh-sungguh, maka Dika bisa menggunakan sihir tingkat rendah. Tak masalah, yang terpenting, remaja ini bisa menggunakan sihir, dan untuk meningkatkannya lagi, semua tergantung padanya sendiri yang bila ada keinginan yang tinggi untuk berlatih.
Untuk menggunakan sihir, maka si pengguna harus memiliki daya semacam energi sihir, atau disebut mana. Si pengguna harus bisa mengontrol mana dalam tubuhnya agar bisa memanipulasinya, sehingga bisa menggunakan sihir, itulah yang paling mendasar sebelum mulai menggunakan sihir.
Dan Arc juga menjelaskan kalau akan menggunakan sihir, pertama harus menyadari kondisi mana dalam tubuh, lalu merapal mantra untuk jenis sihir apa yang akan digunakan. Ini memang harus disampaikan karena salah satu tes untuk masuk ke akademi adalah harus bisa menggunakan sihir meskipun sihir tingkat dasar.
Sedangkan disisi Dika, jujur saja ia merasa bosan karena dirinya tak begitu tertarik dengan sihir, meski ada rasa kagum. Masalahnya adalah masih belum menerima keberadaan sihir yang dimana menurutnya sihir adalah sesuatu hal yang telah melawan hukum alam. Baginya, semua hal yang ada di dunia seperti bumi itu semua ada hukum alam.
Disela-sela Arc menjelaskan, Dika berfikir, kenapa dirinya harus belajar sihir ? Kenapa juga untuk bisa masuk akademi harus bisa menggunakan sihir ? Meski katanya akademi yang katanya Arc adalah akademi terbaik, tapi kenapa juga harus belajar sihir sebelum mendaftar ? Bukankah akademi adalah tempat belajar ? Kenapa harus begitu ?
"Baiklah, aku akan memulai contoh salah satu sihir tingkat menengah." ucap Arc ketika sudah menjelaskan semuanya.
Arc menambahkan. "Tapi untukmu saat ini, setidaknya kau harus bisa menggunakan sihir tingkat rendah dulu, itu sudah paling standar aman untuk bisa masuk ke akademi."
Lalu Arc mengarahkan tangannya ke arah salah satu pohon. "Wahai Bumi yang telah bersedia menyediakan daratan untuk kami berpijak, pinjamkan 'lah kekuatanmu untuk membatu kami bertahan, stone rain!!"
Bersamaan selesai merapal, tiba-tiba butiran-butiran tanah serta batu krikil di depan kedua kakinya Arc, melayang dan meluncur dengan cepat ke arah salah satu pohon yang dijadikan target olehnya. Bagaikan hujan yang tak berhenti, pohon itu terus dihantam tanah dan batu hingga hancur.
Dika terlihat menganga, ia tak menyangka kalau Arc yang selama ini memperlihatkan sihirnya untuk kebutuhan sehari-harinya, kini sihir yang diperlihatkan padanya bisa membuat satu pohon hancur.
"Cobalah." ucap Arc.
"Aku masih gak yakin." jawab Dika yang masih diam duduk di tempatnya.
"Kenapa ?" sahut Arc.
"Sesuatu yang tak biasa aku lihat, dan sekarang aku harus mempraktekannya ? Sedangkan aku sendiri yang gak tertarik dan yakin sama, disuruh melakukannya ? Yang benar saja..!!" jawab Dika dengan perasan sedikit kesal.
"Coba dulu, belum juga dicoba, kau sudah menyerah ?" balas Arc sambil tersenyum mengejek.
Tak terima hal itu, Dika pun segera bangkit berdiri, lalu ia mengarahkan tangan kanannya ke arah pohon lain sebagai targetnya. Dalam pikirannya, ia memilih-milih salah satu mantra sihir tingkat dasar yang telah ia pelajari. Setelah siap, ia pun mulai merapal.
lanjutkan