NovelToon NovelToon
Indigo X Zombie Apocalypse

Indigo X Zombie Apocalypse

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Zombie / Hari Kiamat / Hantu / Roh Supernatural / Penyelamat
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Mobs Jinsei

Kisah tentang tiga anak indigo yang berjuang demi hidup mereka di dalam kiamat zombie yang tiba tiba melanda dunia. Mereka mengandalkan kemampuan indigo mereka dan para hantu yang melindungi mereka selama mereka bertahan di tempat mereka, sebuah rumah angker di tengah kota.

Tapi pada akhirnya mereka harus meninggalkan rumah angker mereka bersama para hantu yang ikut bersama mereka. Mereka berpetualang di dunia baru yang sudah berubah total dan menghadapi berbagai musuh, mulai dari arwah arwah penasaran gentayangan, zombie zombie yang siap menyantap mereka dan terakhir para penyintas jahat yang mereka temui.

Genre : horror, komedi, drama, survival, fiksi, misteri, petualangan.

Mohon tinggalkan jejak jika berkenan dan kalau suka mohon beri like, terima kasih sebelumnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 24

Setelah Faizal mengetahui apa yang terjadi di solo dan Jawa tengah melalui metode yang di pakai Budi untuk menyampaikan berita, dia memerintahkan personelnya untuk selalu membuka jalur komunikasi menggunakan gelombang radio, dia juga memerintahkan untuk menghubungi markas besar di pulau seribu, namun masih belum ada jawaban dari markas besar. Para tentara yang berada di bawah komando Faizal semakin gencar mencari para penyintas yang selamat di luar.

Karena tidak bisa berdiam diri saja, Reno mulai mengajukan diri untuk pindah ke pos di rumah sakit yang merupakan pos garis depan para relawan. Reno mempelajari bagaimana cara menggunakan senjata, melatih fisik dan membela diri sendiri juga sekitarnya dari tentara atau relawan lainnya, pertemuannya dengan Sumarno menjadi cambuk bagi Reno untuk memperkuat dirinya demi dirinya sendiri, Dewi dan Felis, selain itu, dia juga membantu semua kegiatan di pos garis depan seperti membuat pagar pertahanan dan merawat senjata senjata. Sementara itu, Dewi dan Felis tetap di belakang membantu para ibu ibu untuk menyiapkan makanan, merawat yang terluka dan sesekali Dewi ke pos garis depan untuk berlatih bersama Reno.

Sebulan pun berlalu tanpa terasa, para penyintas yang berada di dalam bangsal mulai keluar menjadi relawan dan membantu seluruh personel tentara yang jumlahnya semakin lama semakin berkurang. Masih belum ada jawaban dari markas besar, namun baik tentara, relawan dan pengungsi masih berharap kalau ada tempat aman bagi mereka yaitu di markas besar pulau seribu. Suatu hari, selagi Reno membantu mengurus senjata senjata dan mendata peluru yang tersisa,

“Ada penyintas....ada penyintas,” teriak seorang pria yang berlarian mengabari berita.

“Penyintas ya,” ujar Reno dalam hati.

Dia menaruh buku catatannya dan berlari keluar dari gudang untuk menuju ke lantai dua rumah sakit. Sudah banyak orang yang sedang bertengger di railing dan melihat ke bawah, mereka melihat ke jalan dari arah stasiun. Reno memicingkan matanya, terlihat puluhan orang yang berjalan bersama sama dengan pakaian seadanya dan tubuh penuh luka mendekati pagar kawat tinggi yang menutup jalanan, para penyintas itu melambaikan tangan pada mereka.

“Cepat siap siap turun ke bawah dan beri info komandan,” teriak seorang pria paruh baya di sebelah Reno.

Pria itu menoleh melihat Reno di sebelahnya, kemudian dia mendekatkan kepalanya ke telinga Reno,

“Ren, kamu jaga di sini aja, jangan turun,” ujar pria itu.

“Kenapa om Anton ?” tanya Reno bingung.

“Walau sama sama penyintas, kita tidak tahu siapa mereka, bukan berarti saya ga percaya sama mereka, tapi jaga jaga saja, yang muda muda ga usah turun,” jawab Anton.

“Iya om, saya ngerti,” ujar Reno.

Anton menepuk pundak Reno dan tersenyum, kemudian dia langsung turun bersama dengan para relawan lain meninggalkan Reno dan beberapa anak muda di lantai dua, kemudian mereka mulai mengambil senjata untuk berjaga jaga. Para penyintas yang datang cukup banyak yang terdiri dari muda mudi yang sepertinya mahasiswa, anak anak sekolah, pegawai kantoran baik pria atau wanita, beberapa pria paruh baya dan wanita paruh baya. Tak lama kemuidan, terlihat Faizal keluar menyambut mereka bersama beberapa personel tentara, seorang pria paruh baya di antara para penyintas maju ke depan dan berbicara kepada Faizal. Selagi melihat ke bawah sambil berjaga jaga, “plok,” tiba tiba punggung Reno di tepuk. Reno langsung menoleh melihat siapa yang menepuk punggungnya,

“Ada banyak yang mau masuk lagi ya Ren ?” tanya Dewi di belakang Reno sambil menggandeng Felis.

“Iya, belum tau dateng darimana yang pasti mereka datang dari arah rumah kita,” jawab Reno.

“Liat dong,” ujar Felis mengangkat kedua tangannya.

Reno membungkuk dan menggendong Felis supaya Felis bisa melihat ke bawah, Dewi juga berdiri di sebelah Reno dan melihat ke bawah,

“Wah susah deh keluarga bahagia, lagi jaga aja mesra banget,” celetuk seorang pria di sebelah mereka.

Reno, Dewi dan Felis menoleh, mereka melihat seorang pemuda yang kira kira seumuran dengan Reno dan Dewi sedang berdiri di sebelah mereka sambil bertolak pinggang dan tersenyum,

“Oh elo,” ujar Reno.

“Loh Hilman, lo di sini juga ?” tanya Dewi.

“Iyalah, pos gue kan emang di depan, (menoleh melihat ke bawah) banyak juga yang datang ya, semoga ga ada masalah,” jawab Hilman.

“Iya, semoga aja, tapi kayaknya mereka masih nego tuh ama komandan,” ujar Reno.

“Gue sih pengennya turun, tapi om Anton dan om Regi minta gue di sini, payah,” ujar Hilman.

“Ya mau gimana lagi, mereka lebih bisa menghandle situasi di banding kita,” ujar Reno.

“Indah mana Man ?” tanya Dewi.

“Di belakang, dia bantuin ngerawat prajurit yang terluka ketika kemarin keluar nyari makanan, emang lo ga ketemu ?” tanya Hilman.

“Ga tuh, gue kan hari ini kesini, nemenin dia,” jawab Dewi.

“Oh iye juga ya, gue ama Indah masih pacaran dan baru jadian juga, kalau lo berdua kan udah laki bini hahaha,” ledek Hilman.

“Rese lo Man,” ujar Reno.

Hilman adalah seorang penyintas yang berasal dari daerah tebet dan di selamatkan dua hari setelah Reno, Dewi dan Felis datang ke penjara. Dia datang bersama beberapa orang lainnya dan seorang ilmuwan dari universitas indonesia yang kebetulan sedang berada di daerah tempat Hilman di selamatkan bernama dokter Dion yang sekarang sedang mencoba membuat vaksin untuk menangani virus yang menyebar. Walau berasal dari sma yang berbeda, namun mereka langsung akrab dan paras Hilman yang tampan membuat Indah langsung jatuh hati padanya, lalu setelah seminggu dekat, karena merasa senasib dan sebatang kara, keduanya mulai menjalin tali kasih sampai sekarang.

“Gleng,” terdengar suara pagar di buka, Reno, Dewi, Felis dan Hilman menoleh melihat ke bawah, ternyata Faizal memberi ijin mereka masuk ke dalam pagar pembatas yang menutup  jalanan dan mengantar mereka masuk ke dalam penjara. Terlihat para relawan di pos depan menyambut mereka termasuk Anton dan Regi. Beberapa orang membantu para penyintas yang terluka dan membawa mereka ke dalam bangsal untuk di rawat. Setelah para penyintas masuk ke dalam, suasana di depan penjara kembali hening karena sudah jarang ada serangan zombie lagi. Kalau pun ada, mereka hanya datang satu  persatu dan mudah di atasi.

“Ok lah, lo mau ngapain sekarang Ren ?” tanya Hilman.

“Gue masih ada kerjaan sortir senjata dan mendata amunisi,” jawab Reno.

“Kalo lo Wi ?” tanya Hilman.

“Gue paling bantuin Reno di sini ama Felis juga,” ujar Dewi.

“Haaaa...mestinya gue ga usah nanya ya, gue udah tau sih jawabannya, dah ya, gue turun dulu ke bangsal bantuin Indah, pasti di bangsal jadi sibuk banget karena kedatangan para penyintas baru,” ujar Hilman sambil berbalik.

“Iya, ati ati Man,” balas Reno.

“Lah cuman ke bangsal ati ati haha, lo khawatir banget Ren, dah ya gue cabut,” ujar Hilman.

Setelah Hilman pergi, Reno menoleh melihat sekeliling untuk memastikan tidak ada orang lagi selain dirinya, Dewi dan Felis. Reno melihat ke bawah lagi bersama Dewi dan Felis,

“Wi, Fel, kalian liat ga ?” tanya Reno.

“Iya Ren, gue liat,” jawab Dewi.

“Sama kak, Felis juga liat,” tambah Felis.

“Siap siap deh, kalau ada apa apa kita harus bilang ke pak Faizal atau mba Ajeng,” ujar Reno.

“Ya, tentu saja,” ujar Dewi.

“Siap kak Reno,” tambah Felis yang tangannya naik memberi hormat.

Ketiganya melihat beberapa penyintas yang masuk bukanlah penyintas biasa, mereka di hinggapi oleh sesuatu yang nampak jahat dan para penyintas itu sepertinya memang memakai sesuatu yang jahat itu untuk kepentingan mereka sendiri. Sesuatu yang jahat yang mereka lihat adalah entitas yang memang kadang di panggil oleh manusia untuk meraup kekayaan dan ketenaran dengan menukarkan jiwa mereka dengan perjanjian dengan entitas jahat itu yang adalah sejenis jin jahat atau iblis.

1
Yulitasari Daniel
tetap sehat Thor agar bisa up terus
Fitri
jangan jangan pak yohan yang jahat
anggita
like👍☝iklan. moga novelnya lancar.
Mobs Jinsei: makasih kak dukungan nya /Pray/
total 1 replies
anggita
reno, dewi, podo" sama" 🤫
anggita
👋😡 pembukaan cerita marah nampar orang.
heyza. 617
bikin cerita kok setengah setengah buruan update
Mobs Jinsei: update tiap malam kak
total 1 replies
Aryanti endah
Luar biasa
Mobs Jinsei: makasih dukungan nya kak /Pray/
total 1 replies
FJ
padahal aku dah berpikir, emang bisa dibuka?
Mobs Jinsei: Tembus kak
total 1 replies
adib
wah genre baru... makasih thoe
Mobs Jinsei: sama sama kak, semoga suka
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!