Violet Greyson Michael dulu pernah menikah dengan seorang pria bernama Leonardo Elgantara. Karena sebuah masalah Violet memutuskan untuk kabur dari Leo dan pindah ke Jepang, seminggu setelah dirinya kabur ia baru menyadari kalau dirinya hamil anak dari Leo.
Awalnya ia berniat mengugurkan kandungannya karena tidak mungkin mampu membiayai anak itu, tetapi ia terlalu sayang pada anaknya hingga akhirnya membesarkan anak itu sendirian, Vio berhasil menjadi Manajer di perusahaan Entertainment dan merubah hidupnya menjadi lebih baik, Vio tidak mau lagi bertemu dengan Leo apapun yang terjadi.
Tanpa Vio ketahui selama lima tahun Vio hilang Leo masih berusaha mencarinya hingga pada akhirnya Leo pergi ke Jepang untuk menjalankan pekerjaannya, takdir berkata lain mereka kembali di pertemukan di keadaan yang tidak tepat.
Leo sedang asik minum di club' bersama sekumpulan perempuan yang ada di dekatnya, membuat Vio semakin yakin kalau meninggalkan Leo adalah keputusan yang baik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nadia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pingsan
Vio duduk tumpang kaki di sofa dengan mata yang masih mengawasi Leo yang tengah membereskan seisi ruangan.
Tiba-tiba pintu apartemen berbunyi lalu Vio berjalan ke arah pintu untuk membukanya, saat di buka terlihat ada Morata sembari membawa makanan.
"Untuk kau dan Alex makan," Ucap Morata sambil tersenyum.
"Makasih," Vio menerima makanan pemberian Morata sambil tersenyum.
"Mau masuk dulu?" Lanjut Vio mempersilahkan Morata untuk masuk.
"Alex kemana?"
"Dia sudah tidur."
Tiba-tiba Leo datang karena penasaran siapa orang yang datang, setelah tahu itu Morata, Leo merangkul Vio dengan wajah menantang Morata.
"Mau apa kau ke sini?" Tanya Leo dengan nada menantang.
"Lepasin! Morata kasih aku makanan," Vio melepas rangkulan Leo karena itu sangat tidak enak di pandang.
"Maaf kalau aku ganggu waktu kalian," Ucap Morata.
"Emang," Balas Leo singkat.
"Tidak, kau tidak menganggu ku, bagaimana kalau kita makan malam bersama di dalam," Vio berusaha ramah pada keduanya.
"Kenapa harus mengajak dia?" Leo menunjuk Morata dengan telunjuknya.
"Memangnya kau punya hak apa untuk mengaturku, ayo kita masuk dan makan malam bersama, aku sudah lapar karena kelelahan dengan sikap tidak dewasa dirimu," Vio menarik Leo juga Morata masuk ke apartemen nya.
Kini ketiganya makan bersama di ruangan makan, Morata dan Leo malah saling memberikan tatapan sinis keduanya.
Ponsel Leo tiba-tiba berbunyi, setelah melihat siapa yang menelponnya Leo pergi menjauh dari mereka.
"Jadi bagaimana?" Tanya Leo pada seseorang di sebrang telponnya, Leo mengawasi Vio karena takut Vio mendengar pembicaraannya.
"Saya sudah mencari tahu mengenai Alex dan Nona Vio, umur Alex berusia 4 tahun dan sebentar lagi dia akan ulang tahun. Untuk informasi lainnya saya akan mengirimkannya lewat pesan saja, atau nanti ketika saya bertemu Tuan," Jelas orang itu.
"Baiklah, kau bisa jelaskan nanti saja di rumah. Sekarang kau terus saja cari informasi tentang mereka, juga tentang mantan suaminya Vio."
"Baik Tuan."
Setelah itu Leo mematikan ponselnya dan kembali pada Vio dan Morata. Leo ternyata mencaritahu mengenai Vio dan Alex, karena merasa ada yang janggal, entah mengapa Leo rasa Vio berbohong padanya mengenai beberapa hal.
Ia tidak akan bertanya langsung pada Vio karena itu percuma saja, Vio tidak akan mengatakan apapun padanya. Jadi lebih baik ia cari tahu langsung saja.
Saat hari mulai semakin larut malam, Morata dan Leo di usir pulang oleh Vio. Vio tidur bersama Alex malam ini, Vio merenung memandangi wajah Alex, "Maafkan Mama, maaf karena Mama sudah menyembunyikan ayahmu bahkan setelah ia kembali. Tapi ini Mama lakukan karena Mama tidak mau kehilangan kamu, hanya kamu yang Mama miliki saat ini," Tanpa sadar Vio menangis, sejujurnya ia juga merasa sangat bersalah karena tidak mau mengatakan jika Leo adalah ayah kandungnya Alex.
"Mama hanya ingin kau tetap bersama Mama," Lanjut Vio memeluk anaknya dengan erat.
Sementara Morata kini sedang berdiam di kamarnya memandangi foto Vio dan Alex dari ponsel genggamnya, dengan di temani secangkir Wine dingin untuk menenangkan pikirannya yang lumayan kacau.
"Apakah perjuangan ku akan sia-sia?" Gumam nya di barengi tawa miris.
_________
Leo baru saja sampai di rumah, dari pertama ia masuk ke rumah wajahnya sangat memancarkan aura kebahagiaan sudah lama Leo tidak pernah sebahagia ini. Florin yang melihat Leo begitu hanya bisa diam dan memperhatikan Leo dari kejauhan.
Seorang pria menghampiri dirinya.
"Ikut saya ke ruangan kerja," ucap Leo berjalan ke arah ruangan kerja.
Pria itu mengikuti Leo dari belakang, sesampainya di sana keduanya langsung duduk di sofa. Leo meminta seorang pelayan untuk menuangkan sebotol Wine ke gelas.
Leo minum wine sambil mendengarkan informasi dari pria itu.
"Jadi informasi mengenai suami Vio tidak ditemukan?" Tanya Leo.
"Tidak, pasalnya catatan pernikahan mereka juga tidak ada."
Leo berpikir sejenak, apa Vio punya anak di luar pernikahan atau bagaimana, tetapi itu sangatlah tidak mungkin bagi seorang Vio. Vio yang ia kenal bukan wanita murahan.
"Apa jangan-jangan dugaan ku benar, Alex adalah anakku?" Ucap Leo bersemangat.
"Mungkin saja bahkan sangat mungkin, mengingat usia Alex saat ini dan juga perpisahan Tuan dengannya lima tahun lalu. Non Violet pasti sedang mengandung saat Non Violet kabur dari rumah."
Leo membulatkan matanya dengan sempurna, tetapi ia tetap akan tenang karena tidak mau di kecewakan oleh kenyataan nanti, jadi ia harus cari tahu lebih lanjut lagi agar semuanya pasti.
"Kau terus cari informasi tentang Vio."
"Baik Tuan."
____________
Keesokan harinya Vio sampai di kantor untuk meresmikan kerja sama kantor itu dengan kantor Leo, Vio di minta hadir ke dalam rapat yang akan di adakan di Amerika bulan depan.
Hito dan beberapa orang lainnya juga akan ikut ke sana, awalnya Vio menolak ajakan itu karena tidak mungkin meninggalkan Alex sendirian. Tetapi Hito memperbolehkan Vio mengajak Alex, sebenarnya alasan utamanya bukanlah itu.
Vio tidak ingin bertemu dengan orang-orang yang dulu mengenali dirinya, tetapi jika ia menolak ini Hito malah mengancam Vio akan di pecat dari kantor karena tidak nurut padahal ini adalah proyek besar.
Vio akhirnya mengiyakan hal itu masalah lainnya ia akan pikirkan nanti saja, Vio di ruangannya terus fokus pada kerjaan. Sakura melihat kalau Vio hari ini sangat pucat, Sakura menghampiri Vio.
"Kau sakit?" Tanyanya khawatir.
"Tidak," Balas Vio singkat.
"Tetapi wajahmu sangat pucat, kalau kau sakit istirahat saja dulu. Biarkan pekerjaan mu orang lain yang handel."
"Tidak, aku baik-baik saja."
"Dasar keras kepala," Sakura menghela nafas beratnya dan kembali ke mejanya.
Dari mejanya Sakura terus memperhatikan Vio ia hanya takut terjadi sesuatu pada Vio, wanita itu terlalu keras pada dirinya sendiri.
Vio mulai merasa sedikit pusing, Vio memijat keningnya perlahan. Tetapi rasa pusing di kepalanya tidak hilang, pandangan matanya buram, Vio mencoba berdiri untuk mempertahankan kesadarannya.
Tetapi ia justru malah terjatuh, Sakura berteriak karena kaget Vio ambruk, untungnya Sakura dapat menahan kepala Vio agar tidak kena lantai.
Seisi ruangan heboh, Sakura meminta Tomo untuk membawa Vio ke klinik kantor.
"Sudah ku katakan tapi tidak menurut," Batin Sakura, "Batu juga pasti minder sama kepalanya."
Vio pingsan dan di bawa ke klinik kantor untuk di obati, Sakura menelpon Morata karena ia tahu kalau Morata adalah tetangga juga temannya Vio. Sakura meminta Morata untuk menjemput Vio pulang saja, karena kalau tidak di jemput atau di paksa pulang setelah sadar Vio pasti akan kembali kerja.
Morata yang hari ini libur segera ke kantor Vio dengan sedikit panik, ia takut Vio kenapa-kenapa.
