NovelToon NovelToon
Hati Seluas Samudera

Hati Seluas Samudera

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: nurilmi

Perjalanan hidup yang berliku-liku harus diterima dengan penuh keikhlasan. Sebagai seorang single parents yang memiliki seorang anak laki-laki itu tak mudah. Setelah kehilangan pekerjaan di salah satu perusahaan di ibukota.
Akankah berakhir dengan bahagia di perjalanan hidupku ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nurilmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

episode 7

Aku terbangun pukul 2 dini hari, aku melaksanakan sholat malam. Setelah selesai aku langsung menggoreng donat dan pastel juga membuat kue dadar gulung yang dalam isiannya kelapa parut dicampur gula merah.

Berkutat di dapur dengan kesibukan sendiri tak terasa waktu cepat berlalu. Semua kue sudah aku kemas di dalam plastik nanti tinggal aku antar ke Warung-warung.

Terdengar adzan subuh berkumandang, aku segera bersiap menunaikan sholat subuh. Setelah beberapa menit selesai sholat subuh, aku membangunkan fahri untuk menunaikan sholat subuh.

Aku mulai mengantar kue- kue ke warung untuk dititipkan. Tak lama aku sudah sampai di rumah dan fahri sedang menyapu dalam rumah. Seharusnya anak seusianya dia akan main bersama teman-temannya tapi tidak dengan fahri yang lebih banyak membantuku di rumah bersih-bersih.

Sampai rumah aku langsung memasak untuk hari hingga malam nanti. Dan nanti siang aku berencana untuk mengajak fahri ke toko buku untuk membeli tempat pensil dan peralatan sekolah yang di perlukan oleh fahri.

Beberapa lama kemudian kulihat fahri sudah selesai bersih-bersih rumah juga sudah mandi dan rapi. Anakku sedang menonton televisi film kartun kesukaannya. Selesai memasak aku mandi dan mengajak fahri untuk sarapan pagi.

"Fahri sarapan dulu nak, nanti bisa kamu lanjutkan nonton televisinya", seruku memanggil fahri yang sedang fokus melihat film kartun kesukaannya.

" Siap bu", ujarnya beranjak ke arah meja makan.

Saat kami sedang fokus makan tiba-tiba terdengar suara pintu di ketuk dari luar.

Tok...tok...tok...

"Assalamu'alaikum mbak sarah...seperti suara adikku Ratna tapi kenapa pagi-pagi seperti ini sudah bertandang ke rumahku ada apa gerangan batinku.

Aku beranjak saat fahri akan beranjak dari meja makan tapi di urungkan karena melihatku sudah berdiri dan berjalan ke arah pintu depan.

" Walaikumsalam", ucapku seraya membuka pintu rumah dan menyambut kedatangan adikku Ratna.

"Loh tumben kamu Ratna datang pagi-pagi dan tak memberi kabar dahulu kepadaku", tanyaku terheran melihat raut muka yang seperti menyimpan rahasia.

Ratna hanya tersenyum tanpa menjawab pertanyaanku padanya dan langsung duduk di ruang tamu.

" Kamu ada apa Ratna tidak seperti biasanya, masalah apa yang sedang kamu hadapi", tanyaku memandanginya dengan lekat.

"Mbak sarah aku benar-benar minta maaf sama mbak sarah dan fahri..." ucapnya dengan mata berkaca-kaca.

"Sebenarnya aku sudah menjual rumah ini kepada sepupu kita mbak fani karena waktu itu aku terlilit hutang dengan pinjol dan aku di kejar-kejar depcolector mbak sarah aku bingung...", ujarnya menangis bersimpuh di hadapanku.

Aku terkejut saat mendengar penjelasan dari Ratna, aku hanya bisa terdiam tanpa bersuara.Yang pasti aku syok mengapa bisa sampai terjual rumah ini yang jelas- jelas ini adalah peninggalan dari almarhum orang tua. Dan hutangnya sampai berapa kenapa harus sampai jual rumah.

Padahal almarhum orang tua membeli rumah dan membangunnya dengan jerih payah. Dari rumah seperti gubuk kecil sampai sekarang rumah ini sudah bagus dan dua lantai.

" Kamu berhutang di pinjol berapa rat...kok bisa-bisanya rumah ini dijual kenapa pikiran kamu terlalu sempit....sampai hal besar seperti ini baru di bicarakan ke kakakmu ini....kamu anggap apa aku ini....gini-gini aku ini sebagai pengganti almarhum orang tua kita Ratna..."!!! seruku menahan emosiku karena takut fahri mendengar semuanya.

"Empat puluh juta mbak sarah itu sudah sama bunganya tapi itu tidak di satu pinjol saja mbak", ujarnya seraya menatapku dengan takut-takut.

" Sejak kapan kamu berhutang di pinjol rat? ucapku menatapnya dengan lekat.

"Sejak almarhum mama masih ada mbak sarah", seraya berkata ratna menangis. Almarhum papa meninggal terlebih dahulu baru almarhum mama.

Aku menghela nafas berat mau bagaimana lagi nasi sudah jadi bubur dan tak bisa diputar kembali.

" Dan kemarin mbak fani menanyakan rumah ini kapan rumah ini akan kosong karena dalam waktu dekat rumah ini akan di tempati oleh keluarga mbak fani", ujar Ratna dengan takut-takut dia mengatakan itu semua kepadaku.

"Ya itu pasti Ratna biar bagaimana aku dan fahri akan pergi meninggalkan rumah ini, yang enggak habis di pikir kenapa kamu ceroboh sekali dan kenapa baru sekarang kamu cerita ini semua ke kakakmu ini", ucapku dengan tersenyum masam.

" Beri kakak waktu untuk berpikir dan selebihnya apa yang harus kakak lakukan. Juga tolong kasih bukti kepada kakak kamu menjual rumah peninggalan almarhum orang tua dan apa hutang pinjol kamu sudah lunas semua?"

"Satu lagi rumah ini di jual berapa olehmu ke mbak fani", tanyaku kepada Ratna yang sudah terdiam tidak menangis lagi.

" Seratus lima puluh juta mbak sarah ", ucapnya bergetar suaranya.

" Astagfirullah ratna-ratna padahal di PBB (pajak bumi bangunan) itu harganya lebih dari segitu Ratna...ya Allah sebenarnya yang terlalu pintar itu kamu atau mbak fani sih rat...kok ya mau-maunya", ucapku geram mendengar pengakuan dari adikku Ratna.

"Lalu sisa uang itu kemana Ratna? Dan jangan- jangan almarhum mama sakit lalu meninggal gara-gara mikirin hutang kamu rat?, ucapku kesal memandangi adikku.

" Kok mbak sarah omongnya gitu sih ke aku", ucapnya kesal

"Coba kamu renungi apa yang sudah kamu lakukan benar apa tidak", ucapku menatap Ratna yang terdiam seketika

Terdiam kami berdua di ruang tamu dan aku sampai melupakan anakku fahri yang sedang makan di meja makan. Apa fahri mendengar pembicaraan ku dengan Ratna?

" Sebaiknya kamu pulang Ratna biar nanti aku bicara ke mbak fani dan aku perlu sendiri dahulu kasih kakakmu ini waktu untuk berpikir dengan jernih...pulanglah langsung ke rumah berkumpul lah dengan suami dan anak-anakmu", ucapku lirih.

"Tapi bagaimana dengan mbak sarah dan fahri nanti...aku sudah diskusikan dengan suamiku mbak....nanti mbak sarah dan fahri sementara tinggal di rumahku dulu sebelum dapat kontrakan untuk mbak sarah dan fahri tinggal", ucapnya tanpa ada rasa bersalah sedikitpun kepadaku.

" Pulanglah Ratna aku sudah tidak ingin mendengar kamu banyak bicara", ucapku memandang ke arah lain. Dan Ratna beranjak dari tempat duduknya.

"Assalamu'alaikum mbak sarah aku pulang", ujarnya menatapku sepintas.

" Walaikumsalam".

Setelah adikku Ratna pergi aku menutup pintu rumah dan berlalu ke ruang makan, fahri sudah tidak ada di meja makan. Bahkan sudah rapi meja makan yang telah dibereskan oleh fahri.

1
Nụ cười nhạt nhòa
Update secepatnya thor! Kami sudah tidak sabar ingin tahu kelanjutannya!
ISIMPFORMITSUKI
Nggak sabar buat lanjut ceritanya!
Isabel Hernandez
Jangan berhenti menulis thor, karyamu bisa memberikan inspirasi bagi banyak orang!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!