JANDA PERAWAN CEO

"Maaf, Yara adalah istri ku," kata Farrel.

"Farrel, sudah cukup." Yara mendorong tubuh Farrel.

"Yara benarkah?" ada kekecewaan di wajah Naldo.

"Iya, hanya setengah hari menjadi istrinya. Sekarang aku jandanya," jawab Yara.

"Janda perawan, hmmm menarik," kata Naldo.

"Tapi kami akan rujuk. Ya kan Yara?" Farrel masih berharap.

Yara tidak memperdulikan Farrel.

"Naldo maaf, kamu siapa?" tanya Yara.

"Mari mampir ke tempat ku." Ajak Naldo.

Yara dan Farrel mengikuti Naldo ke sebuah rumah tepat di sebelah kediaman Anas. Mereka menuju samping rumah Naldo dimana ada sebuah kamar kecil di dalamnya yang terdapat banyak foto-foto masa kecil Naldo.

"Yara coba lihat. Ini kamu sewaktu kecil." Tunjuk Naldo.

"Dan siapa ini?" Farrel menunjuk seorang anak perempuan di sebelah Naldo.

"Ini namanya Wanda, dia sangat mirip dengan Yara. Yang membedakan mereka warna rambut dan tahi lalat di bawah mata Wanda," jawab Naldo.

Farrel baru menyadari Wanda memang sangat mirip dengan Yara. Dan Wanda yang ada di dalam foto itu adalah orang yang dianggap Farrel sebagai Yara pada saat mereka bertemu di rumah sakit. Wanda memang pada saat itu tidak mengenal Farrel tapi karena Farrel yang terus mengejarnya akhirnya Wanda sedikit menyukai Farrel.

"Iya, Wanda sangat mirip dengan ku. Siapa Wanda?" Yara memperhatikan foto dirinya dan Wanda.

"Wanda anak dari Om ini." Naldo menunjuk orang yang terlihat berdiri di belakang Wanda.

"Dia, dia, Om yang waktu itu," Farrel mengingatkan Yara.

Yara mencoba mengingat tapi tetap tidak ada memori tentang Wanda dan juga Om itu.

"Yara, apa kamu sungguh tidak mengenaliku?" tanya Naldo.

"Maaf, aku tidak ingat," Yara menggelengkan kepalanya.

"Yara, aku dan kamu teman sepermainan. Kita satu kelas dari Taman Kanak-kanak sampai Sekolah Dasar. Lihat, banyak sekali kenangan kita di sana. Siapa tahu kamu mengingat sesuatu," ujar Naldo.

"Aku penasaran dengan orang ini." Yara memperhatikan seseorang.

"Siapa?" tanya Naldo.

"Ini." Yara menunjuk seorang anak laki-laki berbaju merah.

"Ini aku Yara," kata Farrel.

"Ini kamu?" Yara menatap Farrel.

"Iya, apa kamu mengingat sesuatu?" tanya Farrel.

"Ah, tidak, aku masih penasaran." Yara memegang kepalanya.

"Yara, boleh aku minta nomor ponselmu?" Naldo memberikan ponselnya kepada Yara.

Yara memasukkan nomor ponselnya.

"Aku juga mau." Farrel juga memberikan ponselnya.

"Yara, sini ikut aku." Naldo menarik tangan Yara keluar dari rumahnya.

Naldo membawa Yara ke sebuah taman bermain yang letaknya tidak terlalu jauh dari kompleks perumahan. Mata Yara berkeliling, Yara seolah tidak asing dengan tempat itu. Yara seperti mengingat sesuatu. Yara berusaha keras untuk mengingat sesuatu.

Yara berjalan ke arah perosotan taman. Yara memegang kepalanya yang mulai terasa sakit. Terlintas dalam ingatan seorang pria memukul seorang wanita, wanita itu terjatuh. Dan pria itu mengubur jasad wanita di bawah perosotan. Yara tidak sengaja berteriak dan pria itu mengejarnya.

"Tolong! Tolong!" teriak Yara.

"Yara, apa yang terjadi? Tenang." Farrel memeluk Yara.

"Yara, ada apa?" Naldo melepaskan pelukan Farrel dan menenangkan Yara.

"Di bawah perosotan." Tunjuk Yara.

Farrel menoleh ke arah perosotan. Farrel mencari sesuatu untuk menggali tanah. Farrel melihat seseorang membersihkan taman bermain dan meminjam sekop kepada orang itu. Farrel yang penasaran menggali tanah yang ada di samping perosotan. Sekop Farrel menyentuh sesuatu. Farrel mengamati, ternyata itu adalah tangan seseorang yang sudah menjadi tengkorak.

"Naldo, cepat panggil keamanan," kata Farrel.

Naldo berlari memanggil keamanan komplek melaporkan penemuan tengkorak di taman. Tidak berapa lama anggota keamanan dan beberapa petugas polisi menuju taman bermain dan langsung menggali tanah di samping perosotan.

"Yara, apa yang terjadi Nak?" tanya Anas.

"Yah, sepertinya Yara pernah ke tempat ini sebelumnya. Tiba-tiba saja terlintas di ingatan, Yara pernah melihat seorang pria memukul seorang wanita dan wanita itu dikubur di samping perosotan," Yara menahan sakit di area kepalanya.

"Sebaiknya kamu diam saja Nak. Bunda takut setelah hari ini ada orang jahat yang mengintai mu." Bisik Dewi.

Yara mengangguk. Yara masih penasaran apa yang terjadi kepada dirinya beberapa tahun yang lalu. Mengapa setelah ke tempat ini, kepingan-kepingan memori mulai muncul satu persatu. Dan mengapa Yara sangat penasaran dengan Farrel kecil yang ada di foto Naldo.

Malam pun telah tiba, Farrel dan Yara memutuskan untuk menginap di kediaman Anas dan Diana. Yara malam ini mengundang Naldo untuk datang ke kediaman orang tuanya. Setelah makan malam bersama, Yara, Farrel dan Naldo duduk santai di teras rumah.

Yara masih penasaran akan masa kecilnya sehingga meminta banyak informasi dari Naldo dan juga Farrel.

Informasi yang Yara dapat dari Naldo, Yara sempat tinggal di rumah Anas dan Diana beberapa bulan. Foto-foto yang ada di rumah Naldo adalah kenangan yang diabadikan orang tua Naldo di saat pesta ulang tahun Naldo yang diadakan di kota ini. Selebihnya foto-foto Naldo dan Yara diambil di kota kelahiran mereka.

Sedangkan informasi yang Yara dapatkan dari Farrel, Yara adalah cinta pertama Farrel dan mereka pernah berjanji untuk selalu bersama. Dan Yara memintanya untuk menikahinya jika mereka dewasa. Farrel juga pernah menolong Yara sewaktu tenggelam di sungai.

"Farrel apa kamu masih mengingat dimana aku tenggelam pada saat itu?" tanya Yara.

"Tidak jauh dari sini," jawab Farrel.

"Yara, maaf aku besok pagi harus kembali ke kota A karena ada meeting. Aku tidak bisa menemani mu. Setelah tiba di Kota A jangan lupa kabari aku. Aku pamit dulu ya." Naldo mengusap lembut kepala Yara.

PLAK!

Tangan Farrel memukul tangan Naldo, "Maaf ada nyamuk, ne lihat berdarah." Farrel menunjukkan telapak tangannya.

"Eh iya, makasih. Yara aku pamit dulu ya. Jika dia macam-macam kamu jangan segan hubungi aku." Naldo memeluk Yara dari belakang.

Mata Farrel melotot, sebelum pergi Naldo melemparkan senyum mengejek ke arah Farrel.

"Hati-hati di jalan Naldo." Yara melambaikan tangannya ke arah Naldo. Dan Naldo membentuk isyarat hati dengan memakai telunjuk dan jempol kanannya.

"Yara, bisakah jangan terlalu dekat dengan Naldo?"

"Kenapa? Naldo anak yang baik." Yara mengernyitkan keningnya.

"Aku cemburu." Farrel menghela nafas.

"Kenapa?"

"Yara peka dikit napa. Aku jatuh cinta padamu, karena itulah aku menikahimu." Farrel mulai berani mengungkapkan isi hatinya.

"Aku hanya sebagai pengganti pengantin mu. Dan Wanda adalah pemeran utamanya. Setelah Wanda kembali kontrak kita berakhir."

"Sudah berapa kali aku katakan, aku serius menikahi mu." Farrel berusaha meyakinkan Yara.

"Tapi aku tidak mencintaimu. Hanya karena aku menginginkan uang untuk biaya operasi Sofia, aku terima pernikahan kontrak denganmu."

"Yara, ingat. Aku serius. Pernikahan kita bukan kontrak!" tegas Farrel.

"Apa? Nikah kontrak? Kalian nikah kontrak?"

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...