NovelToon NovelToon
KARMAPHALA: SAHEN PANGERTOS

KARMAPHALA: SAHEN PANGERTOS

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur / Budidaya dan Peningkatan / Perperangan / Pusaka Ajaib
Popularitas:12.9k
Nilai: 5
Nama Author: Altairael

[MOHON DUKUNGAN UNTUK CERITA INI. JAMINAN MUTU GAK BAKAL NYESEL SIH NGIKUTIN PERJALANAN BUMIRANG, KAMANDAKA DKK. SWEAR ✌️👍]

Bumirang Tunggak Jagad terlahir dengan menanggung kutukan karmaphala yang turun temurun diwariskan oleh leluhurnya. Di sisi lain, dia juga dianugerahi keistimewaan untuk bisa menghapus karmaphala tersebut karena terlahir dari satu-satunya keturunan perempuan. Dia juga dianugerahi wahyu agung oleh semesta karena pengorbanan kedua orang tuanya.

Dia harus mengembara sambil menjalani berbagai macam tirakad serta melakukan banyak kebajikan sebagai upaya untuk menghapus karmaphala bawaan tersebut. Pemuda itu pun disinyalir sebagai utusan semesta yang akan meruntuhkan sang penguasa lalim.

Akan tetapi, musuh yang harus dia hadapi tidak hanya sang raja lalim beserta para pengikutnya, tetapi juga dirinya sendiri. Dirinya yang penuh amarah, Baskara Pati

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Altairael, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BUMIRANG VS RAJAH PATI

Segera setelah Bumirang selesai bicara, kilat menyambar-nyambar di angkasa disertai suara lengking nyaring rajawali yang melesat turun dengan kecepatan yang sulit diikuti mata biasa. Seperti mendapat pencerahan, Restu Benggala pun mengerti maksud perkataan Bumirang barusan dan tanpa ampun langsung mencekik Tri Gaharu menggunakan kedua tangan.

"Kali ini kamu pasti mati di tanganku, Tri Gaharu!" Restu Benggala menekan Tri Gaharu hingga rebah di tanah, lalu menambah daya cekikannya.

"Nyai ...." Suara Tri Gaharu tersekat hanya terdengar seperti bisikan.

"Kurang ajar!" Nyai Dasih meraung murka, tetapi tidak bisa segera memberi bantuan karena bingung mana yang lebih penting. Suaminya atau para selir itu?

Dengan sikap waspada Bumirang berkata, "Kamandaka, Kahuripan, begitu Putih mencapai sasaran segera bebaskan orang-orang dari Tali Rogo dan suruh menyingkir. Rajah Pati, aku yang akan mengurusnya."

Kamandaka dan Kidung Kahuripan tidak sempat protes karena begitu Bumirang selesai bicara, Putih telah mencapai sasaran. Nyai Dasih menjerit kesakitan karena punggung tangannya dipatuk si Putih. Dalam kondisi kesakitan akhirnya perempuan itu memutuskan untuk melemparkan Rajah Pati ke arah Restu Benggala.

"Mampus! Aaarrrhhhggg!"

Saat itu juga orang-orang terbebas dari Tali Rogo dan para selir pun terbebas dari Rajah Pati. Kamandaka dan Kidung Kahuripan melesat ke segala arah untuk menjalankan instruksi, tanpa menyadari bahwa di saat yang sama Bumirang melompat ke arah Restu Benggala dan menangkap dua sinar pekat yang hendak menyerang pemuda tersebut.

"Aaarrrggghhh!" Nyai Dasih meraung seperti gila sambil berusaha menarik Rajah Pati, tetapi gagal total karena Bumirang memeganginya erat-erat. Tubuh Bumirang gemetaran, merasakan tekanan luar biasa karena dililit Rajah Pati, tetapi tetap bersikukuh tidak ingin melepaskan pusaka tersebut.

"Kalian, cepat bawa selir-selir itu pergi dari sini! Restu Benggala, cepat selesaikan bagianmu dan bantu mereka!" Selesai memerintah dengan suara gemetar dan tersendat-sendat seperti sedang tercekik, Bumirang melompat ke samping, lalu berjumpalitan untuk menjauhi arena banyak orang.

Pergerakan Bumirang pun memaksa Nyai Dasih untuk turut berjumpalitan bersamanya karena kalau tidak, dia pasti terseret-seret dan itu akan menjadi pemandangan yang sangat memalukan. Lagi pula, jika Rajah Pati sampai terlepas dari genggamannya karena ditarik paksa maka kesetian senjata pusaka itu bisa berpindah juga. Walaupun tidak mudah untuk memenangkan kesetiaannya, tetapi Rajah Pati akan tetap lebih memilih pemilik barunya untuk dipermainkan dan disiksa.

Perempuan itu tentu saja tidak ingin kehilangan senjata pusaka aliran hitam tingkat tinggi yang berhasil diperolehnya dengan pertaruhan nyawa dan nyaris terbakar di lautan api.

Dengan tubuh gemetar dan basah kuyup oleh peluh, Bumirang berusaha untuk tetap membuat kedua kakinya terpancang kukuh dalam posisi kuda-kuda siaga. Dia mencoba menyentak Rajah Pati, tetapi gagal dan Nyai Dasih pun terbahak-bahak.

"Bocah ingusan bodoh. Kalaupun aku memberikan cambuk sumber rajah ini kepadamu dengan suka rela, itu sama saja dengan aku memberimu kematian." Setelahnya, dia pun kembali terbahak-bahak seperti orang tidak waras. "Benar-benar bodoh!"

Bumirang membalas dengan tenang meskipun suaranya terdengar berat seperti sedang menahan sesuatu yang tidak terperi, napas pun ngos-ngosan, "Kalau begitu kenapa tidak melepaskannya? Bukankah bocah ingusan bodoh ini masih baik-baik saja padahal Rajah Pati ada dalam genggaman?"

Tawa Nyai Dasih pun seketika sirna. Dengan mata melotot dan wajah mengeras seketika berubah menjadi bengis. Sekarang dia menyadari sepenuhnya bahwa pemuda itu bukan orang biasa karena bisa bertahan terhadap tekanan dan siksaan Rajah Pati. Sebagai orang yang pernah bertarung mati-matian dengan pusaka mematikan itu hingga akhirnya berhasil menaklukannya, Nyai Dasih sangat tahu apa yang saat ini Bumirang rasakan.

Dari seluruh tubuhnya yang bergetar, wajah memerah dan kerap mengernyit, juga dari napas ngos-ngosan dan peluh yang mengalir deras, Nyai Dasih tahu bahwa pemuda itu sedang merasakan penyiksaan. Tubuhnya pasti merasa seperti terpanggang, dan dalam setiap tekanan cambuk yang melilit, pasti merasa tulang-tulangnya seperti retak dan bisa remuk kapan pun.

Melihat Bumirang masih bisa bertahan dan justru tampak tenang dalam kondisi yang seharusnya sangatlah teruk, sedangkan dirinya dulu harus berteriak-teriak serta mengamuk seperti gila untuk melampiaskan amarah dan rasa sakit, Nyai Dasih pun merasa tidak senang. Bagaimana mungkin pemuda yang dianggapnya bocah ingusan bodoh itu ternyata jauh lebih tangguh darinya? Siapa dia sebenarnya?

Jawaban pun datang segera setelahnya. Ketika rajawali putih itu menukik turun, lalu mengambang di atas Bumirang, entah bagaimana Nyai Dasih langsung teringat satu hal sangat penting yang sempat terlupakan.

"Sahen Pangertos," gumamnya dengan mata membeliak lebar. "Kamu ... kamu adalah pemuda yang Gusti Prabu Danur inginkan!"

Gelora antusias dan keserakahan pun serasa meletup-letup di dalam jiwa Nyai Dasih. Dia tidak pernah menyangka akan seberuntung ini, bertemu dengan seseorang yang akan membuat derajatnya terangkat di hadapan Prabu Danur Kawiwitan bila berhasil menangkapnya. Dengan begitu, Nyai Rumpang pun tidak akan mampu mengalahkannya lagi.

Ke mana si tua bangka itu? Kenapa buruannya bisa lolos sampai di sini?

Nyai Dasih terbahak-bahak dalam hati karena sekali lagi bisa mengalahkan pesaing terberatnya dalam menarik perhatian dan kepercayaan sang raja.

Sebentar lagi Prabu Danur pasti membuangmu, Rumpang. Atau mungkin malah akan memancungmu.

Terbuai oleh segala khayalan manisnya, Nyai Dasih tidak menyadari Putih terbang ke arahnya. Ketika sadar dia geragapan dan refleks melompat mundur, lalu berjumpalitan beberapa kali karena Putih mengejarnya. Begitu ada kesempatan Nyai Dasih pun berniat untuk menjejak bumi dan memasang kuda-kuda, tetapi tanpa disangka-sangka tubuh Bumirang meluncur deras ke arahnya dan berhasil menyarangkan tendangan dengan dua kaki sekaligus ke dadanya.

"Aaarrrggghhh!" Diiringi raungan panjang, tubuh Nyai Dasih terpental jauh entah ke mana.

Segera setelahnya, Bumirang pun jatuh berlutut, meraung-raung dengan kepala tengadah dan tangan terentang, "Aaarrrggghhh! Aaarrrhhhggg! Aaarrrhhhggg!"

"Bumirang!"

"Raden Bumirang!"

Kamandaka dan Kidung Kahuripan yang tadinya tengah sibuk bertarung melawan orang-orang sekte Brahma Netra Buana yang berusaha menghalangi penyelamatan para selir, serempak menoleh ke arah Bumirang dan berseru nyaris bersamaan.

Sementara itu, Restu Benggala yang tadinya sedang berhadapan dengan Tri Gaharu yang ternyata terlalu tangguh untuk dikalahkan dengan mudah, justru hanya berdiri terpaku karena lawannya kabur mengejar sang istri.

Menyaksikan keadaan Bumirang serta menyadari bahwa kedua pemimpin tidak ada di tempat, orang-orang sekte Brahma Netra Buana pun lari kocar-kacir untuk menyelamatkan diri.

Kebalikan dari mereka, Kamandaka dan Kidung Kahuripan justru berlari menghampiri Bumirang yang masih berteriak-teriak dengan posisi seperti semula. Seluruh tubuhnya dililit oleh dua cambuk hitam yang terus bergerak seperti ular untuk menyiksanya.

"Bumirang!"

"Raden!"

"Cukup! Jangan mendekat!" Suara Putih menggema di udara, sosoknya masih melayang di atas Bumirang. "Kamandaka, persiapkan dirimu. Itu permintaan Raden Bumirang jangan bertanya apa pun."

Sebagai Prabu Jagad Kawiwitan, tentu saja Kamandaka mengerti apa yang terjadi dan kenapa dirinya yang dipilih oleh Bumirang. Dengan tinju terkepal dan seluruh persendian terasa menegang, Kamandaka pun patuh. Dia duduk bersila sikap semadi dan memejamkan mata rapat-rapat.

Sepertinya Bumirang sudah mengetahui jati diriku. Kamu harus menjadi lebih kuat, Bumirang. Dan cepatlah kembali. Sang Hyang Acintya Yang Agung pencipta semesta, mohon restu. Abdi sudah siap.

1
Adian
Benda apa yang dibawa Kahuripan 🤔🤔🤔🤔🤔
Andini Andana
menemukan Si Mata Rajawali /CoolGuy/
kita liyat sekeren apa Restu Benggala 👀
Windy Veriyanti
Astu Satya 🙏
Alta [Fantasi Nusantara]: 🙏🙏🙏😁😁😁😁
total 1 replies
Andini Andana
pertama lihat "ah nothing" 😋
lama2 berubah jadi "wow something" 😱😱😍
Alta [Fantasi Nusantara]: Malah nyasar🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Andini Andana: cuma bisa nanya2 doang, tanya kampung ini dimana, dibilang ooh dekat tinggal lurus aja ikutin jalan ini, jalan udh sampe sore blm nyampe2 juga /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 5 replies
Anny
Apa ini 😳😳😳😳😳😳
Andini Andana
berpura2 gila entah melelahkan atau bahkan menyenangkan untuk Kamandaka 😅😅😅
Alta [Fantasi Nusantara]: 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Andini Andana: readers juga merasa kehilangan kekonyolan mereka Thor /Sweat//Slight//Slight/
total 3 replies
Andini Andana
bahagia ya Prabu Jagad Kawiwitan.. serasa bocah lagi /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Alta [Fantasi Nusantara]: 🤣🤣🤣🤣🤣 Dirayu, dimanja
total 1 replies
SukaBaca
Kasihan Ibu 😭
AFighter
Plot twist yang lumayan/Slight/
Rinchanhime
Ayo, ayo
Rinchanhime
Lucu mereka
Rinchanhime
Emang jago dia, Eyang
Rinchanhime
rame temennya Bumirang
Rinchanhime
Gak bisa juga kayanya
Rinchanhime
Bisa aja,nih
Rinchanhime
Heee, gurunya Eyang? Kok bisa???
Rinchanhime
Mendadak jadi ngeri
Rinchanhime
Jarang nih lelaki kaya Bumirang
Rinchanhime
waaahh, jadi pengen liat
Anny
🤦🤦🤦🤦🤦🤦🥰🥰🤦🤦
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!