Caroline adalah seorang pegawai kantor biasa. Dia bekerja seperti orang biasa dan berpenampilan sangat biasa. Namun, tidak banyak yang tahu bahwa dia sebenarnya adalah boss mafia di dunia bawah.
Suatu hari saat Carolin pergi melakukan perjalanan bisnis, tanpa diduga dia diserang oleh salah satu musuhnya dan mati karena helikopter yang jatuh lalu meledak.
Saat Carolin terbangun, dia menemukan dirinya berada ditubuh orang lain. Melihat kecermin dan memegang wajahnya dengan bingung, “Siapa?”
Akankah Caroline mampu bertahan didunia yang tidak dia ketahui ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ellani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 Mary Aurelius
Caroline berjalan melihat – lihat. Apakah ada toko pakaian lain.
“Jangan! Jangan ambil itu!” terdengar teriakan seorang wanita.
“Aku mohon! Aku akan segera membayarnya … percayalah padaku,” ucap wanita itu dengan tangisan memohon.
“Apa kau pikir aku akan percaya padamu?”
“Ambil barang – barang berharga yang ada didalam toko!” teriak seorang pria paruh baya memerintah bawahannya.
Pria itu menunduk dan menarik rambut gadis yang memegang kakinya. “Dengar … barang – barangmu ini bahkan tidak bisa menutup hutangmu yang-“
“DUK!” pria itu tersungkur kedepan.
“Ah … kau menghalangi jalanku dengan badan besarmu,” ucap Caroline sambil menggaruk telinganya dengan jari kelingking.
“Pffft …” terdengar suara Aland yang tidak bisa menahan tawa.
“Siapa kau?! Berani – beraninya kau menendang bokongku?!” teriak pria itu dengan wajah merah karena marah.
Caroline menunduk dan memegang kerah baju pria itu. “Kau berani denganku?” Caroline memberikannya wajah yang paling kejam yang bisa dia buta.
“Hiiiii!” pria itu merinding.
“K-kau … lihat saja nanti pembalasanku!!!” Pria itu berlari dengan ketakutan dan mengajak anak buahnya untuk pergi.
Melihat pria gemuk itu pergi, Caroline sedikit kecewa. “Apa ini? Sangat tidak asik.” Dia mengharapkan sebuah pertarungan. Sudah lama rasanya dia tidak melawan orang satu lawan satu.
“P-permisi.” Wanita yang menangis itu menghampiri Caroline.
“Terimakasih banyak!” wanita itu dengan tulus berterimakasih kepada Caroline.
Caroline meliriknya. “Aku tidak tahu apa masalahmu dengannya tapi berhati – hati lah dengan pria seperti itu,” ucap Caroline.
“Sebenarnya aku tidak memiliki masalah dengan pria itu … hanya saja.” wanita itu menggigit bibirnya.
“Orang tuaku menjualku kepada pria itu … menukarku dengan sejumlah uang.”
“Tetapi aku tidak mau dan kabur dari rumah membangun usahaku sendiri dan orang tuaku kabur dengan sejumlah uang yang didapat.”
“Aku tidak menyangka akan bertemu dengan pria itu disini.” Dia memilih kota ini karena jauh dari kampung halamannya dan kemungkinan kecil akan bertemu pria itu.
“Orang tuamu sangat tidak tahu malu,” ucap Caroline.
“yah … mereka orang tua yang buruk,” ucap wanita itu dengan wajah sedih.
“Aku juga memiliki orang tua yang buruk.” Caroline berbicara dengan santai. Memang benar ayahnya sangat buruk.
“Bukan hanya itu tapi seluruh keluargaku buruk kecuali ibuku.”
Aland yang mendengar ini segera mengepalkan kedua tangannya. Apa pernah dia bersikap baik kepada Caroline? Setelah di pikir – pikir selama ini Caroline selalu sendiri dan dia selalu dimarahi ayah mereka.
“Kalau begitu kita memiliki nasib yang sama,” ucap wanita itu.
“Yah … bisa dibilang begitu.” Caroline melipat kedua tangannya dan mengangguk setuju.
Caroline melihat kedalam toko , didalamnya terdapat banyak gaun yang dipajang.
Caroline sedikit terpesona. Gaun ini sesuai seleranya. “Apa kau yang membuat semua pakaian ini?” tanya Caroline.
“Yah … meskipun aku tidak terlalu ahli tapi aku cukup percaya diri dengan kemampuanku,” ucap wanita itu dengan malu – malu.
Caroline mengingat kembali apa yang ada didalam novel. Disana ditulis, ada seorang wanita yang memiliki status rakyat biasa. Dia mampu mengendalikan fashion dikalangan bangsawan, banyak bangsawan yang menginginkan baju yang dibuatnya
“Aku lupa memperkenalkan namaku … perkenalkan namaku Mary Aurelius,” ucap wanita itu.
Caroline terkejut dan seketika senang. Apakah dia wanita itu?
“Apa kamu sudah menjual beberapa bajumu?” tanya Caroline.
“Belum … tokoku belum berkembang dan tidak banyak yang mengetahuinya,” jawab Mary.
“Bagus … kalau begitu jadilah designer pribadiku,” ucap Caroline memegang pundak mary dengan sangat percaya diri.
“Apa?! tapi aku-“ Mary ingin pakaiannya dikenal banyak orang dan dibeli oleh orang kalangan kelas atas.
Caroline tahu pikirannya. “Kau boleh menjual pakaian … tetapi khusus untukku designnya berbeda dari yang lain,” ucap Caroline.
Mary tanpa berpikir panjang dia setuju dengan tawaran Caroline.
“Baiklah … aku setuju,” jawabnya dengan semangat.
Caroline senang. Ini seperti memenangkan lotre.
“Apa itu tadi … kau ingin dia menjadi pembuat bajumu?” tanya Aland.
“Ya …. Menurutku baju yang dia buat sangat bagus.” Caroline telah membeli beberapa pakaian untuknya.
“Yah … terserah saja,” ucap Aland.
“Ayo kita pulang.”
Aland dan Caroline pulang dengan kereta kuda. Caroline sangat puas hari ini, dia bisa menikmati hidupnya tanpa harus berjuang antara hidup dan mati setiap harinya.
“Kita sudah sampai.” Pengawal pribadi putra mahkota mengetuk pintu kereta
“Bagus aku akan mencoba baju baruku.” Caroline melompat keluar kereta dengan semangat.
“Biar aku bantu membawa barang bawaanmu.” Aland menawarkan diri untuk membawa barang bawaan Caroline.
“Baiklah jika kau mau.” Segera Caroline memberika barang bawaannya kepada Aland.
Uggh!! Berat sekali. Aku kira tidak cukup berat karena dia membawanya dengan sangat mudah.
“Ada apa? apa ini sangat berat untukmu?” tanya Caroline.
“Tidak aku-“
“Yang mulia biarkan saya membawanya,” ucap Pengawal.
“Aku bisa membawanya sendiri.” Aland segera berjalan.
“Apa dia akan baik – baik saja?” tanya Caroline.
Aland berjalan menuju istana Caroline. Dia melihat sekeliling, tidak ada siapapun disekitar sini. Dimana para pengawal dan pelayan?
“kita sudah sampai … ayo masuk, aku akan membuatkan teh untukmu,” ucap Caroline sambil membuka pintu. Dia cukup percaya diri dengan kemampuannya membuat the. Dikehidupan sebelumnya dia mengikuti kelas pembuat the dan mulai membuat racikan tehnya sendiri, teh yang sangat enak dan baik untuk kesehatan.
“Baiklah.” Aland masuk dan melihat kedalam kamar Caroline. Ini sangat biasa? Jika itu kamar Edelyn maka akan ada banyak hiasan bunga dan juga barang – barang baru serta ruangan yang besar.
Caroline mengambil teh yang ada di atas meja. “Ini adalah teh khusus yang aku racik untuk memulihkan staminamu,” ucap Caroline.
Aland tidak menjawab, dia masih tenggelam dalam pikirannya sendiri.
“Dimana para pelayan dan pengawal?” tanya Aland.
Caroline melihat Aland dengan heran. Bukankah dia tahu kalau orang – orang membencinya?
“Tidak ada yang melayaniku disini, mereka hanya datang untuk membersihkan istanaku saja,” ucap Caroline dengan santai. Yah … setidaknya aku tidak perlu mencuci dan membersihkan ruangan ini.
“Minumlah selagi hangat.” Caroline menaruh teh didepan Aland.
Aland berpikir, apa ayah begitu membenci Caroline?
“Kakak apa kau perna melakukan kesalahan?” tanya Aland. tidak mungkin ayah membencinya tanpa alasan.
Caroline berpikir. “Tidak ada … apa kau ingin meminumnya atau tidak?” tanya Caroline tidak sabar.
“Ah iya aku akan meminumnya.” Aland segera menyesap teh yang dibuat oleh Caroline sendiri.
Setelah menyesap sedikit, Aland terkejut dengan rasanya. Ini sangat berbeda dengan buatan istana!
“Bagaimana kau membuat ini?!” tanya Aland.
“Haha … kau terkejut? Ini adalah salah satu hobi ku yang lain.”
“Meracik the.” Caroline membusungkan dadanya dengan bangga.
“Kalau kau bertanya resepnya aku tidak akan memberitahumu, ucap Caroline menatap Aland dengan tajam.
“Tidak … aku tidak menginginkannya,” jawab Aland. dia tidak bisa membuat teh.
“Tuan Putri … yang mulia raja memanggil anda ke ruang aula.” Terdengar suara teriakan pengawal dari luar.
Caroline mengerutkan kening. Apa ini sudah saatnya?
“Sepertinya kita harus pergi.” Caroline berdiri dari kursinya.
“Kenapa ayah memanggilmu?” tanya Aland. apa ayah ingin mengambil mana Caroline lagi?
“Aku akan ikut bersamamu.” Aland meminum semua tehnya. Ini sangat disayangkan kalau tidak dihabiskan.
Caroline melihat Aland. “Ubah dulu penampilanmu,” ucap Caroline.
Aland melihat dirinya. Aku lupa masih dalam wujud ini.
Beberapa saat kemudian Caroline dan Aland telah sampai di aula istana. Disana terlihat raja dan ratu duduk di tahta mereka serta Edelyn yang berdiri di sebelah Ratu.
“Aland … kebetulan sekali kau juga berada disini,” ucap yang mulia raja.
“Aland kemarilah,” ucap Edelyn.
Aland ragu – ragu untuk pergi kesana, dia melihat Caroline terlebih dahulu.
“Pergilah,” ucap Caroline dengan senyum diwajahnya.
Aland akhirnya pergi berdiri di sebelah raja.
“Caroline,” panggil raja.
“Saya menghadap yang mulia.”Caroline memberi hormat.
“Apa kau tahu kenapa aku memanggilmu?” tanya Raja.
Caroline diam sebentar. “Tidak yang mulia,” jawab Caroline.
“Aku memerintahkanmu untuk pergi keperbatasan untuk berperang!” ucap Raja dengan suara lantang.
“Apa?!” teriak Aland.
“Ayah ini-“
“Putra Mahkota tidak perlu ikut campur.” Raja menatap putra mahkota dengan tatapan dingin.
“Saya menerima titah raja,” Caroline memberi hormat sebagai tanda dia menerima perintah raja.
“Kakak!” Aland tidak menyangka ini akan terjadi.
Edelyn dan Ratu Bianca sangat senang mendengar ini, mereka hanya tersenyum diam.
Setelah itu Caroline pamit undur diri.
“Haha … saatnya aku menemui calon suamiku,” ucap Caroline.
Akhir dari Bab 7.
semangat ya duke dan duches