Karena hidup dalam kesederhanaan dan nyaris tak punya apa-apa. Alena dan Keluarganya selalu di hina dan tak henti-hentinya di rendahkan oleh keluarga sepupunya yang termasuk orang berada.
Alena semakin di kucilkan ketika gadis itu di ketahui telah menjalin hubungan dengan pria yang bernama Pradipta Devano Syahputra. Pria yang berprofesi sebagai seorang montir di salah satu bengkel di kota itu.
Namun siapa sangka, Di balik pakaian kotornya sebagai montir, Alena di buat terkejut setelah mengetahui bahwa Devano ternyata seorang Ceo yang kaya raya..
•••••
"Terserah mereka ingin merendahkan mu seperti apa. Yang penting cintaku padamu tulus. Aku janji akan membahagiakanmu serta membungkam mulut mereka yang telah menghina mu dan keluarga mu.." Pradipta Devano Syahputra.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Viena2106, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Siapa Sebenarnya Dia?
Semua perhatian tertuju kepada Alena yang memakai pakaian mahal. Dari luar memang sangat sederhana, Namun sebenarnya pakaian yang di pakai Alena memang semahal itu. Mulai dari atasan hingga rok span yang di kenakannya. Tak lupa sepatutnya juga.
"Aku udah spil harganya di internet, lihat.. " Salah satu dari karyawan itu mencoba melihat harga seluruh pakaian yang di pakai Alena. Mereka penasaran saja, Dan jelas pakaian itu bukan harga murahan.
"Waaah.. Atasannya saja bisa seharga dua puluh jutaan.. Belum lagi bawahan dan sepatutnya.. Waaou, Bu Alena keren..
"Tadi siapa yang bilang pakaian Bu Alena pakaian murahan? Makanya kalau gak tahu style mending diem aja deh.." Mereka melirik Dilla dengan tatapan yang sinis.
"Kenapa menatapku seperti itu? Aku hanya mengatakan apa adanya. Mungkin saja apa yang Alena pakai itu hanya brand palsu. KW.. Tidak asli seperti yang kalian katakan tadi. Lagi pula, Kalian tahu tahu sendiri kan? Kalau keluarga Alena itu gak akan mampu.. Gak kayak aku yang memang lahir dari keluarga berada sejak lahir, Dan fakta yang harus kalian ketahui saat ini adalah aku ini istri dari seorang manager di perusahaan ini.. Jangankan untuk pakaian semacam itu, Beli Mall nya saja juga bisa.. " Panjang lebar Dilla bicara. Mana mau dia di kalahkan oleh Alena. Meskipun sebenarnya Dilla juga bingung sendiri dari mana Alena mendapatkan semua itu. Menurut dari cerita ibunya, Pertama Ayah dan Bunda Alena pulang dengan membawa motor baru. Setelah itu, Perhiasan dan sekarang Alena memakai pakaian dari Brand ternama.
Dilla sempat bertanya, Dapat dari mana keluarga Alena dapat semua itu. Tidak mungkin semuanya dari suami Alena kan? Karena kalau di pikir secara logika, Mana mungkin suami Alena sanggup membeli semua itu sementara suami Alena hanya bekerja sebagai montir.
"Dilla..Dilla.. Bilang kalau kamu itu sebenarnya iri kan sama Bu Alena.. Pakaian yang di pakai Bu Alena ini asli. Karena kalau KW gak mungkin sebagus ini kainnya.. " Mereka dengan ramai membela Alena. Sedikit banyak tahu, Kalau Alena dan Dilla saudara. Dilla juga selalu secara terang-terangan mengatakan kalau Alena itu hanya menang otak tapi sayang miskin. Itulah kata-kata yang selalu Dilla lontarkan.
"Iri bilang bos.. Buktikan kalau loe itu juga sanggup beli jangan cuma jual omong KW-KW aja.. Dan satu lagi, Gak usah sombong deh.. Belum tentu apa yang loe nikmati sekarang bisa di nikmati selamanya..
"Ba-cot lo ya..
"Udah udah! Kenapa malah jadi ribut gini sih.. Mending sekarang kalian bubar.." Alena meminta mereka bubar akhirnya.
"Iya Bu..." Semuanya bubar tak terkecuali Dilla yang berlalu begitu saja tanpa mengucap sepatah katapun.
Dilla pergi ke ruangan Bagas tanpa mengetuk pintu lebih dulu. Hal itu jelas membuat Bagas terkejut setengah mati, Apalagi yang terjadi dengan istrinya kok datang-datang malah merajuk.
"Mas..
"Kenapa?" Dilla menghela nafas panjang.
"Mas, Aku boleh gak minta beliin baju ke kamu.." Dilla bergelayut manja di lengan sang suami.
"Baju?
"Iya.. Masa aku..
"Bagas.." Andika masuk ke ruang Bagas begitu saja. Dilla yang melihat itu segera melepaskan tangannya dari lengan sang suami. Andika masuk ke ruangan itu tanpa peduli ada siapa di dalam ruangan tersebut.
"Iya, Pak.. Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Bagas dengan sopan.
"Begini, Satu minggu lagi.. Perusahaan akan di adakan acara di salah satu hotel bintang lima yang ada di kota ini..
"Kalau boleh tahu, Acara apa ya, Pak..
"Ini adalah acara penting.. Kamu tahu sendiri kan kalau direktur yang sebenarnya bukan saya? Dan pesta itu adalah pesta dimana putra dari Tuan Rafael atau direktur yang sesungguhnya akan kembali dan mengambil alih tugas yang selama ini saya emban.. Maka dari itu, Saya kasih tugas untuk kamu membuat undangan untuk semua karyawan. Dan sampaikan juga ke mereka bahwa kalian juga bisa datang dengan pasangan atau keluarga besar kalian.." Dilla membuka mulutnya, Ia menatap sang suami dan Andika secara bergantian.
"Pak Andika, Maaf kalau saya lancang.. Misalnya saya bawa kedua orang tua saya dan mertua saya boleh tidak?" Tanpa ada rasa ragu, Dilla memberanikan diri untuk bertanya.
"Owh tentu saja boleh... " Dilla berseru yes dalam hati. Tepat pada acara itu, Dilla harus bisa tampil dengan memukau.
"Hanya itu yang ingin saya sampaikan.. Sebenarnya saya ingin menyuruh Alena, Tapi sepertinya kamu lebih dapat di percaya." Ucap Andika seraya menepuk pundak Bagas membuat pria semakin besar kepala.
" Jangan lupa undangan untuk para pengusaha lainnya. Untuk siapa saja, Biar nanti saya kirim..
"Baik pak..
Andika pun berlalu. Dilla menatap sang suami dengan ekspresi bahagia.
"Mas.. Kita harus tampil dengan memukau di pesta itu Mas.. Mas juga harus bisa meraih hati pak direktur yang asli itu. Jangan sampai kalah sama Alena.." Bagas tersenyum..
"Kamu bener sayang.. Mas harus bisa ngambil hati sang direktur..
"Kamu lihat saja Alena.. Aku akan buat malu kamu dan keluarga miskinmu itu nanti...
.
.
.
Alena keluar dari kantor tepat pukul empat sore. Di parkiran sana sudah ada Devano yang telah menunggunya sejak tadi. Pria itu duduk di atas motor butut kesayangannya.
"Bang..Udah lama nunggunya?" Devano tersenyum, Pria itu beranjak menyambut sang istri dengan baik.
"Enggak juga.. Baru aja. Kita pulang sekarang?" Alena mengangguk..
"Tapi aku laper..
"Iya udah, Kita mampir makan setelah ini.." Dengan wajah yang begitu gembira Alena menyetujuinya.
"Ya, Udah yuk sekarang kita pulang..
"Ayo.." Devano menyerahkan helmnya kepada sang istri. Devano juga penuh perhatian membantu Alena mengenakan pelindung kepala saat berkendara roda dia itu. Begitu hendak naik motor..
"Dih kasihan ya.. Udah naik motor, Motornya butut lagi.. Makanya cepet beli mobil biar enak.." Suara itu, Alena jelas mengenalnya.
"Yuk berangkat Bang.." Alena meminta suaminya untuk segera pergi tanpa menghiraukan ucapan Dilla.
"Dih, Pergi mereka, pasti malu.." Bagas tersenyum.
"Iya, Siapa suruh dulu nolak aku.. Lihat sekarang kemana-mana naik motor butut.." Ucap Bagas merasa puas melihat keadaan Alena sekarang. Suruh siapa menolaknya dulu.
"Ih, Kok kamu malah ungkit itu sih.. Udah mending kita pulang.." Pasangan itu pun mulai pulang menaiki mobil sedang yang biasa mereka tumpangi.
Bagas menghentikan laju mobilnya ketika lampu merah menyala. Sambil menunggu lampu menjadi hijau, Bagas mengedarkan penglihatannya ke sembarangan arah..
"Tunggu? Itu bukannya Alena sama suami montirnya itu.." Batin Bagas ketika mata normalnya tak sengaja melihat Devano dan Alena masuk ke salah satu restoran yang terkenal paling mewah dan mahal di kota ini. Dan setahu Bagas hanya orang tertentu seperti sultan-sultan saja yang bisa masuk ke sana. Tapi ini adalah Devano? Seorang pria yang bekerja sebagai montir??
Bagas jadi teringat dengan ucapan Dilla yang mengatakan kalau orang tua Alena di belikan motor dan perhiasan oleh menantunya. Belum lagi pakaian Alena yang katanya dari brand ternama..
"Sebenarnya siapa dia??
.
.
.
TBC
gantung LG