Rinda mengenalkan sahabatnya yang bernama Dita dengan Danis, kekasihnya. Sikap dan kebiasaan Danis berubah, setelah Rinda kenalkan pada Dita. Tidak ada lagi Danis yang selalu ada disetiap Rinda membutuhkannya. Karena setiap kali Rinda butuh Danis, pria itu selalu bersama Dita.
Rinda menyesal mengenalkan Dita pada Danis. Rinda tidak menyangka orang terdekatnya akan mengkhianati dirinya seperti ini.
Puncak penyesalan Rinda, dia melihat dengan mata kepalanya sendiri, Danis dan Dita masuk ke dalam hotel sambil menautkan jari-jari tangan mereka. Kebetulan Rinda sedang bersama Keenan, pria yang baru saja menjadi temanya. Rinda tidak tahu, jika Keenan adalah calon suami Dita.
Bagaimana sikap Rinda selanjutnya pada Danis dan Dita?
Keputusan apa yang akan dipilih Rinda tentang hubungannya dengan Danis
Bagaimana sikap Rinda pada Keenan, setelah tahu pria itu calon suami Dita?
Yuk simak cerita 'MENYESAL' selengkapnya, hanya di NOVEL TOON
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 Diselingkuhi Oleh Selingkuhan
Paman Reza tiba di rumah sakit. Dia langsung menemui perawat yang menghubunginya. Nama yang terdaftar sebagai wali Dita adalah nama paman Reza. Mama Ana yang mendaftarkannya, sebelum wanita paruh baya itu tahu, papa Heru adalah ayah kandung Dita sebenarnya.
"Permisi Suster, Saya menerima telepon dari rumah sakit. Perawat tersebut mengabarkan kondisi Dita Deswita saat ini. Saya ingin konfirmasi, apa benar Dita lumpuh dan -."
"Bapak ayah sambung nona Dita Deswita?" Perawat tersebut memotong ucapan paman Reza.
Paman Reza diam sesaat, mencoba mencerna pertanyaan yang diajukan perawat tersebut. Dia baru tahu kalau ini ulah mama Ana. Sepertinya tugasnya sebagai pengacara bertambah. Bukan hanya mengurusi perceraian mama Ana dan papa Heru saja, tapi dijadikan wali untuk Dita. Entah apa maksud mama Ana.
"Iya, Saya ayah sambungnya." Paman Reza terpaksa menjawab seperti itu untuk mempersingkat waktu. Dia butuh informasi yang benar secepatnya, untuk mengatur langkah apa yang harus diambil.
"Bapak bisa menemui dokter yang merawat nona Dita sekarang. Mari Saya antar," ucap perawat yang lain, perawat yang menghubungi Paman Reza sebelumnya.
Maka disinilah paman Reza berada, di ruangan dokter yang merawat Dita. Informasi yang dia dapatkan sebelumnya benar adanya. Dita dinyatakan lumpuh akibat cidera di tulang belakang bagian pinggang, dan gadis itu saat ini sedang mengandung.
"Boleh Saya tahu, berapa usia kandungan Dita, Dok?" Paman Reza bertanya, tujuannya untuk menebak, siapa kira-kira ayah kandung bayi yang ada dalam perut Dita. Antara Jay atau Danis?
Baik Jay maupun Danis, semua itu akan melukai hati kedua keponakannya. Terutama Riska, karena harus menghadapi kenyataan suaminya bukan hanya membuat hamil satu wanita saja, melainkan dua diwaktu yang bersamaan. Subur sekali suami keponakannya itu. Tapi bukan berarti bisa membenarkan perbuatannya.
"Disini hasil pemeriksaan dari dokter kandungan, usia kehamilan nona Dita diperkirakan dua belas minggu."
Jawaban dokter tersebut mengejutkan paman Reza. Karena jauh diluar perkiraan paman Reza. Hingga dia mengulangi apa yang dokter sampaikan.
"Dua belas minggu?" Ulang paman Reza.
"Lebih kurang tiga bulan." Dokter menambahkan.
Jika usia kandungan Dita sudah tiga bulan, itu berarti bukan benih Jay maupun Danis. Karena Dita kembali dari luar negeri saja belum genap dua bulan.
"Saya tahu yang bapak pikirkan. Anak-anak sekarang sudah terlalu bebas, mereka sering bertindak mana yang mereka sukai." Dokter kembali bicara, karena paman Reza hanya diam saja.
"Saya sedang berpikir, menebak, siapa ayah biologis anak yang ada dalam kandungan Dita."
"Sebaiknya ditanyakan saja langsung pada yang bersangkutan. Lakukan dengan pelan-pelan. Kejiwaan nona Dita sedang tidak baik. Dia pasti belum bisa menerima kakinya tidak bisa berfungsi lagi. Ditambah berita kehamilannya, itu sangat menganggu kejiwaannya."
Paman Reza setuju dengan ucapan dokter. Siapa yang tidak syok mengetahui kakinya tidak bisa lagi berfungsi. Membayangkan duduk di kursi roda saja, sudah membuat rendah diri. Tapi semua ada sebab akibat. Dita yang membuat jalan hidupnya harus seperti ini. Jadi, biarpun pahit, Dita harus bisa menerimanya.
"Saat ini dukungan keluarga dan orang-orang terdekatnya bisa sangat membantu Dita mengembalikan kepercayaan dirinya," ucap dokter lagi.
"Kelumpuhan yang Dita derita saat ini, apa tidak bisa pulih? Mungkin dengan terapi atau pengobatan lainnya." Tanya paman Reza.
Di kediaman ayah Riza, Rinda menatap Riska yang masih sibuk dengan adonan kue yang mereka buat. Sudah lebih dari dua puluh menit dia menutup panggilan dari paman Reza. Namun Rinda masih belum bisa memberitahu Riska tentang kehamilan Dita.
"Dita lumpuh." Penjelasan paman Reza sempat membuat Rinda terdiam. Namun bukan itu yang menjadi pikiran Rinda.
"Ada hal lain yang kamu juga harus tahu Nda. Dita hamil. Paman akan pastikan terlebih dahulu usia kandungannya. Kemungkinan besar itu anak Jay."
Ucapan paman Reza itulah yang membuat Rinda terus menatap Riska, kakaknya harus kembali menerima kenyataan pahit, jika benar anak yang dikandung Dita adalah anak kakak iparnya.
Suara dering di layar pipih milik Rinda mengejutkan sang pemilik. Rinda segara mengangkat panggilan tersebut. Nama paman Reza yang memanggilnya.
"Usia kandungan Dita sudah tiga bulan."
"Paman yakin?" Rinda ingin memastikan.
"Dokter sendiri yang menyampaikan," jawab paman Reza.
Rinda teringat cerita Delia mengenai suami Kartika yang dekat dengan Dita. Yang Rinda tahu, pria itu sering berpergian ke luar negeri. "Mungkinkah?" Rinda bergumam.
"Mungkinkah apa Nda?" Tanya paman Reza.
"Paman cari informasi tentang Erwin Darman, suami kak Kartika." Rinda mencoba mengaitkan kecelakaan yang Dita alami dengan issue kedekatan Dita dengan suami Kartika.
"Maksud kamu, ini ada hubungannya dengan kecelakaan yang terjadi pada Dita?" Paman Reza memastikan maksud ucapan keponakannya itu.
Meskipun mama Ana kecewa dengan Dita, tapi dia tetap meminta paman Reza untuk mencari tahu apa yang membuat orang tersebut menabrak Dita.
"Mungkin saja," jawab Rinda.
"Baiklah, Paman akan coba cari informasi mengenai hal ini." Balas paman Reza. Lalu dia diam sesaat, sebelum kembali bicara, "Nda, tadi paman bicara dengan dokter. Dia mengatakan, Dita butuh dukungan keluarga untuk membuatnya bisa menerima semua ini."
"Apa tidak bisa disembuhkan?" Tanya Rinda, pertanyaan yang sama dengan paman Reza pada dokter.
"Dita mengalami kerusakan saraf di tulang belakang pinggang. Karena itu, dia hanya mengalami kelumpuhan tubuh bagian bawah. Untuk saat ini, belum ditemukan obatnya, karena kerusakan sumsum tulang belakang tidak dapat diperbaiki lagi."
Rinda diam sesaat, mencoba mencerna jawaban paman Reza. Lalu dia teringat dengan mama Ana. "Mama Ana sudah tahu?" Tanya Rinda.
Meskipun mama Ana marah dan kecewa pada Dita, sebagai orang yang sudah merawat Dita sejak kecil, mama Ana pasti sedih mendengar berita ini. Lumpuh dan hamil diluar nikah. Mungkinkah ini hukuman untuk Dita?
"Paman tidak bisa memberitahu mama kamu lewat telepon," jawab paman Reza.
"Biar Rinda temui mama sekarang," sahut Rinda.
"Jangan sekarang. Biar Paman saja yang memberitahu mama Ana. Setelah selesai urusan di rumah sakit, Paman akan mengunjungi mama Ana. Setelah itu, kita kembali membahas perceraian Riska.
Rinda setuju dengan usulan paman Reza. Dia kembali menatap Riska, setelah menutup panggilan dari paman Reza. Riska yang sadar Rinda sedang memperhatikannya bertanya, "Ada apa lihat Teh Ris sampai seperti itu?"
"Dita lumpuh " jawab Rinda.
"Itu hukuman untuk dia. Siapa suruh senang merusak hubungan orang lain. Tuhan sedang memberikan teguran." Riska menanggapi dengan santai tapi sangat dalam.
"Dia hamil," ucap Rinda lagi.
"Anak Abang kamu?" Riska bertanya untuk memastikan.
"Sepertinya bukan. Usia kandungannya sudah dua belas minggu."
Riska menghentikan kesibukannya. "Bagus, biar Jay tahu rasa diselingkuhi pasangan selingkuhnya.
Jawaban Riska diluar ekpektasi Rinda. Kakak perempuannya bisa jadi orang yang tidak punya hati bila menyangkut orang yang sudah membuatnya patah hati.
"Belum ada kabar keberadaan bang Jay?" Tanya Rinda.
"Belum. Biarkan saja. Bagus kan, jika dia tidak hadir di persidangan perceraian." Jawab Riska.
Rinda tidak tahu, benarkah tanpa kehadiran Jay di pengadilan agama nanti sebuah hal yang baik, Paman Reza yang lebih paham, karena dia adalah pakarnya dalam bidang ini. Lebih baik Rinda menghentikan pembicaraan ini.
Rinda melanjutkan membantu Riska dengan diam. Bibirnya tidak bicara, tapi kepalanya tidak bisa berhenti berpikir. Memikirkan, membayangkan Dita yang sedang ditimpa musibah bertubi-tubi.
"Bagaimana dengan Keenan, kapan dia akan datang dengan keluarganya?"
Ditanya seperti itu, bukan menjawab, Rinda justru memeriksa pesan yang masuk. Mungkin saja ada yang terlewat, dan itu dari Keenan. Karena hingga saat ini, calon suaminya itu belum mengirimkan pesan apapun.
Keenan yang Rinda pikirkan sedang mengunjungi Oma Irma. Ibu dari papa Fardhan. Dia tidak sendiri, tapi ditemani mama Mitha. Tujuannya untuk memberitahu Oma Irma, Keenan akan melamar putri dari teman papa Fardhan. Sekaligus meminta restu.
"Mitha, kamu kan tahu, ketentuan keluarga ini dalam mencari pasangan. Cari bibit bebet bobot yang sepadan dengan kita." Oma Irma justru menegur mama Ana, bukan memberikan restunya.
"Oma sudah siapkan calon istri untuk kamu Keenan. Kamu pasti akan menyukainya. Kalau tidak, Oma pastikan kamu akan kehilangan kedudukan kamu di perusahaan." Oma Irma kembali bicara. Kali ini pada Keenan, berikut ancaman.
Mama Mitha tidak bisa banyak bicara, jika ibu mertuanya sudah memutuskan. Harusnya papa Fardhan saja yang datang bersama Keenan, bukan dia.
"Silakan saja Oma serahkan perusahaan ini pada Barata. Keenan siap meninggalkan semuanya." Keenan tegas kali ini.
Jabatan bukan apa-apa. Kekayaan pun tidak menjamin kebahagiaan. Namun hidup dengan orang yang tepat, jauh lebih baik. Rinda bukan orang yang silau harta, seperti gadis yang akan dijodohkan Oma Irma dengannya.
"Oma belum bilang siapa orangnya, kamu sudah main tolak saja." Oma Irma menegur Keenan.
"Semua gadis yang pernah Oma jodohkan dengan Keenan, hanya melihat apa yang Keenan miliki."
"Keluarga Gladys setara dengan keluarga kita. Dia sudah bersedia menikah sama kamu. Bagaimana? Dia cinta pertama kamu, kan?"
Oma Irma tersenyum saat Keenan tidak bisa menjawab. Dia sudah mendengar gosip kedekatan Keenan dengan Rinda, janda beranak satu. Oma Irma tidak sudi cucunya menikah dengan janda. Sekalipun Rinda putri orang kaya. Kebetulan sekali Oma Irma bertemu Gladys. Mereka berdua membuat kesepakatan untuk memisahkan Keenan dengan Rinda.
Ayo Keenan, kamu masuk dalam kehidupan Rinda untuk menyembuhkan luka. Bukan untuk membuatnya semakin terluka.
Makin seru