"Ganteng banget, pasti burungnya gede."
Penulis gila yang masuk ke dalam novel orang lain, karena malas berurusan dengan plot alay. Dia mengadopsi man villain dan menikahi second male lead.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mellisa Gottardo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
transplantasi paru-paru
Yola dan Sky sampai di rumah sakit saat waktu menunjukkan pukul 19.20 waktu setempat. Mereka langsung dibawa ke ruang rawat VIP, Langit langsung di pakaikan baju pasien dan terbaring diatas brangkar.
Dokter langsung memeriksa dan melakukan test kecocokan dari ketiga pendonor. Yola dan Sky hanya bisa melihat dari balik tembok kaca, Sky di ambil sample darah dan lain-lainnya. Jantung Yola berdebar kencang karena mulai khawatir.
"Tadi seneng sekarang murung lagi, kenapa?." Heran Sky.
"Operasi kan ngga selalu berhasil, aku jadi takut." Bisik Yola.
"Berdoa aja yang baik-baik." Ucap Sky.
"Duh bener-bener merinding, aku jadi pengen muntah." Ucap Yola lemas.
Sky merangkul Yola, memberikan suntikan kekuatan untuk tetap berdiri dan melihat segala proses yang ada. Saat kecocokan sedang di lakukan menggunakan sample, Langit menunggu di ruang rawat sampai jadwal operasi di beritahu.
"Jangan gugup Lang, lo pasti bisa. Cuma begini mah gampang." Ucap Yola, berusaha menenangkan.
"Kayaknya disini justru lo yang paling panik." Celetuk Sky.
"Diem deh Sky." Yola kesal.
"Makasih, gue ngga tau apa setelah ini gue masih hidup apa ngga. Tapi, makasih udah bantu sembuhin gue. Pasti lo udah keluar banyak uang, gue belum bisa ganti semuanya. Maaf....
"Stop stop stop, jangan di lanjutin. Lo pasti panjang umur, jangan berpikir negatif." Ucap Yola, tidak sanggup mendengar.
"Lo harus semangat hidup, lo boleh nyerah kalo emang mengakui ga bakal menang lawan gue." Ucap Sky.
"Iya gue kalah." Ujar Langit.
"Najis banget, berjuang yang bener. Jalannya udah di kasih, percaya aja sama diri lo sendiri." Kesal Sky.
Greb
"Baik-baik aja, lancar dan panjang umur anak Ibu." Ucap Yola, memeluk Langit sedih.
Langit hanya tersenyum tipis, dia membalas pelukan Yola. Meskipun selama ini dia menyangkal, tapi memang hanya Yola yang tulus padanya meskipun sedikit rada-rada.
"Coba panggil Ibu." Pinta Yola, penuh harap.
"Ibu." Lirih Langit.
"Janji bakal semangat dan ngga nyerah ya? Ibu bakal selalu nungguin dan berdoa disini." Ucap Yola, suaranya bergetar karena menangis.
"Makasih Ibu." Langit mulai merasa terharu.
"Nah sekarang panggil Ayah juga sama Sky, meskipun begini dia juga tulus bantu rawat kamu selama ini." Ucap Yola, berusaha tersenyum.
"Makasih..... Ayah." Ucap Langit, dia merasa geli tapi apa boleh buat.
Berbeda dengan Langit yang geli, Sky justru merasa salting dan perutnya tergelitik. Dia jadi ingin tersenyum, tapi mati-matian menahannya.
srak
srak
"Semangat, setelah ini lo bakal sembuh." Sky mengacak rambut Langit, meskipun wajahnya tidak menatap Langit tapi sepertinya dia tulus.
Langit terdiam, lalu kemudian dia tersenyum tipis. Dia merasa bahagia, jika ini adalah saat terakhir baginya hidup, dia akan pergi dengan bahagia, karena sudah merasakan cinta orangtua meksipun dari orang aneh.
Langit tidak bisa membendung air mata, dia merasa terharu dan perasaan takut mati mulai menyeruak dalam dirinya. Meski dia selalu mengatakan lelah dan bosan hidup, dia tentu saja aslinya ingin panjang umur, sukses dan bahagia. Dia hanya berusaha ikhlas dan menerima takdirnya saja.
"Nggapapa, ngga sakit kok karena di bius nanti." Yola menghapus air mata, yang mengalir dari pelupuk mata Langit.
Sky memalingkan wajahnya, dia jadi ikut emosional. Entah kemana perginya perasaan benci dan dendamnya dulu, sepertinya dia masih memiliki simpati dan empati sebagai manusia.
Tidak lama kemudian perawat datang mengatakan jadwal operasi Langit akan di lakukan pada jam 03.00 pagi, Langit boleh makan untuk terakhir karena setelah itu harus puasa.
Waktu berjalan sangat cepat bagi Yola, Yola jadi ingin membawa Langit kabur saja. Rasa takut jadi lebih dominan sekarang, Yola dan Sky menemani Langit yang brangkarnya sedang di dorong menuju ruang operasi.
Sebelum pintu oprasi di tutup, Yola melambaikan tangannya dan mengucapkan semangat tanpa suara. Sky juga melambaikan tangan meskipun wajahnya datar.
Langit melihat dengan perasaan campur aduk, dia bahkan pegangan besi pinggir brangkar dengan erat karena gugup. Pintu operasi di tutup dan Langit siap menjalankan operasi dengan resiko besar.
Yola dan Sky menunggu dengan panik di luar ruang operasi. Dokter sempat mengatakan jika operasi akan berlangsung selama kurang lebih 8 jam, Yola merasa kepalanya pusing karena khawatir dan kurang tidur.
"Yola, tidur aja gapapa. Gue udah minta izin tambahkan ke sekolah, jangan memaksakan diri nanti lo sakit." Ucap Sky.
"Operasinya bakal lancar kan Sky?." Lirih Yola.
"Kita pasrahin aja sama tuhan." Ucap Sky.
Lampu ruang operasi berubah hijau, yang artinya operasi sedang di lakukan dan Langit sudah mulai di sayat-sayat. Yola merasa pusing dan semuanya gelap begitu saja.
Yola tak sadarkan diri karena terlalu panik, Sky buru-buru menggendongnya dan mencari bantuan perawat yang ada di sana. Yola dibawa ke ruang rawat, Sky jadi kebingungan karena pasiennya jadi ada dua.
Sky membiarkan Yola istirahat, dia kembali ke depan ruang operasi menunggu sebagai wali dari Pasien. Waktu sudah menunjukkan pukul 06.00 pagi, sudah 3 jam berlalu sejak operasi berlangsung.
Kurang 4 jam lagi, Sky sampai ketiduran di bangku tunggu karena ngantuk. Sky terlelap karena merasa lelah, hingga tepukan di bahunya membuatnya terbangun.
Sky mendengar suara berisik, dia buru-buru membuka mata. Ternyata operasi sudah selesai dan pintu operasi sudah dibuka. Sky langsung berdiri untuk tau Informasi.
"Operasi berjalan dengan lancar, pasien masih perlu pantauan dan diperiksa perkembangannya. Tunggu dua jam lagi, setelah itu Pasien sudah bisa di pindahkan ke ruang rawat." Ucap Dokter, Sky jadi lega.
Sky buru-buru melihat Yola, Yola sudah bangun dengan wajah pucat. Mendengar kabar jika operasi berhasil, Yola langsung pergi untuk melihat kondisi Langit saat ini.
Mereka berdua hanya bisa mengintip dari balik tembok kaca tebal, mereka bisa melihat Langit terbaring pucat tidak berdaya. Banyak sekali alat terpasang di tubuhnya, detak jantung yang terdengar menakutkan bagi Yola.
Yola tak henti-hentinya berdoa, memohon pada yang maha kuasa agar Langit segera sadar dan semuanya baik-baik saja.
"Ayo makan, kita udah telat sarapan. Kita nanti kesini lagi, semoga semuanya baik-baik aja." Ucap Sky, berusaha menenangkan.
"Gue ga bisa nelen makan sekarang." Ucap Yola.
"Gapapa, dikit aja. Jangan sampe sakit, kita masih butuh banyak tenaga setelah ini." Ucap Sky.
Dengan berat hati Yola mengangguk, keduanya pergi ke kantin rumah sakit untuk makan sedikit. Mengisi perut yang sudah kosong, Yola merasa lebih baik setelah makan.
Saat sedang duduk sambil menurunkan makanan yang baru saja mereka telan, seorang perawat berlari menghampiri mereka.
"Kondisi pasien drop dan dalam kondisi kritis, wali harus segera menandatangani surat penanganan darurat." Ucap Perawat.
Yola terkejut bukan main, bahkan dia merasa makanan yang baru saja dia telan ingin keluar semua. Sky bergerak cepat menggendong Yola yang lemas, menuju ruang operasi.
Sky menandatangani penanganan segera, dia bisa melihat dari tembok kaca bagaimana Langit kejang-kejang dengan darah yang berhamburan dari mulutnya.
"Ngga... please, bertahan Langit." Batin Yola, merasa nyawanya sisa setengah.
"Bertahan bajingan." Batin Sky.