Kecelakaan menjadikan tertulisnya takdir baru untuk seorang Annasya Atthallah. Berselang dua bulan setelah kecelakaan, gadis yang biasa dipanggil Nasya itu dipinang oleh orang tua lelaki yang merupakan korban kecelakaan.
Airil Ezaz Pradipta, terpaksa menyetujui perjodohan yang diam-diam dilakukan oleh kedua orang tuanya. Tidak ada yang kurang dari seorang Nasya. Namun dirinya yang divonis lumpuh seumur hidup menjadikan Airil merasa tidak pantas bersanding dengan perempuan yang begitu sempurna.
Lelaki yang dulunya hangat itu berubah dingin ketika bersama Nasya. Mampukah Nasya meruntuhkan tembok es itu dan melelehkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susilawati_2393, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 7
Sinar matahari perlahan menerobos celah-celah tirai jendela. Menghadirkan kehangatan dan kecerahan dalam ruangan.
"Kesiangan," gumam Nasya melihat jam yang menunjukkan pukul enam lewat.
Menyingkap selimut dan bangun. Sudah jadi kebiasaannya jika weekend dan sedang berhalangan, maka tubuhnya meminta istirahat lebih lama.
Udara pagi terasa segar dan sejuk, memberikan nafas baru setelah seminggu yang sibuk. Hari ini ia telah membuat janji dengan Seno Archer, detektif swasta yang Key kenalkan padanya.
Perempuan itu membuka tirai jendela, menyaksikan gedung-gedung yang menjulang tinggi dari kamarnya. Menikmati pemandangan kota yang mulai terbangun dari tidur.
Nasya tidak memasak sarapan, memesan makanan cepat saji. Ia sedang tidak bersemangat memegang alat masak.
Selepas mandi Nasya langsung bersiap untuk pergi. Memberikan sentuhan make up natural pada kulit wajah dan sapuan lipstik tipis di bibirnya agar terlihat lebih segar.
"Kau mau kemana?" Airil menyelidik istrinya yang berpakaian rapi dan nampak cantik dengan pakaian santainya.
"Aku mau keluar sebentar Mas, sarapan sudah aku siapkan."
"Kau tidak menemaniku sarapan?" Ketus Airil.
Nasya menghela napas pelan, "ayo." Ajaknya mengalah agar bisa cepat pergi. Mendorong kursi roda Airil ke ruang makan.
Meskipun bisa menjalankannya sendiri, namun Airil tidak menolak. Selama sarapan berlangsung tidak ada pembicaraan. Nasya pamit pergi setelah menemani suaminya sarapan.
Sedikit mengalami kemajuan, Airil tidak pernah menolak makanan yang disiapkannya lagi. Mungkin benar adanya pepatah yang mengatakan cinta berawal dari perut naik ke hati.
"Nona Anna?"
Sapa seorang pria dengan tinggi berkisar seratus tujuh puluh enam centimeter. Gaya rambut yang sedikit lebih panjang, namun tertata rapi.
Nasya mengenalkan identitas dirinya dengan Anna.
"Pak Seno?" Balas Nasya.
Mereka bertemu di sebuah restoran. Sebelumnya ia telah mereservasi ruang VIP yang terpisah dari ruang utama. Sehingga pertemuannya akan tetap terjaga.
"Panggilan itu sepertinya terlalu tua untuk saya," Seno tersenyum.
"Mas Seno," ralat Nasya.
"Panggil nama saja, itu lebih baik." Pinta pria itu dan Nasya mengangguk setuju.
"Apa yang bisa saya bantu?"
"Tolong selidiki kasus kecelakaan ini," Nasya memperlihatkan video kecelakaan kemudian menunjukkan foto Airil.
"Saya ingin memastikan apakah ini kecelakaan murni karena kelalaian pengendara. Atau memang sudah direncanakan," jelas Nasya secara gamblang.
"Annasya Atthallah istri Tuan Airil," pria itu berdecak kagum setelah melihat foto Airil.
"Saya hanya sering mendengar nama anda namun tidak pernah bertemu langsung."
Istri Airil itu mengangguk kecil sebelum lanjut berbicara.
"Saya ingin kasus kecelakaan suami saya cepat ditemukan titik terangnya. Dan tolong jangan memanggil saya dengan nama yang dikenal orang."
Seno mengangguk setuju, "dengan senang hati melindungi privacy klien saya. Saya akan segera mengirimkan informasi terkait."
Nasya mengangguk dan mengucapkan terimakasih, mereka tidak keluar bersamaan. Nasya keluar lebih dulu dari tempat itu.
Agar tidak menimbulkan kecurigaan suaminya, Nasya mampir ke minimarket untuk berbelanja kebutuhan harian. Ia menyiapkan stok makanan cukup untuk satu minggu lengkap dengan bumbu-bumbunya. Sehingga memudahkannya dalam memasak dengan waktu yang terbatas ini.
...🍀🍀🍀...
"GENTA Group telah mengungumkan pemenang tender dari Vanguard Innovations," beritahu Arraz. Persaingan bisnis memang sangat ketat apalagi di bidang teknologi inovasi.
Global Energy and New Technology Advancement atau GENTA Group adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang energi global dan kemajuan teknologi baru. Perusahaan ini fokus pada pengembangan, implementasi, dan penggunaan teknologi terkini untuk meningkatkan efisiensi, keberlanjutan, dan inovasi di sektor energi.
Perusahaan seperti GENTA memiliki tujuan untuk memajukan industri energi global dengan menggabungkan keahlian dalam teknologi baru dan pengetahuan dalam bidang energi.
"Smart Home lebih menarik dari Smart Grid," Airil tersenyum sinis.
Mereka telah mengembangkan Smart Grid lebih dari dua tahun. Sebuah sistem jaringan listrik pintar yang menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi, keandalan, keberlanjutan, dan keamanan penyediaan energi listrik.
Smart grid menggabungkan infrastruktur jaringan listrik tradisional dengan elemen-elemen baru, seperti sensor, perangkat cerdas, dan perangkat lunak otomatisasi.
"Mereka mengadakan acara jamuan nanti malam. Aku sudah menyampaikan kalau Abang tidak bisa datang."
"Aku akan datang," potong Airil cepat.
"Baik, Kak Nasya diajak? Aku akan meminta Nefa untuk menyiapkan pakaian kalian."
Airil memberikan anggukan sebagai jawaban. Harapannya sangat besar bisa bekerja sama dengan GENTA Group. Implementasi smart grid memerlukan biaya yang besar.
Sebenarnya smart home dan smart grid dapat berdampingan untuk menciptakan ekosistem energi yang lebih cerdas, efisien, dan berkelanjutan. Hanya saja secara personal mereka tidak bisa berdampingan. Airil sangat tahu bagaimana liciknya CEO Vanguard Innovations itu.
...🍀🍀🍀...
Nasya bergegas pulang ketika Nefa memintanya pulang cepat. Adik iparnya itu tidak menjelaskan apa-apa. Di apartemen Nefa dan Airil menunggu kedatangannya.
"Kenapa muka Abangmu suram banget Fa?" Tanya Nasya ketika Nefa mengeluarkan barang-barang yang dibawanya. Melirik sekilas wajah Airil yang sibuk memperhatikan layar laptop.
"Gagal dapat investor, GENTA Group lebih memilih mendanai smart home." Bisik Nefa pelan, mempaskan gaun yang dibelinya ke tubuh Nasya.
Nasya tidak berkomentar lagi. Mencoba caftan dress yang Nefa bawakan. Dress longgar dengan lengan panjang yang berasal dari tradisi Timur Tengah itu pas di tubuhnya.
Dress berwarna green mint itu dipadukan dengan ikat pinggang berwarna senada. Memberikan penegasan pada siluet tubuh. Namun, tetap menjaga kesan longgar.
"Ngapain kamu beli high heels Nefa, kakinya itu masih sakit. Jangan pakai itu," Airil berkomentar meskipun terlihat sibuk dengan urusannya sendiri.
"Nefa nggak tahu kaki Kak Na sakit," ujar Nefa mencebik. "Salah lagi," gerutunya kesal.
"Udah nggak papa, aku ada sandal. Bisa pake sandal yang ada aja." Nasya mengusap-usap lengan Nefa.
"Jari kaki Kakak kenapa?" Gadis itu menunduk, mengamati jari-jari kaki kakak iparnya.
"Kejepit, cuma bengkak sedikit. Paling besok juga sudah sembuh, kamu pulang saja. Aku bisa siap-siap sendiri Fa," Nasya kasihan melihat Nefa yang kelelahan. Mungkin Airil baru saja menindasnya.
"Oh tidak bisa, Nefa sudah panggil MUA kesini."
"Ngapain harus panggil MUA. Kan cuma mau menghadiri jamuan makan malam?"
"No, akan banyak orang penting yang hadir malam ini. Bagus lagi kalau Kakak bisa membuat GENTA Group balik arah ke Emeral Corp," bisik Nefa.
"Nefa!!" Tegur Airil. Dia tidak akan menjual istrinya untuk merayu para investor.
"Nefa nggak ngomong apa-apa, Abang." Jawab Nefa dengan cengiran lebar.
"Cari tahu tentang GENTA Group dan pesaing Emeral Corp," Nasya diam-diam mengirimkan pesan pada Seno.
sabar ya sa
key diamm
sblm.terkmabat