“Tenanglah! Aku ada di sini untukmu.”
Ana seorang gadis yatim piatu yang asal mulanya tinggal bersama pamannya, Ana masih duduk di bangku SMA usianya baru 18 tahun,
dia terpaksa sekolah sambil bekerja di rumah seorang pria tampan yang tak lain adalah bos di tempat pamannya bekerja. Ana terpaksa melakukannya karena keinginan bibiknya yang tak menyukainya dan hanya akan menambah beban bagi keluarga mereka. Namun siapa sangka kehadirannya di rumah majikannya itu bisa membuat seorang pria tampan sedingin es semacam Haris Mahendra (28 tahun) tanpa sadar sudah jatuh cinta kepadanya. Akankah perjalanan cinta mereka akan berjalan mulus? sementara Aris sendiri sudah memiliki seorang wanita yang sangat di cintainya yaitu Bellena, istri nikah sirinya. Mereka terpaksa menikah siri karena alasan kedua belah pihak keluarga mereka yang tidak menyetujui hubungan mereka.
Penasaran?
Yuk cus langsung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rova Afriza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode tujuh
Malamnya.
Ana langsung kembali ke Kamarnya setelah selesai menyiapkan makanan di atas meja, dia benar-benar tak berani dan juga gemetaran saat ini karena tahu kalau dia ternyata sudah salah memasuki sebuah Rumah.
"Aku harus cepat tidur, pokoknya aku harus berangkat sekolah sepagi mungkin," Ujar Ana optimis, lalu memejamkan kedua matanya.
Ting tong...ting tong..
Aris yang saat itu tengah berada di meja makan dan baru saja menyelesaikan makannya pun langsung berjalan ke arah pintu saat mendengar Bel Rumahnya berbunyi barusan.
"Ya," Ujar Aris, saat melihat seseorang yang tengah berdiri di depan Rumahnya itu.
"Maaf tuan, saya ke sini untuk mengantarkan sebuah paket untuk Anda!" Ujar Kurir itu seraya langsung menyerahkan paket yang ada di tangannya kepada Aris.
Aris sempat kebingungan saat menerima paket itu, karena, setahu Aris selama ini istrinya tak pernah mengirimkan paket apa pun untuknya.
"Oh ya tuan, tolong segera tanda tangani juga di sini! untuk sebagai bukti bahwa paketnya sudah Anda terima," Ujar kurir itu lagi seraya menyerahkan sebuah bolpoint dan juga secarik kertas ke arah Aris.
"Sudahlah! turuti saja," Batin Aris.
Lalu segera menandatangani kertas tersebut.
"Baik, terimakasih tuan, saya permisi dulu," Pamit Kurir itu. Setelah sudah menerima surat dan juga kertas yang di berikannya kepada Aris, lalu melajukan motornya kembali ke arah jalanan raya.
****
Dret...Dret...
Suara ponsel Aris bergetar pertanda ada telepon masuk di ponselnya.
Tertera di layar Ponselnya itu kalau yang menelponnya adalah mamanya.
"Ya ma?"
sahut Aris malas saat sudah mengangkat telepon mamanya itu. dia sudah hapal betul, kalau setiap mamanya menelepon, pastilah hanya untuk mengaturkan perjodohan dengan para wanita-wanita cantik anak dari teman-teman arisannya, maupun anak perempuan dari relasi bisnis papanya.
"Sayang apa kau sudah menerima paket dari mama?" Tanya Erika atau yang biasa di panggil Rika, setelah teleponnya sudah terhubung dengan Anak tunggal satu-satunya itu.
"Ya, Aris baru saja menerimanya."
Sahut Aris. Dia sudah terheran-heran, saat tahu kalau mamanya lah yang mengirimkan paket itu untuknya, karena alasan mamanya yang selama ini tak pernah memberikan sesuatu yang berbentuk sebuah paket untuknya, kalau pun mamanya ingin memberikan sesuatu padanya, pastilah Rika akan memberikannya secara langsung.
"Apa kau juga sudah membukanya?" Suara Rika terdengar begitu riang dari seberang sana.
"Belum ma, lagian kenapa sih, besok-besok kan bisa, kenapa harus sekarang membukanya?" Aris langsung mengerutkan keningnya saat mendengar ucapan mamanya yang terdengar begitu tak sabaran.
"Ayo, bukalah sekarang juga! mama sudah menyiapkan kejutan yang paling menarik untukmu." Suara Rika terdengar semakin tak sabaran dari sebelumnya.
Aris pun langsung mengambil paket yang ada di atas mejanya lalu membukanya.
"Bagaimana, apa kau sudah membukanya sayang?" Tagih Rika lagi.
"Mama apa-apa an ini, kenapa Mama mengirimkan benda menjijikan seperti ini kepada Aris ?" Suara Aris terdengar sangat kesal, saat melihat sebuah Lingeri berbentuk Bra dan juga Celana dalam berwarna hitam yang ada di dalam kotak itu, matanya terus menatap nanar ke arah kedua benda itu.
"Sudahlah sayang, kau tak usah
semalu itu sama mama saat melihat
apa isi paketnya, mama harap kau akan
segera membawa wanitamu ke rumah,
agar mama segera menimang
cucu secepatnya."
"Maksud mama apa, Aris gak ngerti?" Aris begitu kebingungan saat mendengar ucapan ngawur mamanya itu.
"Sudahlah sayang, ka**mu gak usah menyembunyikan rahasia apapun lagi dari mama, mama sudah tahu kalau kamu tengah menyembunyikan seorang gadis di rumahmu, kamu takut mama akan segera menikahkanmu dengan perempuan itu kan, lalu dengan begitu kamu terpaksa harus menepati janjimu tempo hari kepada semua karyawanmu dengan menaikan gaji mereka sebanyak 30% persen, dari gaji awal, kamu menyembunyikan nya pasti karena hal itu bukan? kamu tenang saja sayang , Mama pasti akan membantumu nantinya."
"Oh jadi itu penyebabnya, mama sampai
harus mengirimkan paket malam-malam ke rumah Aris?"
Aris sudah menebak kalau karyawan perusahaannya lah yang telah menyebarkan Fitnah itu pada mamanya.
"Ya sudahlah ma, hentikan lelucon mama, Aris tak ada menyembunyikan gadis manapun di rumah, jadi mama jangan berfikiran yang macam-macam tentang Aris, satu lagi, Aris juga sudah mengatuk ingin tidur, jadi, udah gak punya waktu lagi untuk meladeni omong kosong mama!"
Suara Aris terdengar begitu kesal.
"Sudahlah sayang, kau tak usah mengelak lagi, mama sudah tahu rahasiamu, jadi mama harap kamu bisa memberi kabar bahagia Secepat mungkin untuk mama!"
Sahut Rika seraya tersenyum sumrigah, saat membayang dirinya yang sebentar lagi akan segera menimang seorang cucu.
Tut.
Telepon berakhir, Aris langsung mematikan teleponnya secara sepihak, dia benar-benar malas meladani omong kosong mamanya, yang terus-menerus menagih seorang cucu padanya.
Malam ini Aris sudah bertekad akan segera memberi pelajaran kepada karyawannya yang sudah memfitnahnya itu besok, karena sudah berani mengada-ngada omong kosong kepada mamanya.