Safire adalah seorang Dokter di masa depan, tiba-tiba dia sudah berada di tubuh seorang Putri. Istri dari seorang Pangeran yang dulunya adalah kandidat Putra Mahkota terkuat, tapi karena suatu insiden memalukan akhirnya sang Pangeran harus kehilangan wajah dan wibawa-nya. Karena penjebakan Esmera, akhirnya dia harus menikahi wanita yang tidak disukainya. Seorang Putri yang sangat angkuh, jahat dan licik.
"Kau bangun?! Ckkkk.... aku kira kau mati! itu yang aku harapkan! Jangan pikir aku menyentuh dan menggaulimu karena aku menginginkanmu, Esmera! Aku dipaksa meminum obat oleh Ibu Suri karena kau merengek padanya. Kau bilang padanya setelah aku menikahimu aku tidak pernah menyentuhmu! Bahkan sekarang setelah aku menyetubuhimu, aku ji jik pada diriku sendiri!" ujar Pangeran Alexander berwajah ji jik.
Akankah Safire bisa merubah stigma buruk Putri Esmera, pemilik tubuh yang ia masuki?
Yuk, kepoin aja...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab - 7 Kakek Harus Menurut Padaku, Sang Tabib.
Bab.7
Saat Safire berlari masuk ke kamar Kaisar, semua orang di dalam sana sedang menangis dengan pilunya. Nafas Kaisar terdengar pendek - pendek, Safire tanpa kentara perlahan mendekati Kaisar. Semua orang ternyata tak ada yang menyadarinya, ia berpura - pura ikut menangis sembari terus mendekati Kaisar. Tadi di jalan dia memikirkan obat untuk Kaisar, dia sangat yakin penyakit Kaisar adalah hipertensi. Bahkan saat tadi sempat membuka kotak obat, benar saja ada botol kecil berisi obat hipertensi, ia masukkan jarum injeksi ke botol obat dan menyimpan cairan obatnya di dalam suntikan agar lebih memudahkan nya.
Safire menghalangi tubuh Kaisar dengan tubuhnya, seharusnya ia menyuntikkan obat ke dalam infusan tapi ini situasi mendesak. Untung saja obat itu bisa melalui injeksi intramuskular yaitu injeksi langsung melalui otot. Safire akhirnya menyuntikkan injeksi di lengan bagian atas Kaisar, setelah selesai secepat kilat dia menyembunyikan suntikan di balik lengan.
Mata lemah Kaisar yang sudah ingin menutup, membelalak terkejut saat merasakan suntikan itu. Kaisar menatap Esmera dengan pandangan aneh, lalu tiba - tiba detak jantungnya yang lemah kembali berdetak kuat.
Grep!
Tangan Kaisar mencekal lengan Safire, sepertinya Kaisar merasakan tindakan sembunyi - sembunyi Safire.
"Ka... lian... pergi... lah..." tiba - tiba Kaisar berucap dengan terbata - bata tapi masih terdengar jelas.
Sang Tabib bahkan lebih terkejut, beberapa menit lalu bahkan untuk bernafas saja Kaisar kesusahan tapi kini bahkan Kaisar bisa berbicara.
"Yang Mulia!" Tabib mendekati Kaisar mulai memeriksa denyut nadi Kaisar, sang Tabib bisa merasakan denyut yang semakin kuat. "Yang Mulia Kaisar diberkati!" teriaknya senang.
"Suruh... semua orang pergi... a-aku ingin berdua saja dengan istri Alex... hhh..." Kaisar berbicara sedikit keras.
Semua orang saling bersitatap, mereka keheranan dengan keinginan Kaisar. Namun, pengawal pribadi Kaisar dengan wajah garangnya mengusir mereka semua.
Kini, hanya ada Safire dan Kaisar di kamar itu.
"Siapa namamu?" tanya Kaisar menatap penasaran pada istri cucunya, ia memang tidak mengingat setiap istri dari para Pangeran.
"Saf--" Safire salah bicara, " Esmera, Kakek Kaisar."
"Apa yang kamu masukkan ke dalam tubuhku tadi? Bahkan tadi sebelum Alex menyeret mu pergi dari kamar ini, bibirmu bergerak seolah mengatakan padaku jika kamu akan segera menolongku," nafas Kaisar sudah semakin stabil.
"Kakek sudah lebih baik? Dada kakek sudah tidak sesak lagi?" Safire tak menjawab pertanyaan sang Kaisar dan malah balik bertanya.
"Aku sudah merasa lebih baik, jelaskan apa yang kau lakukan padaku."
"Aku menyuntikan obat melalui injeksi intramuskular. Suntikan itu bertujuan mengantarkan suatu zat ke dalam otot agar cepat diserap pembuluh darah. Lihat lah, Kakek sudah merasa lebih baik, 'kan?"
Kaisar tak mengerti yang dibicarakan istri dari cucunya, hanya saja dia bisa mempercayai perkataannya. Dia mengenal seseorang yang berbicara seperti Esmera yang ia temui beberapa tahun lalu dan kini bahkan sesekali mereka masih bertemu.
"Kamu bisa mengobati ku?" tanya Kaisar.
"Itu tergantung, apa Kakek Kaisar ingin aku mengobati mu?"
"Apa kamu yakin bisa menyembuhkan ku, jangan membual dan akhirnya kau hanya memberi harapan palsu."
"Kalau kakek menurut padaku, aku yakin akan bisa menyembuhkan mu. Karena sebenarnya kesembuhan seorang pasien itu harus ada kerjasama dari kedua belah pihak. Si pasien dan Dokter maksudku tabib, jika aku mengobati Kakek tapi kakek nggak nurut padaku sebagai tabib itu akan percuma," Safire menggeleng.
Kening berkerut Kaisar semakin mengerut, menatap serius penuh selidik, "Apa aku bisa mempercayaimu?"
"Apa Kakek tidak ingin mempercayaiku?" Safire terus bermain kata, ia tau Kaisar bisa menjabat di posisi kursi seorang Kaisar karena kepintarannya jadi ia yakin Kaisar tau mana yang terbaik.
"Aku mempercayaimu."
Safire tersenyum, "Kalau begitu, mulai sekarang Kakek adalah pasienku. Kakek harus menurut padaku, sang tabib. Oke?"
"Hm," Kaisar menganggukkan kepalanya yang masih lemah.
seru lucu jg