Ranum Nayra harus hidup menderita dengan sang ibu serta adiknya yang masih balita, setelah ayahnya memilih menikah lagi dengan wanita kaya raya yang baru dikenalnya.
Apakah Ranum akan tabah menerima setiap takdir yang sudah tertulis untuknya?
atau malah sebaliknya menyerah di tengah jalan?
Cus, di baca bastie supaya nggak penasaran😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayuza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malam yang Kelam
Dengan pakaian yang begitu tipis dan terbuka Ranum terus saja berjalan sambil mencari kamar dengan nomer 22, dan setelah beberapa menit akhirnya ia bisa menemukan kamar yang di maksud oleh Grace wanita pemilik klub malam itu. Dengan tangan yang gemetaran disertai keringat dingin yang membasahi telapak tangannya ia mulai mengetuk pintu sambil menghela nafas kasar.
"Ibu, ini semua aku lakukan hanya demi Ibu maafkan aku yang melakukan ini semua," gumam Ranum lirih.
Tidak lama pintu kamar itu terbuka bersamaan dengan suara bariton yang menyuruh Ranum untuk masuk. "Masuklah, aku sudah terlalu lama menunggumu." Suara itu terdengar sangat menakutkan di telinga Ranum. "Hai kau, cepatlah kemari!"
Ranum membayangkan bahwa laki-laki yang memanggilnya saat ini adalah om-om yang berkumis tebal dan berperut buncit. "I-iya tuan, sa-saya akan segera ma-masuk," sahut Ranum sambil berjalan ke dalam kamar yang terlihat hanya menggunakan lampu tidur. Meski ia saat ini merasa sangat takut tapi ia tetap berusaha terlihat seperti bodoh amat. Karena yang terpenting baginya mendapat uang yang banyak supaya ia bisa membayar biaya operasi ibunya.
Ketika ia sudah masuk dan mulai mendekati ranjang tiba-tiba saja pintu kamar itu tertutup bersamaan dengan itu lampu neon pada kamar itu menyala dengan sangat terang.
"Kau lama sekali, aku sudah bosan menunggu," kata seorang laki-laki yang tiba-tiba saja menyembul dari belakang pintu yang tertutup tadi. Laki-laki itu terlihat memegang sebotol minuman beralkohol dengan merek anggur merah.
Ranum yang melihat itu refleks menutup belahan dadanya dan juga bagian bawah pusarnya dengan kedua telapak tangannya. Sungguh saat ini ia merasa malu dan takut secara bersamaan di saat laki-laki itu menatapnya dengan tatapan yang berbeda.
"Apa kau sudah mandi?" pertanyaan dari laki-laki itu membuat Ranum mengangguk. "Baguslah, kalau begitu kau berbaringlah dan berikan servis terbaik yang kau miliki."
Mendengar itu Ranum sangat kesulitan untuk menelan salivanya, ia juga langsung menggeleng. "Tuan, ma-maaf sa-saya ti-tidak bisa me-melakukan apa yang Anda minta," balas Ranum dengan suara terbata-bata.
Laki-laki itu menyunggingkan senyum tipis ia lalu semakin mendekati Ranum yang tubuhnya semakin gemetaran. "Kau tidak sedang menipuku 'kan?" tanya laki-laki itu sambil melempar botol minuman beralkohol itu ke sembarang arah sehingga menciptakan bunyi yang begitu nyaring. "Aku membayar kau tidaklah murah, lalu sekarang kau dengan mudahnya mengatakan tidak bisa melakukan apa yang aku minta, Grace wanita itu menipuku!" desisnya yang merasa kesal.
Namun, karena ia sudah terlalu banyak meminum minuman keras itu tiba-tiba saja kepalanya terasa sangat pusing dan bayangan istrinya yang bercinta dengan sahabatnya kembali terngiang-ngiang di pelupuk matanya itu yang membuatnya menatap Ranum dengan tatapan sinis. Sehingga tanpa aba-aba ia mendorong tubuh kurus Ranum ke atas ranjang begitu saja dengan sangat kasar. Dan tanpa mengucapkan sepatah kata ia menarik baju tipis Ranum dengan satu tarikan sehingga dua gunung kembar milik Ranum yang terlihat menantang membuat air liurnya menetes.
"Tu-tuan, bolehkah sa–" Kalimat Ranum menggantung di udara di saat laki-laki itu membenamkan wajah di dua gunung kembarnya dan tangan laki-laki itu meraba pangkal pahanya. Detik itu juga bulu kuduknya meremang dan merasakan sensasi yang begitu aneh. Apa lagi di saat laki-laki itu membuka penutup gunungnya detik itu juga dua benda kenyal menyembul keluar.