Bumi ~
Sampai matipun aku tak akan pernah menyentuh wanita sepertimu karena tempatmu bukan berada di sisiku tapi berada di kakiku .
Air ~
Tak apa jika kau tak akan pernah melihatku , akan kunikmati setiap sakit yang kau torehkan karena aku adalah istrimu .
Hubungan yang terjalin karena adanya paksaan . Dendamnya pada wanita yang telah menjadi istrinya membuatnya buta untuk melihat kebenaran . Akankah Air mampu bertahan ? Akankah Bumi mampu melepasnya ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lindra Ifana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
07
Bumi siang itu pamit kepada mamanya untuk pergi ke perusahaan sebentar karena ada hal yang harus di urusnya . Bumi juga merasa harus menemui seseorang .
Dan tak lama kemudian Air dan Dewa datang untuk menjenguk , mereka datang karena Rita yang memintanya lewat chat .
" Mama ... "
" Tante ... "
Air dan Dewa langsung menghampiri Rita yang tampak duduk di sisi suaminya . Dua parubaya itu langsung tersenyum lebar ketika melihat mereka berdua .
" Bagaimana keadaan papa ? " tanya Air yang masih melihat wajah pucat Alfian .
" Aku baik , mana cucuku Janu ? "
" Jangan aneh aneh deh Pah , Janu masih kecil mana boleh di bawa ke rumah sakit "
" Makanya papa cepat sembuh biar bisa lihat Janu lagi "
" Dewa boleh Tante minta tolong ? Tante ingin mengajak Air untuk menemani makan di kantin sebentar . Tolong jaga Om sebentar " kata Rita pada Dewa yang sedang duduk di sofa .
" Siap Tan , Om aman sama Dewa " seru Dewa yang langsung disambut tawa oleh Alfian .
" Om jadi merasa punya satu anak lagi Wa " lirih Alfian .
Rita dan Air duduk di kantin rumah sakit yang sore itu terlihat sepi , mereka hanya memesan dua cangkir kopi panas .
" Mama ingin bicara sama kamu Air . Tadi malam Papa kena serangan jantung ringan dan dokter memutuskan untuk mengangkat satu ginjalnya juga . Papa sakit walau terlihat baik baik saja "
Air yang belum mengetahui arah pembicaraan Rita hanya terus mendengarkan tanpa berniat menjedanya . Air tahu ada kesedihan dibalik semua kalimat yang diucapkan wanita di depannya .
" Besok papa dan mama ingin berobat ke Tiongkok ... "
Rita menghela nafasnya untuk mengumpulkan kekuatan agar bisa meneruskan kata katanya .
" Dan papa punya permintaan sebelum kesana ... "
" Papa mau apa ? Air akan bantu mama semampunya untuk memenuhi keinginan Papa " Air mengira jika Alfian menginginkan sebuah barang atau sesuatu yang akan dibawa untuk berobat nanti .
" Dia ingin Bumi , adik Reynand menikah .. "
Air masih manggut manggut mendengarkan semua penjelasan Rita .
" Denganmu Air ... "
Air langsung mendongak menatap Rita dengan tatapan tak percaya . Dahinya berkerut seakan menginginkan kejelasan dari perkataan wanita di depannya .
" Papa ingin menikahkan Bumi denganmu Air . Dia akan lebih tenang pergi berobat ke Tiongkok jika kau dan Janu di jaga oleh Bumi , putra kami "
" Tidak !! Air akan membantu mama sebisanya untuk memenuhi keinginan Papa tapi tidak dengan yang satu itu !!! Mama juga seorang wanita , mama tahu kan rasanya jika sudah mencintai seseorang walaupun dia sudah tidak ada di dunia ini ? "
" Mama paham nak . Tapi itu permintaan terakhir papa sebelum berangkat . Dokter bilang jika kami harus bisa menjaga suasana hatinya karena akan lebih berbahaya jika papa sampai mengalami unfall kedua "
" Mahh .... " lirih Air
" Bumi sudah setuju dengan rencana ini . Dia anak yang baik seperti kakaknya . Papa percaya hanya Bumi yang bisa menjaga kalian "
Air memeluk dan berusaha menenangkan Rita ketika wanita itu mulai menangis .
" Mama mohon Air ... Mama tidak mau kehilangan lagi !! Mama tidak mau kehilangan papa , cukup Reynand ... cukup Reynand . Ya Tuhan , Mama tidak sanggup lagi huuuuuu ... huuuu ... "
Rita malah menangis lebih keras hingga ada seorang pelayan yang terlihat memberikan air putih di meja mereka . Mungkin para pelayan di kantin rumah sakit ini sudah terbiasa dengan pemandangan seperti ini .
Setelah mengucapkan terimakasih pada pelayan kemudian Air memberikan segelas air itu pada Rita . Setelah Rita lebih tenang kemudian Air mencoba bicara lagi .
" Biarkan Air berpikir dulu Mah ... "
" Tapi dua hari lagi kalian menikah , semua sudah disiapkan oleh orang kepercayaan papa . Mama mohon jangan menolak , demi nyawa papa nak "
Air dilema dengan semua yang terjadi begitu cepat ini . Dia masih sangat mencintai Reynand suaminya . Dan bukan hal yang mudah untuk menikah lagi , selain karena ia memang belum mengenal Bumi juga karena ia belum siap mental untuk melayani laki laki lagi .
Air adalah wanita dewasa , ia paham apa saja tugasnya jika ia benar benar menjadi istri dari seorang Bumi . Siap tidak siap maka ia harus melayani suaminya untuk kebutuhan lahir dan batinnya .
Tapi nyawa Alfian juga bergantung padanya , jika ia menolak kemungkinan besar laki laki itu akan unfall untuk kedua kali . Air menatap Rita yang masih di depannya , kehilangan putra sulungnya adalah pukulan hebat untuknya . Air tidak ingin menambahkan penderitaannya jika harus kehilangan orang yang ia cintai sekali lagi .
" Bismillahirohmanirohim ... " Air mengambil nafas sebanyak yang ia bisa kemudian menghembuskan ya perlahan lahan .
" Air bersedia memenuhi permintaan papa jika itu bisa membuat mama dan papa bahagia "
Rita memeluk kembali Air dengan erat , tangisnya pecah lagi walau kali ini tangisnya adalah tangis bahagia .
" Terimakasih nak ... terimakasih untuk kesempatan hidup yang kau berikan pada papa ! Reynand benar ... kau wanita paling baik yang bisa kami temui . Maafkan kami yang terlambat menyadari itu ... maaf "
Air memejamkan matanya , ia mencoba memantapkan hati untuk keputusan luar biasa yang diambilnya kali ini . Air berharap semoga keputusannya menjadi jalan lain untuk kebahagiannya dan Janu , putranya .