Seorang gadis sederhana berusia 19 Tahun merupakan anak dari seorang petani yang menjadi mahasiswi kedokteran dan sudah menempuh semester 3. Mengejar cita-cita menjadi seorang Dokter, untuk menggapai cita-cita dengan membiayai pendidikannya ia harus bekerja di sela-sela kuliahnya. Namun, ada suatu hal yang sebenarnya ia sembunyikan dari semua orang!
Keinginannya menjadi seorang Dokter sirna ditelan ombak terjang oleh sebuah keterbelengguan dengan seorang pria. Yang di mana keluarga pihak pria datang meminta ia menikah dengan putranya dan sebelum hal itu terjadi ia sempat menolak.
Namun, Takdir tetap membawanya dalam perangkap itu sehingga harus menggugurkan cita-citanya yang tidak bisa dilanjutkan.
Dia terus terbelenggu dengan seorang laki-laki yang berprofesi sebagai CEO di perusahaan tempatnya bekerja yang memiliki penyakit aneh disembunyikan dari semua orang!
Dia menjadi salah satu seorang wanita di dunia ini yang tidak membuat seorang Tuan tidak bereaksi pada penyakitnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dnrfitri_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
07. Menolak Di Jodohkan
Setelah beberapa jam di kebun, mereka kembali ke rumah Dini dan berbincang-bincang kembali.
"Sebenarnya kedatangan kami kesini bukan hanya untuk membeli bunga saja, tapi ada satu hal utama yang mengharuskan kami kesini Pak, Bu." Ucap Pak Barma
"Apa itu, Pak?" Tanya ayah Dini yang bernama Pak Malik
"Maaf jika kami mengatakan ini secara tiba-tiba tanpa adanya kesepakatan. Kami ingin..." Pengucapan Pak Barma terhenti
"Ingin apa pak? Jika bunganya kemahalan saya ingin mengembalikan uang tambahan harga tadi saja." Pak Malik menyela bicara Pak Barma
"Bukan, Bukan itu Pak." Jawab Bu Amira bergemetar
"Kami ingin melamar putri bapak, Dini untuk menjadi menantu keluarga kami." Jelas Pak Barma spontan
Betapa terkejutnya semua orang terutama Dini saat namanya disebut dan menyertakan keinginannya.
"Maksud bapak dan ibu ini apa ya? Bisa diperjelas!" Ketus Pak Malik yang masih tak menyangka
"Begini, Pak. Kami ingin menjodohkan putri bapak dengan putra kami." Jawab Pak Barma
"Maksud, Pak Barma, dan Bu Amira. Saya harus menikah dengan putra kalian?" Tanya Dini
Sejelas apapun mereka menyatakan keinginan mereka, Keluarga Dini masih tetap tidak menyangka dan mencerna perkataan mereka.
"Iya, Itu maksud kami. Bagaimana, Nak? Kami harap kau setuju, kami ingin menjadikan mu menantu keluarga kami." Ucap Bu Amira
"Ini sangat mendadak, Pak, Bu. Bahkan kita baru saling mengenal." Ucap Bu Lia
"Yang dikatakan ibu benar, kita tidak saling kenal, dan baru saja kita saling mengenal. Bagaimana bisa kalian begitu yakin terhadap kami, sampai kalian ingin menikah kan saya dengan putra kalian." Ujar Dini
"Putra kami sudah setuju mengenai perjodohan ini, Dan dia mengatakan urus saja semuanya. Kami hanya tinggal mendengar persetujuan dari mu, Din." Ujar Pak Barma
"Jika saya sebagai orang tua Dini, menyerahkan semuanya kepada Putri kami." Jawab Pak Malik
"Maaf Pak, Bu. Bukannya saya bermaksud lancang untuk menolak, tapi saya tidak bisa menerima lamaran kalian. Maaf, saat ini saya tidak ingin terikat pada suatu hubungan, saya ingin menyelesaikan pendidikan saya dahulu." Jawab Dini
"Tapi kenapa, Din? Padahal putra kami sudah menerimanya. Setelah menikah, kau bisa melanjutkan pendidikan mu." Tanya Bu Amira yang masih tidak ingin jawaban itu yang ia dengar
"Menikah tanpa dasar cinta tidak akan pernah berjalan mulus ketika membina rumah tangga. Impian saya untuk menikah hanya satu kali, itu dengan orang yang bisa menerima saya apa adanya. Jika dinikahkan secara perjodohan saya tidak ingin jika nanti pernikahan kami harus putus ditengah jalan karena ketidakcocokkan. Saya sendiri tidak tahu apa yang membuat putra bapak dan ibu langsung menyetujuinya namun, saya memiliki intuisi jika putra kalian melakukan ini hanya karena desakan." Jelas Dini
"Tapi, Ibu yakin anak ibu bisa menerimamu apa adanya. Jika masalah cinta, dengan seiring berjalannya waktu akan tumbuh rasa cinta diantara kalian, saya yakin kau ataupun putra kami akan mulai membuka diri untuk kehidupan kalian." Ucap Bu Mira yang berusaha meyakinkan
"Maaf, Bu. Sekali lagi saya menolaknya, bukan tidak ingin namun, saya benar-benar tidak bisa menerima tawaran perjodohan." Kata Dini
"Setelah menikah, kau masih bisa melanjutkan pendidikan mu, Nak. Asalkan statusmu sudah menjadi menantu yang merupakan bagian dari keluarga kami, kami senang." Ucap Bu Amira
"Sekali lagi atas nama anak saya, saya minta maaf Pak, Bu. Jika putri kami sudah menolaknya saya sebagai orang tua tidak bisa memaksakan kehendak." Ujar Pak Malik
Pak Barma dan Bu Amira pun pergi kembali pulang dengan keadaan murung dan kecewa berat.
...***...
Pukul 13.00 WIB.
"Pak, Bu. Dini berangkat kerja dulu yah." Pamit Dini untuk pergi
"Memangnya ini sudah jam berapa?" Tanya Pak Malik
"Baru pukul 12.30." Jawab Dini
"Masih lama Din,, Nanti bapak antar saja ya?"
"Tidak perlu, Pak. lagipula dari rumah ke restoran kak Shinta kan dekat. Lalu bapak juga harus mengurus pembelian bunga mawar Bu Amira tadi."
"Baiklah, untuk masalah tadi... Ken..."
"Dini berangkat dulu ya, Pak. Assalamualaikum." Dini memotong pembicaraan karena ia tahu jika ayahnya ingin bertanya mengenai penolakan perjodohan tadi dan ia tidak ingin membahas hal itu lagi
"Wa'alaikumussalam..." Jawab Pak Malik sembari melihat Dini dengan sendu
Di Mansion Keluarga Pratama.
"Bagaimana ya, Pak? Dini menolak perjodohan ini." Ujar Bu Amira
"Bapak juga bingung, Bu. Padahal bapak sudah mengharapkan dia menjadi menantu kita." Balas Pak Barma
"Apa kita bujuk Dini sekali lagi saja ya, pak?"
"Tidak perlu, Bu. Jika Dini tidak ingin pasti dia menolak lagi sekuat apapun kita berusaha membujuknya." Kata Pak Barma
"Bapak benar, itu tandanya harus keinginan Dini sendiri, supaya Dini terdorong menerima perjodohan ini."
"Ayah memiliki ide, Bu."
"Apa itu, pak?" Antusias Bu Amira
Mereka pun menyusun rencana agar Dini menerima permintaan mereka, walaupun kenyataan belum pasti apakah Dini akan menerimanya atau tidak namun, saat ini mereka berusaha mencari cara.
...***...
"Assalamualaikum..." Ucap Dini yang baru masuk ke Restoran Shinta
"Wa'alaikumussalam,,, Eh, Din." Ucap Shinta menyambut
"Iya kak,,, Kak mana saja pesanan yang harus ku antar?" Tanya Dini
"Em..Din." Murung Kak Shinta
"Ada apa kak? kakak sakit? wajah kakak pucat seperti ini, jika sakit kakak istirahat saja." Ucap Dini
"Tidak, Bukan itu, Din. Sebenarnya ada yang ingin kakak katakan padamu, tapi kakak takut kau sedih."
"Memangnya apa kak, kakak tidak perlu sungkan. Cerita saja!" Ucap ketersediaan Dini
"Din, Maafkan kakak. kakak terpaksa harus melakukan ini."
"Kakak ingin melakukan apa?" Ucap Dini yang menunggu pernyataan kak Shinta dari tadi
"Tapi kau janji ya pada kakak, kau tidak boleh membenci ataupun dendam pada kakak." Menggenggam kedua tangan Dini
"Maksud kakak? Aku tidak mengerti maksud Kak Shinta."
"Maafkan kakak ya, Din. Kakak terpaksa melakukan hal ini padamu. Sekali lagi kakak minta maaf... Maafkan kakak, kakak terpaksa memecat dirimu, Din. Jadi untuk hari ini dan seterusnya kau tidak kerja lagi di sini."
"Aku di pecat??" Tanya Dini dengan nada gusar
"Iya maafkan kakak yah, kakak terpaksa. Kenapa kakak memecatmu karena, restoran kakak baru saja kemalingan semua uang dilaci dibawa. Dan rencana nya uang itu untuk membayar gaji kalian, tapi uang itu tidak tersisa sedikit pun, maka dari itu terpaksa kakak memecat sebagian pekerja kakak termasuk kamu, karena kakak tidak sanggup membayar mereka perbulan, kau tahu sendiri kan untuk membayar semua gaji ini penghasilan restoran kakak tidak cukup, jadi kakak mengurangi jumlah pekerja."
"Astagfirullah,,, Aku ikut berduka cita ya kak. Maaf Aku tidak bisa membantu apa-apa. Setelah mendengar cerita kakak Aku tidak apa-apa jika dipecat, Aku mengerti situasi kakak." Jawab Dini
"Iya maafkan kakak ya, Din. Tapi gaji mu bulan ini kakak bayar."
"Tidak perlu kak. Saat ini dibandingkan aku, kakak lebih membutuhkan." Ujar Dini menolak gaji yang diberikan Shinta
"Tidak, Kau harus menerima gajimu ini, kau juga pasti membutuhkan uang untuk membayar kuliahmu, bukan!"
"Tidak perlu kak, Tidak perlu, Aku masih ada uang simpanan. Lebih baik kakak simpan saja." Ucap Dini
"Kau yakin, Din? Tapi ini sudah tengah bulan, hari-hari sebelumnya kau bekerja bukan. Sudah kewajiban ku membayar jasa mu." Ucap Shinta yang tak enak hati
"Iya kak, Aku sangat yakin. Uangnya simpan saja untuk kakak ya."
"Tapi, Din. Kakak tidak enak hati padamu, kau sudah bekerja namun, kakak tidak membayar mu."
"Iya kak, Tidak apa-apa. Jika seperti itu mulai sekarang aku tidak bekerja lagi di sini. Tapi bolehkan mengunjungi restoran kakak?"
"Iya tentu saja boleh, Din."
"Terima kasih ya, Kak. Jika begitu aku akan pulang saja, ya."
"Secepat ini, Din?" Aneh Shinta yang seolah berat Dini pergi dari Restaurantnya
"Iya kak, dikarenakan aku ingin mencari pekerjaan juga di luar sana. Siapa tahu ada lowongan." Kata Dini
"Maafkan kakak ya, Din. Gara-gara kakak kau menjadi menderita seperti ini."
"Sudah tidak apa-apa, yang namanya musibah tidak ada yang tahu. Aku pamit pergi dulu ya, Assalamualaikum." Dini pun Pergi
"Waalaikumsalam." Jawab Shinta
"Jika seperti ini aku yang merasa berdosa, bukan keinginan ku memecat Dini dari restoran ku, padahal dia pekerja yang lebih baik dibandingkan pekerja lainnya.
Aku terpaksa mengarang cerita, dan Dini sendiri sama sekali tidak mengambil gajinya. Mengapa orang itu memaksa diriku untuk melakukan hal ini. Apa masalahnya dengan Dini?" Gumam Shinta meratapi kepergian Dini
Dipecatnya Dini dari Restoran Shinta dikarenakan ada dalang dibalik terjadinya hari ini. Pak Barma dan Bu Amira yang sangat cepat kilat untuk menjalankan misi mereka. Mereka pikir dengan menjadikan Dini tidak bekerja lagi, ia tidak akan mendapatkan penghasilan dan merasa terhimpit. Dengan begitu karena uang, Mereka pikir Dini akan menerima tawarannya menjodohkan dia!
rambut boleh sama hitam tp hati org tidak ada yg tau bkn
bergaul boleh seperlunya saja