Krystal Berliana Zourist, si badgirl bermasalah dengan sejuta kejutan dalam hidupnya yang ia sebut dengan istilah kesialan. Salah satu kesialan yang paling mengejutkan dalam hidupnya adalah terpaksa menikah di usia 18 tahun dengan laki-laki yang sama sekali belum pernah ia temui sebelumnya.
Kesialan dalam hidupnya berlanjut ketika ia juga harus di tendang masuk ke Cakrawala High School - sekolah dengan asrama di dalamnya. Dan di tempat itu lah, kisah Krystal yang sesungguhnya baru di mulai.
Bersama cowok tampan berwajah triplek, si kulkas berjalan, si ketua osis menyebalkan. Namun dengan sejuta pesona yang memikat. Dan yang lucunya adalah suami sah Krystal. Devano Sebastian Harvey, putra tunggal dari seorang mafia blasteran Italia.
Wah, bagaimana kisah selanjutnya antara Krystal dan Devano.
Yuk ikuti kisahnya.
Jangan lupa Like, Komen, Subscribe, Vote, dan Hadiah biar Author tambah semangat.
Salam dari Author. 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Icut Manis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 23 : BERSAMA DEVANO
***Flashback On***
*Beberapa jam sebelumnya*...
*Krystal mempercepat langkahnya di tengah lorong yang untungnya tampak lengang. Krystal tidak tahu sekarang langkahnya ada dimana. Ia hanya berjalan tak tentu arah. Kepalanya mulai berputar dan penglihatannya tidak jelas lagi*.
*DUAR*!
*Suara petir yang begitu keras terdengar. Krystal menutup kedua telinganya dengan telapak tangan yang basah akan keringat serta mata yang terpejam. Ia mulai bisa mendengar suara derasnya air hujan yang turun. Tanpa di komando tubuhnya bergetar dan nafasnya kian memburu hebat*.
*DUAR*!
"*AKHHH*!!
*Suara petir kedua membuat kepala Krystal semakin berdenyut kesakitan bukan main. Penglihatannya semakin berkunang-kunang. Dicengkramnya kepalanya dengan kuat, meringkuk dan bergerak gelisah di lantai. Nafasnya mulai terputus-putus. Bak ikan yang keluar dari kolam dan kekurangan air, seperti itulah kondisi Krystal sekarang*.
*Seiring denyutan yang tidak tertahan di kepalanya. Satu persatu ingatan itu menghantam benaknya layaknya adegan rusak yang kabur, tidak jelas, namun terasa sangat nyata. Semakin Krystal coba untuk melawannya semakin rasa sakit di kepala itu menyiksanya*.
"*Eghhh...hhh sakitt!! Arghhh sakit...Mama...hiks*..."
*Krystal merasa oksigen di sekitarnya mulai menepis. Tangannya yang gemetar dan di penuhi keringat meraba-raba, mencoba untuk mencari pegangan. Tangan dan kakinya sama gemetarnya sekarang. Matanya yang tadi berkunang-kunang mulai menggelap. Namun, ia tidak menyerah untuk mencoba berjalan dengan berpegang pada tembok dan terus menyeret langkah kakinya. Ia harus mencari tempat dimana suara hujan tidak bisa di dengarnya. Meski berulang kali terjatuh, tersungkur*.
*DUAR*!
*BRUK*!
"*Arghhh*!!
*Nafasnya semakin terputus-putus. Kali ini, ia biarkan tubuhnya tergeletak tidak berdaya di lantai yang dingin, memandang dalam kegelapan. Lag-lagi ia di kalahkan oleh rasa trauma yang menguasai dirinya, menyiksanya hingga ke titik paling rendah*.
*Mata Krystal terpejam. Membawanya pada ingatan itu*.
***Krystal kecil rasakan sakit pada sekujur tubuhnya. Tercium bau amis dari darah yang mengalir lewat kepala hingga memenuhi wajahnya. Lewat mata sayu nya ia melihat Mama, Papa dan saudari kembarnya yang tergeletak mengenaskan, bersimbah darah di dalam mobil yang terbalik. Nafas Krystal terputus-putus, tangan lemahnya terulur layaknya orang yang mencoba menggapai sesuatu. Matanya kian mengabur, rasa sakit semakin menusuk di sekujur tubuhnya. Ia mulai menangis, suara tangisnya bercampur dengan suara derasnya air hujan dan petir yang sesekali terdengar. Matanya terpejam, bertepatan dengan ia rasakan tubuhnya terangkat ke udara***.
*Lalu ingatan berakhir, berganti dengan ingatan lain yang tidak jelas, kabur dan asing*.
"*Keyzia...maaf*..."
*Di sisa kesadarannya, Krystal berusaha tetap terjaga. Namun, matanya tidak bisa untuk terbuka. Krystal mulai menangis sendirian. Terisak dalam kondisi mata terpejam. Tidak mengerti kenapa ia harus menangis*.
*Tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Krystal merasakan hantaman di pundaknya ketika ia mencoba untuk berdiri. Tidak sekali, ketika ia berbalik lemah benda tumpul itu di hantam kan dengan keras ke kepalanya. Tubuh Krystal sempat limbung dan tersadar pada tembok. Samar-samar ia melihat tubuh seseorang menjulang, siap melayangkan benda tumpul tersebut untuk menghantamnya lagi*.
*Di sisa tenaganya, sebisa mungkin ia menahan serangan tersebut. Meski tetap berakhir tersungkur dan Krystal meringkuk menerima hantaman demi hantaman di tubuhnya. Kenapa ia di serang? Siapa yang meyerangnya? Kenapa matanya tidak bisa terbuka*?
"*Eghhh!!" Melenguh kesakitan*.
*Seakan tidak berhenti, tangan Krystal terulur ke belakang mencoba melakukan pemberontakan pada seseorang yang kini menjambak dan menyeretnya, walaupun pukulannya tidak akan berarti apapun oleh orang tersebut. Namun, sebisa mungkin ia tetap melakukan perlawanan dengan memukul dan mencakar lengan orang itu*.
"*Awhhg!! Shit!" Umpatan itu terdengar samar-samar*.
*Tak lagi punya tenaga yang cukup untuk melawan. Krystal memasrahkan tubuhnya di seret, bahkan muli merasakan jika air hujan membasahi sekujur tubuhnya dengan matanya yang setia terpejam*.
*BYUR*!!
*Sekarang, Krystal rasakan tubuhnya seperti akan tenggelam*.
"*Krystal, buka matamu, Nak" Seperti suara Mamanya*.
"*Krys, everything will be fine." Bergantian dengan suara Keyzia*.
"*Please, wake up, Sayang." Ini suara Devano*.
*Bisikan-bisikan itu berhasil membawa kesadaran Krystal kembali. Matanya terbuka lemah. Di sini ia semakin kesulitan bernafas. Meski mencobanya, kesadarannya tidak bertahan lama, ketika lagi-lagi Krystal gagal melawan rasa takut dan trauma dalam dirinya*.
*Tubuhnya mulai menggigil, kakinya kram dan ia mulai merasa banyak menelan air. Dada Krystal berubah sesak, sebelum Krystal berpasrah pada kegelapan. Sedetik kemudian, ia ikhlaskan tubuhnya tertarik ke bawah sampai punggungnya menyentuh dasar kolam*.
*Dejavu*.
*Kenapa rasanya Krystal juga pernah berada dalam kondisi yang sama persis seperti malam ini*.
*Tenggelam dalam kegelapan*.
"*Dev*."
*Nama terakhir yang sebut sebelum hilang kesadaran secara total*.
***
Flashback Of
Ingatan itu mengusiknya, Krystal yang berada dalam pelukan Devano semakin menenggelamkan diri, mengusap wajahnya di dada suaminya. Mencari kenyamanan yang tidak ia dapatkan di alam bawah sadarnya.
Devano mengerjapkan matanya ketika merasakan pergerakan dari seseorang yang di peluknya sepanjang malam. Ia menunduk menatap Krystal yang terlihat gelisah dalam tidur. Ia singkirkan beberapa helai anak rambut yang menutupi wajah Krystal. Memberikan usapan lembut dipipi itu dengan jempolnya, menghitung luka lebam yang menganggu pandang matanya.
"I love you, Krys. Tidak kah itu cukup untuk membuktikan sepenting apa kamu dalam hidupku?" Bisik Devano yang langsung masuk ke pendengaran Krystal.
Apapun akan Devano lakukan jika itu demi Krystal. Everything. Sekalipun ia harus menghancurkan dunia dan seisinya, menyisakan hanya dirinya dan Krystal saja. Karena kehadiran Krystal sudah lebih dari cukup untuk dirinya bisa bertahan.
Tidak akan pernah terbayang oleh Devano akan seperti apa masa depannya nanti jika tidak ada Krystal di sana. Bertemu dengan Krystal adalah hadiah paling indah yang pernah Tuhan berikan dalam hidup seorang Devano yang gelap. Devano akan rela menukar semua yang ia miliki hanya untuk satu gadis bernama Krystal Berliana Zourist.
Gadis yang di pilih untuk mengisi hati dan hidupnya hingga akhir. Jika Krystal tidak ada, maka Devano juga tidak akan bertahan lama.
"You are my everything." Bisik Devano, mengecup daun telinga Krystal.
Krystal perlahan mendapatkan kesadarannya. Gadis itu membuka matanya dan hal pertama yang menyambutnya dalah tatapan hangat yang begitu dalam dari Devano. Meresapi lembutnya usapan tangan Devano di pipinya. Memejamkan mata sejenak, ketika Devano mencuri kecupan di dahinya.
"Kenapa bangun? Apa aku menganggu tidur mu, hm?"
Bukannya menjawab Krystal malah semakin menenggelamkan wajahnya di dada Devano. Mengeratkan diri dalam dekapan penuh kenyaman itu. Sehingga wangi tubuh cowok itu menyeruak masuk ke indera penciumannya. Sungguh sangat menenangkan.
Krystal tidak bohong. Berada dalam pelukan Devano. Krystal selalu merasa mendapatkan ketenangan yang tidak pernah ia dapatkan selama ini.
"Tidurlah lagi." Devano mengeratkan rangkulannya.
Krystal menggelengkan kepalanya. Melirik jam dinding yang masih menunjukkan pukul 00.30.
"Kenapa, hm? Ada yang sakit? Kenapa, Sayang? Katakan." Lagi-lagi balasan yang Devano dapatkan hanya gelengan dari Krystal.
"Laper." Balas Krystal pelan.
Devano tersenyum, mengecup bibir Krystal sekilas. Jelas saja istrinya lapar, Krystal melewatkan makan malam tadi.
"Mau makan apa, hm?"
"Boleh request?" Tanya Krystal antusias, mengecupkan matanya dengan lucu.
Devano yang gemas, menggesekkan hidungnya dengan hidung Krystal.
"Nggak boleh."
Berdecak kesal.
"Kalau gitu ngapain nanya!" Ketus Krystal.
Devano terkekeh pelan, mengusap pelan kepala Krystal. Lalu bangkit dari posisi berbaringnya. Namun, lengannya di tahan oleh jemari Krystal. Devano menoleh menatap Krystal, membawa tangan istrinya untuk di genggam dan dikecupnya singkat.
"Aku cuma mau masak. Katanya laper. Jam segini kantin udah nggak buka." Ujar Devano lembut.
"Delivery aja. Gu...gue takut." Gumam Krystal.
Krystal tidak menjawab, ia masih bisa mendengar rintik di luar sana meski tidak sederas beberapa waktu lalu. Juga tidak ada gemuruh suara petir lagi. Ia tidak takut dengan apapun, kecuali dengan keadaan tersebut.
"Aku nggak kemana-mana. Dapur nya aja dekat di situ."
Sejauh ini kamar VVIP Devano ini adalah kamar paling lua dan memiliki fasilitas yang paling lengkap menurut Krystal, sudah bukan seperti kamar lagi, melainkan sudah seperti satu unit apartemen mini yang elegan. Bahkan luas kamarnya saja 3 kali lipat dari kamar VIP Cakrawala yang Krystal tempati. Selain kamar mandi, kamar ini juga di bagi menjadi dua ruangan lagi. Satu dapur yang dilengkapi juga dengan meja bar minimalis dan satu nya adalah wakl in closet.
Melihat Krystal yang diam dan tidak ingin melepaskan tangannya. Akhirnya Devano membopong Krystal menuju dapur, menggendong nya ala koala dengan Krystal yang mengalungkan lengannya di leher Devano.
Meletakkan Krystal di atas meja bar, sementara Devano akan memasak. Krystal memperhatikan cowok itu yang begitu telaten menyiapkan beberapa bahan makanan dan perlatan masak yang dibutuhkan. Terlihat semakin kerena dan manly di mata Krystal.
Bolehkah Krystal membenarkan ucapan Zoey beberapa waktu waktu lalu? Bahwa sepertinya memang tidak ada suaminya yang sesempurna dan sekeren Devano lagi di muka bumi ini. Apakah Krystal menjadi satu-satunya perempuan yang beruntung di dunia ini bisa bersuamikan Devano Sebastian Harvey?
Krystal mengalihkan pandangannya ke arah lain saat Devano melirik ke arahnya. Ia merutuki dirinya yang ketahuan memperhatikan suaminya itu. Sialnya lagi, ia malah mengulum senyumnya.
"Kenapa senyum-senyum?" Devano terkekeh melihat tingkah Krystal.
"Siapa yang senyum-senyum, geer." Elak Krystal.
"Ya siapa yang nggak geer kalau dilihatin cewek pas masak kayak gini coba."
Balasan Devano membuat kedua pipi Krystal rasanya memanas dan bibirnya berkedur ingin tersenyum. Tidak tahan lagi, ia spontan menangkup kedua pipinya di wajah, menyembunyikan blushing di wajahnya. Devano yang melihat itu semakin tidak bisa menahan gemasnya, ia mendekat merengkuh tengkuk Krystal lalu mencium pipi istrinya yang memerah.
"Lucu kalau blushing gitu. Daripada marah-marah dan teriak-terika terus." Ujar Devano, melanjutkan kegiatan memasaknya.
Ia membuatkan Krystal Spaghetti Carbonara. Yang pasti ala Devano dengan takaran bumbu yang sudah ia tentukan sendiri.
Setelah menyelesaikan acara masak memasaknya. Devano kembali menggendong Krystal ke kamar, mendudukkan istrinya di sofa, lalu kembali ke dapur dapur mengambil sepiring Spaghetti Carbonara yang tadi di buatnya khusus untuk Krystal.
Memberikannya kepada Krystal. Yang di terima dengan antusias oleh istrinya. Baru akan menyuapnya, Krystal meringis merasakan ngilu pada pergelangan tangan kanannya yang membiru.
Devano yang melihat itu, membuatnya jadi teringat dengan apa yang menimpa Krystal tadi. Sehingga kembali mengusik amarah dalam dirinya. Namun, ia tidak mungkin menunjukkan di saat istrinya masih begitu di hantui rasa trauma akan hujan.
Piring yang Krystal pegang sudah berpindah pada Devano. Ia terkejut saat tubuhnya kembali di angkat dengan mudah, untik di dudukkan di atas pangkuan suaminya itu dalam posisi yang saling berhadapan dengan kedua kaki Krystal yang terbuka di kedua sisi Devano.
"Buku mulut."
Krystal patuh dan membuka mulutnya, membiarkan Devano menyuapinya makan.
"Enak?" Tanya Devano.
"Enak. Gue baru tahu lo bisa masak." Krystal menganggukkan kepalanya menatap Devano.
Krystal berbohong demi menyenangkan hati Devano. Tapi Spaghetti ini benar-benar enak.
"Masak itu gampang. Yang susah itu bikin kamu jatuh cinta sama aku."
Uhuk! Uhuk!
Krystal tersedak. Devano tertawa pelan dan memberi Krystal segelas air untuk minum.
"Gimana? Udah ada rencana buat buka hati? Bisik Devano yang langsung di hadiahi cubitan di perutnya oleh Krystal.
Devano melanjutkan kegiatannya menyuapi Krystal. Tidak lagi menggoda istri kecilnya ini, bisa-bisa ia nanti akan diamuk. Satu piring Spaghetti Carbonara habis. Dan posisi mereka tetap sama. Dengan Krystal yang duduk di pangkuan Devano.
"Dev!"
"Hm? Kenapa?" Devano melingkarkan kedua tangannnya di punggung Krystal. Menarik istrinya agar semakin mendekat padanya, hingga jarak wajah mereka hanya beberapa senti lagi. Bahkan ujung hidung mereka nyaris bersentuhan sedikit lagi.
Krystal tidak langsung menyampaikan apa yang ada di pikiran nya selama ini. Ia menunduk menghindari mata tatapan suaminya. Sementara jemarinya tanpa di perintah membuat gambar-gambar abstrak di dada bidang suaminya yang terlapis piyama tidur.
"Krys..." Suara Devano terdengar serak. Sentuhan tangan Krystal itu membuat tubuhnya meremang. Bagaimana ia adalah laki-laki normal.
"Kenapa sih lo bisa suka sama gue?" Tanya Krystal, masih enggan menatap Devano.
Devano menangkap tangan Krystal yang masih saja membuat gambar-gambar abstrak di dadanya. Ia tahu istrinya tidak menyadarinya ketika melakukannya. Terbukti dari Krystal mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali.
"Kenapa? Lo marah?" Krystal menatap Devano yang kini malah memejamkan mata dengan rahang mengetat.
"Nggak. Siapa yang marah?" Balas Devano dengan suara memberat.
"Terus kenapa lo merem gitu?"
"Udah siap emang masuk angin 9 bulan?" Devano menghela nafasnya perlahan, lalu menatap tepat ke manik mata Krystal.
PLAK!
Terkekeh saat mendapatkan pukulan di pundaknya.
"Makanya jangan suka mancing." Di kecupnya leher Krystal beberapa kali.
"Lo belum jawab pertanyaan gue."
Tangan Devano terulur, menyampirkan rambut Krystal ke belakang telinga.
"Pertanyaan yang mana, hm?"
"Yang tadi, Dev." Berdecak.
"Yang mana? Lupa!"
"Dev!"
"Apa?"
"Ih serius. Kenapa lo bisa suka sama gue?"
"Nggak tahu. Di pelet kali." Balas Devano seadanya.
"Serius, Dev." Membuat Krystal kian kesal.
"Ya lagian kamu ngapain sih nanya nya gitu? Nggak suka. Kayak nggak ada pertanyaan lain yang lebih berbobot."
"Emang itu nggak berbobot?" Kesal Krystal.
"Kalau aku suka ya udah suka aja. Kenapa harus di tanya kenapa nya?"
"Ya kan aneh aja."
"Aneh apanya, Sayang? Nggak ada yang aneh dari seorang laki-laki suka sama seorang cewek. Yang aneh itu kalau suka sesama jenis, baru aneh."
Krystal memberengut, kalau itu juga dia sudah tahu kali.
"Gue punya saudari kembar non identik." Krystal mengalihkan pembicaraan. Matanya kini menatap Devano, namun tidak dengan suaminya yang malah sibuk memainkan rambutnya.
"Terus?" Tidak ada sama sekali minat di wajah datar Devano.
"Dia itu cantik, pintar jenius, banyak prestasi, terakhir dia menang olimpiade Sains Internasional. Baik, ramah, senyumnya manis, adem lah pokoknya kalau di lihat. Terus dia..."
Sementara Krystal terus berbicara panjang lebar. Devano tetap diam, tanpa memberikan tanggapan apapun. Suaminya malah menyurukkan wajahnya di ceruk leher Krystal, mengendus, mengecup dan bahkan sesekali mengigitnya ringan.
"Dev! Lo dengar nggak, sih?!" Kesal Krystal.
"Dengar, Sayang." Balas Devano.
"Tanggepin dong! Udak kayak radio rusak ngomong sendiri."
Devano menghela nafas perlahan. Menatap Krystal dingin.
"Aku harus nanggepin apa dari cerita nggak penting kamu itu?"
"Nggak penting? Dev itu..." Pekik Krystal.
"Iya nggak penting. Sama sekali nggak penting! Dimana letak pentingnya, Krys? Aku tahu kamu punya saudari kembar non identik. Semua hal yang ada di hidup kamu aku tahu. Nggak ada satu pun yang aku lewatkan jika itu menyangkut kamu. Tapi apa harus kamu menceritakan detail saudari kembar kamu ke aku? Buat apa aku tanya, hah?" Desis Devano ditekankan, membuat Krystal bungkam. Ia merasakan aura berbeda terpancar dari mata Devano sekarang. Sungguh Devano tidak menyukainya.
Krystal sedikit tergagap, tidak mengira jika reaksi Devano akan seperti ini.
"Ya kan seharusnya lo suka yang kayak gitu. Bukan sama gue yang hidupnya nggak jelas gini. Gue terlalu kaget aja, nggak percaya ada orang yang sesuka itu sama gue. Mungkin karena dari kecil udah terbiasa nggak terlihat, karena Keyzia yang selalu jadi pusat perhatian. Selalu di sukai sama banyak orang." Gumam Krystal. Menarik nafasnya pelan, menunduk.
Devano bisa menangkap senyuman getir yang tipis di wajah istrinya itu. Namun, ia tetap memilih bungkam.
Krystal mengangkat kepalanya, matanya kembali bertemu dengan Devano.
"Dev, gue udah terbiasa nggak terlihat. Gue menikmati saat diri gue sendirian dan terabaikan. Dan lo terlalu baik dan sempurna buat cewek kayak gue, Dev. Kita itu ibarat langit sama bumi. Dari segi manapun gue berusaha melihatnya. Gue tetap nggak pernah merasa kalau cocok untuk bersanding sama lo. Ayo kita bercerai!" Kata Krystal panjang lebar.
Kata cerai yang keluar begitu saja dari mulut Krystal. Kamar berubah hening. Tidak ada tanggapan apapun dari Devano, selain menatap datar pada Krystal.
"Sudah puas bicaranya? Sekarang tidur!" Krystal menunduk.
Devano menggendong Krystal menuju ranjang dan membaringkan istrinya dengan perlahan di sana tanpa penolakan dari si empunya.
"Dev, gue serius. Ayo kita bercerai. Lo bisa cari gadis lain yang lebih baik dari gue. Atau gua akan kenalin lo ke Key..."
"CUKUP!! BERHENTI BERBICARA OMONG KOSONG!! AKU NYARIS GILA MELIHAT KAMU HAMPIR MATI MALAM INI DI DEPAN MATA KEPALA AKU SENDIRI, KRYS! DAN SEKARANG KAMU MINTA AKU UNTUK NGELEPASIN KAMU, HAH?!" Sela Devano berteriak. Rahangnya mengerasa marah, frustasi.
Krystal tersentak, ia beringsut ke kepala ranjang. Ia selalu terkejut dan takut jika Devano sudah berteriak seperti ini padanya. Lidahnya kelu, dan matanya memanas.
Devano membalikkan tubuhnya membelakangi Krystal. Berusaha mengendalikan emosional dalam dirinya. Menarik nafasnya yang memburu berulang kali. Ia lalu terduduk lemas di pinggir ranjang, meraup wajahnya gusar.
"Jangan ngomong kayak gitu lagi, Krys. Aku takut nggak bisa nahan emosi ke kamu. Aku takut nyakitin kamu. Tidurlah. Masih malam." Lirih Devano, masih pada posisinya membelakangi Krystal. Lalu bangkit dari duduknya.
Ia rasakan tangannya di tahan. Devano berbalik dan menemukan wajah Krystal yang sudah di penuhi air mata. Apa ia keterlaluan kali ini hingga istrinya menangis?
Devano akhirnya memeluk Krystal dengan erat. Sesekali mengecup pundak kepala Krystal dengan sayang.
"Maaf. Tapi kamu ketelaluan, Krys. Aku cinta sama kamu, Krys. Nggak ada yang aku mau di dunia ini, melebihi kamu. Dulu, hari ini, ataupun nanti. Cuma kamu." Sedangkan isakan Krystal di dada bidang itu semakin mengeras mendengar bisikan Devano.
"Maaf..."
"It's okey."