El-Syakir namanya. kehidupannya biasa saja sama seperti manusia pada umumnya. hingga suatu hari ia mengalami kecelakaan dan akhirnya ia dapat melihat mereka yang tidak terlihat
mata batinnya terbuka dan bahkan banyak dari mereka yang meminta bantuan padanya. berbagai rangkaian kejadian ia alami.
ia bertemu dengan hantu anak remaja laki-laki yang akan mengikutinya kemanapun ia pergi.
"bantu aku mencari siapa pembunuhku dan aku akan membantumu untuk menolong mereka yang meminta bantuan"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Awan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 7
"maaf telah membuat anda menunggu lama" ucap ayah Adnan
"mas Adnan"
"apa kita pernah bertemu sebelumnya. aku merasa tidak mengenalmu"
"mas mungkin tidak mengenalku tapi aku mengenal mas Adnan. perkenalkan aku Zidan adik dari mas Burhan" Zidan mengulurkan tangannya
"B-Burhan...?"
mendengar nama Burhan, seketika ayah Adnan terdiam. bayangan masa lalunya berputar-putar di kepalanya.
***Adnan aku menyukai seseorang**
**siapa, katakan padaku...?**
**dia wanita yang selama ini mengusik hatiku namun sekarang dia telah mempunyai keluarga**
**kamu menyukai istri orang...?**
**memangnya kenapa kalau aku menyukai istri orang. apa itu salah...?**
**tentu saja salah Burhan, dia sudah punya keluarga. apa kamu tega menghancurkan rumah tangganya, keluarga yang mungkin penuh dengan kasih sayang...?**
**tapi aku mencintainya Burhan, dan cinta datang kepada siapa saja yang merasakannya***
"mas...mas Adnan" panggil Zidan
"ah iya, maaf maaf...aku terlalu banyak pikiran. silahkan duduk" ucap ayah Adnan
ayah Adnan meminta kepada pegawainya untuk membuatkan mereka minuman.
"jadi ada perlu apa menemuiku...?" tanya ayah Adnan
"aku ingin membicarakan hal yang penting mas" jawab Zidan
"hal yang penting, apa itu...?"
Zidan membuka tasnya dan mengambil sebuah map kemudian menyerahkannya kepada ayah Adnan.
"apa ini...?"
"buka saja mas"
ayah Adnan membukanya dan membaca isi di dalamnya.
"surat wasiat... maksudnya apa ini...?" ayah Adnan menatap Zidan
"iya, itu adalah surat wasiat yang ditulis oleh mas Burhan. di dalam itu tertulis bahwa semua harta kekayaan mas Burhan jatuh kepada Dirga Sanjaya putra dari Burhan Sanjaya" ucap Zidan
"D-Dirga" ucap ayah Adnan tergagap
"iya, Dirga. bukankah dia adalah putra mas dengan mba Ayu...?"
"bagaimana keadaannya sekarang, aku sangat merindukannya" tanya ayah Adnan
"Dirga koma dirumah sakit mas"
"k-koma, bagaimana bisa. apa yang terjadi padanya, kenapa bisa dia koma...?" ayah Adnan seketika menjadi panik
Zidan menceritakan semuanya tentang apa yang ia ketahui.
flashback
"halo mas, ada apa meneleponku...?" tanya Zidan
"kamu dimana Zidan...?" tanya Burhan
"aku di kantor, sedang rapat. ada apa mas...?"
"pulang sekarang juga. seseorang sedang menyandra Ayu dan Dirga. mas butuh bantuanmu"
"apa, siapa yang berani-berani menyentuh mereka. baik mas, aku pulang sekarang juga. kita bertemu di rumah"
"jangan lupa, bawa semua pengawalmu"
"baik mas"
Zidan segera mengakhiri rapatnya dan mengumpulkan pengawalnya sebanyak mungkin untuk menuju ke rumah kakaknya.
namun diperjalanan, terjadi kecelakaan mobil sehingga jalanan menjadi macet hingga mereka harus menunggu beberapa jam untuk memulihkan kembali keadaan.
"sialan, pakai macet segala lagi" umpat Zidan
setelah jalanan normal, mereka segera meluncur ke rumah Burhan.
"mas...mas Burhan" teriak Zidan masuk ke dalam rumah
"mas..mas B-Burhan...mas Burhaaaan"
Zidan berlari menghampiri Burhan yang sudah tidak bernyawa.
"tidak...tidak... tidak...mas Burhan, bangun mas" Zidan menangis memeluk jasad kakaknya itu
ia melihat Ayu dan Dirga yang tergeletak dengan bersimbah darah.
"siapa yang melakukan ini, mas...jangan tinggalkan aku...hiks...hiks...mas Burhan" Zidan menangis sesegukkan
"bos, tuan muda sepertinya masih hidup, tangannya bergerak" ucap seorang pengawal yang melihat tangan Dirga bergerak
"aku akan membawa Dirga ke rumah sakit. kalian urus jasad mas Burhan dan mba Ayu. dan yang lainnya periksa semua cctv yang ada di rumah ini"
"baik bos"
"sampai ke ujung dunia, akan aku cari siapa pelakunya" Zidan mengepak tangannya
Zidan dengan cepat membawa Dirga ke rumah sakit. tiba di sana, dengan segera Zidan dibawah ke ruang UGD dan langsung ditangani.
flashback end
"dan sekarang Dirga dalam keadaan koma di rumah sakit" ucap Zidan
"jadi Burhan dan Ayu sudah meninggal...?" tanya ayah Adnan seakan tidak percaya
"benar mas. diwasiat itu tertulis semuanya adalah milik Dirga. namun karena Dirga sedang koma, jadi aku menyerahkan kepada mas untuk mengelola semuanya"
"nanti saja kita urus, Sekarang aku ingin melihat keadaan anakku"
"kalau begitu mari aku antar mas ke rumah sakit"
hanya beberapa menit, mereka sampai di rumah sakit. ternyata itu adalah rumah sakit tempat dimana El-Syakir dirawat.
"lantai berapa...?" tanya Adnan mereka sekarang di dalam lift
"lantai 4" jawab Zidan
ayah Adnan memencet tombol angka 4 dan tidak lama mereka sampai pada lantai yang dituju.
Zidan berjalan di depan dan ayah Adnan dibelakangnya.
ceklek....
pintu ruangan terbuka, ayah Adnan segera masuk dan matanya langsung tertuju pada seorang anak laki-laki yang terbaring di ranjang tanpa sadarkan diri.
"Dirga" panggil ayah Adnan dengan lirih
ayah Adnan melangkah mendekati putranya itu. jatuh sudah air matanya. anak yang selama puluhan tahun terpisah darinya kini mereka dipertemukan kembali namun dalam keadaan yang sangat memilukan.
"anak ayah, ini ayah nak" ayah Adnan memegang tangan Dirga
Zidan berdiri tidak jauh dari mereka. ia dapat merasakan betapa rindunya ayah Adnan kepada putranya itu. dan ia juga tau kalau Dirga pun sangat merindukan ayahnya.
***waktunya makan keponakan paman** ucap Dirga membawa sepiring makanan untuk Dirga
**Dirga nggak mau makan, Dirga mau ketemu ayah** Dirga kecil menutup mulutnya rapat-rapat
**paman, Dirga mau ketemu ayah** Dirga kecil menatap Zidan dengan tatapan memohon
**Dirga rindu ayah dan juga El, Dirga mau sama ayah dan El** Dirga mulai berkaca-kaca
Zidan membawa Dirga ke dalam pelukannya. anak sekecil itu harus menjadi korban atas perpisahan kedua orang tuanya.
meski Dirga berumur 8 tahun, namun ia sangat manja terhadap kedua orang tuanya. perpisahan kedua orang tuanya mengakibatkan ia harus berpisah dengan ayah dan adiknya dan mengikuti ibunya yang kini sudah menikah lagi.
(sekarang ayah kamu sudah datang, apa kamu tidak ingin bangun untuk memeluk ayah yang selama ini kamu rindukan...?) batin Zidan menatap ayah Adnan yang menangis sesegukkan memeluk tubuh Zidan*
"dari umurnya yang 8 tahun dan sampai sekarang, Dirga masih terus menanyakan kabar mu dan juga adiknya. bahkan ia terus mencari keberadaan kalian meski akhirnya ia tidak dapat menemukan kalian" ucap Zidan
ayah Adnan mengelus dengan sayang kepala putranya itu. ia mencium kening Dirga dengan deraian air mata.
"bagaimana bisa mereka sekarang berada di kota ini...?" tanya ayah Adnan
"itu karena Burhan mencari keberadaan kalian dan saat ia menemukan dimana kalian berada, dia memutuskan untuk pindah ke kota ini" jawab Zidan
"lalu bagaimana dengan pelakunya, apakah sudah ditemukan...?"
"kami belum menemukannya, dia licin seperti belut. sangat sulit untuk mendapatkannya"
"kenapa kalian tidak lapor polisi...?"
"sudah mas, namun sepertinya orang itu bersembunyi ditempat yang sangat sulit untuk ditemukan. tapi mas tenang saja, sampai saat ini, aku masih terus mencarinya"
"cari sampai ketemu. akan ku patahkan lehernya karena telah membuat anakku seperti ini" geram ayah Adnan
"baik mas"
*******************************
"Le, kita jenguk El dulu yuk sebelum kita pergi temuin ibunya pemuda tadi" ucap Vino
"iya, ayo" jawab Leo
mereka berdua segera ke kamar rawat Leo. tiba di sana El ditemani oleh ibu Arini.
"assalamualaikum" ucap keduanya
"wa alaikumsalam" jawab ibu Arini dan juga El
"kebetulan nak Leo sama nak Vino datang. ibu titip El sebentar ya. ibu mau pulang dulu ke rumah. tidak apa-apa kan...?" tanya Ibu Arini
"tentu saja nggak apa-apa tante. tante pergilah biar kami yang jagain El" ucap Leo
"terimakasih nak Leo. kalau begitu Tante pergi dulu"
ibu Arini segera meninggalkan mereka dan kini hanya mereka bertiga di ruangan itu.
"nih El, kami bawakan martabak telur kesukaanmu" Vino membuka bungkusan itu dan menyuapi El
namun ternyata dari tadi El sedang memperhatikan seseorang, seseorang yang datang bersama para kedua sahabatnya.
"El, elu liat apa sih...?" tanya Vino
"kalian berdua datang dengan siapa...?" tanya El
"maksudnya...?" ucap Leo
"dia siapa...?" El menunjuk ke sudut ruangan
Vino dan Leo melihat ke arah yang ditunjuk El namun mereka tidak melihat apapun.
"siapa, nggak ada siapapun El" ucap Leo
"masa kalian nggak lihat sih. itu yang lagi berdiri di sudut dan terus melihat ke arah sini" ucap El
Vino dan Leo mulai teringat dengan pemuda yang mengikuti mereka tadi.
"dia pakai jaket kulit warna hitam, baju kaos warna biru terus celana jeans warna hitam. apa dia berpakaian seperti itu...?" tanya Vino
"iya, betul" jawab El
Vino dan Leo saling tatap. kenapa sekarang mereka tidak dapat melihat pemuda itu. padahal saat di kamar mayat, mereka dapat melihat dengan jelas roh itu.
"kok kita nggak bisa lihat dia lagi ya Le" tanya Vino
"iya, apa karena tadi itu dia sengaja menampakkan dirinya maka kita berdua bisa melihatnya" jawab Leo
"tapi kenapa El sekarang dapat melihatnya...?" tanya Vino
"elu berdua lagi ngomongin apa sih. nggak ngerti gue" ucap El
Vino mulai menceritakan kejadian yang mereka alami. dari saat mereka pulang sekolah, kemudian terkena macet karena ada kecelakaan dan bahkan mereka sampai terjebak di kamar mayat.
"j-jadi...d-dia sudah meninggal...?" El bertanya dengan gugup
"iya" jawab Leo dan Vino
"b-berarti dia setan dong" ucap El
"iya" jawab Leo dan Vino
"setaaaaaaaan"
El teriak keras membuat kedua sahabatnya meloncat karena kaget.
"El sadar woi" Vino berusaha menenangkan El
"itu setan Bambang...kalian nggak takut apa. malah mukanya penuh darah lagi" ucap El di balik selimut. ia menutupi dirinya dengan selimut
karena ketakutan, Leo dan Vino akhirnya memaksa masuk ke dalam selimut El sehingga mereka saling dorong.
"elu berdua ngapain masuk ke sini sih" ucap El
"kita takut El, jangan goyang-goyang kenapa" ucap Vino
"ini gara-gara elu sih Vin pake ngumpat orang itu segala. sekarang kita diikuti setan" ucap Leo
"ya mana gue tau kalau omongan gue akan jadi kenyataan. lagian ya dia kan udah bilang memang kalau akan ngikutin kita waktu di kamar mayat" timpal Vino
"iya juga ya. aduh malah panas banget lagi" Leo keluar dari selimut itu begitu juga dengan Vino. sedangkan El, ia hanya mengeluarkan kepalanya saja.
"elu kan bisa lihat dia nih El. elu tanya dia kenapa sekarang kami nggak bisa melihatnya" ucap Vino
"ogah, gue nggak mau. takut" jawab El
"ayo dong El. lagian ada kami juga di sini" ucap Leo
pemuda itu hanya melihat saja tingkah mereka bertiga. dengan memberanikan diri. El mulai mengajak roh itu berbicara.
"kamu pasti bisa mendengarku kan...?" tanya El dan pemuda itu mengangguk
"nama kamu siapa...?"
"Bima" jawabnya
"kenapa kamu mengikuti kedua temanku...?"
"karena mereka telah berjanji akan menolongku"
"terus, kenapa mereka tidak dapat lagi melihatmu...?"
"aku sengaja tidak menampakkan diri karena mereka akan takut denganku jika aku memperlihatkan diri"
"dia bilang apa El...?" tanya Vino
"dia bilang, dia sengaja tidak menampakkan diri agar kalian tidak takut" jawab El
"kalau dia sengaja tidak menampakkan diri harusnya elu juga nggak liat dong, tapi kenapa hanya elu saja yang liat dia...?" tanya Leo
"iya juga ya" gumam El
"mungkin dia memang sengaja menampakkan diri hanya kepada El saja makanya El bisa melihatnya" ucap Vino
"humm betul." jawab El
"kak Bima, bisa tidak wajahnya diubah jangan seperti itu. aku ngeri lihatnya" ucap El masih dengan kepalanya saja yang kelihatan karena seluruh tubuhnya ia tutupi dengan selimut
Bima mengganti rupanya pada saat dirinya masih hidup. hanya saja sekarang dia terlihat pucat tanpa aliran darah.
"kak Bima. bisa tidak kamu menampakkan wujudmu lagi agar kami dapat melihatmu. supaya kami dapat dengan mudah membantu kakak nantinya" ucap Vino yang melihat ke arah dinding
"salah markonah. kak Bima itu ada di sana, bukan di situ" El memutar tubuh Vino menghadap ke arah Bima
Bima mengangguk dan perlahan ia menampakkan wujudnya hingga dapat dilihat oleh Vino dan juga Leo.
"nah gitu dong, kan enak ngomongnya kalau orangnya kelihatan" ucap Vino
"kita semacam punya teman gaib tau nggak" ucap Leo
hari sudah semakin sore. Vino dan Leo memutuskan untuk pulang dan akan membantu Bima esok harinya.
Bima tidak mengikuti mereka berdua, ia berada di kamar El karena Vino dan Leo tidak ingin dia mengikuti mereka dan membuat orang dirumah mereka heboh jika nantinya tanpa sengaja mereka melihatnya.
ibu Arini telah kembali bersama dengan Alana. setelah mereka kembali, Vino dan Leo berpamitan untuk pulang.