Hai ini novel keduaku..
Bercerita tentang wanita bernama Starlett In Sahara..
Seorang wanita yang dingin dan cuek dengan sekitarnya yang hanya fokus dengan pekerjaannya sebagai asisten CEO bernama Ken Adelard Volkov...
kenapa covernya seorang ballerina? karena Starlet atau yang dipanggil dengan nama Ara merupakan seorang mantan balerina...
ikutin kisah mereka ya..
Novel yang kubuat tidak terlalu panjang dan tidak terlalu banyak konflik.. soalnya aku suka cerita yang enteng dan happy ending.. hehe..
(proses revisi puebi dll)
ig author @zarin.violetta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zarin.violetta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bersama si kembar
Star 6
Sebelum pulang ke rumah, Ken mengajak si kembar dan Ara makan malam di restoran.
"Apa kalian senang?" tanya Ken.
"Tentu saja kami sangat senang... terima kasih, uncle... mommy dan daddy jarang mengajak kami bermain karena mereka selalu sibuk keluar negeri," ucap Anna sendu.
"Alangkah senangnya jika kami bisa tinggal bersama Uncle Ken dan Aunty Ara di sini," timpal Alen.
"Hei, itu ide yang bagus Alen... ayo kita katakan ide ini pada mommy," ucap Anna semangat.
"Kalian ini... uncle akan pusing setiap hari jika kalian tinggal bersama uncle," ketus Ken.
Si kembar cemberut mendengar jawaban sang paman.
"Kalau begitu kami akan tinggal dengan Aunty Ara saja... Aunty mau kan?" ucap Anna dengan puppy eyesnya.
"Tidak bisa, sayang... Aunty harus bekerja... tapi jika Aunty libur, kalian boleh menginap di apartemen Aunty," ucap Ara lembut.
"Benarkah, Aunty? Bolehkah kami menginap di apartemen Aunty?" tanya Alen.
Ara hanya mengangguk. "Tapi harus dengan izin mommy dan daddy kalian, ya," ucap Ara gemas dan mencubit pipi chubbi Alen.
Ken merasa sangat asing dengan Ara yang duduk tepat di depannya.
Jarak mereka sangat dekat karena meja di depan mereka kecil, sehingga membuat Ken bisa melihat dengan jelas senyum dan mata cantik Ara.
"Siapa kau sebenarnya, Ara... kepribadian yang mana yang merupakan dirimu yang sebenarnya? Kenapa aku merasa terganggu dengan rasa ini... apa aku tertarik dengannya? Ah... tidak mungkin... ini hanya ketertarikan sesaat karena senyum dan tawanya yang langka itu... Dan Ken merasa kecewa jika sikap santainya hanya ditujukan kepada si kembar... Ara akan tetap dengan bahasa dan sikap formalnya jika berbicara padanya..." batin Ken.
Dan akhirnya mereka tiba di mansion.
Karena kelelahan, si kembar tertidur di mobil. Itu membuat Ara dan Ken harus menggendong mereka ke kamarnya.
"Taruh saja Anna di kursi ruang tamu... nanti aku yang akan mengangkatnya," ucap Ken pelan pada Ara.
Ara mengangguk.
Lalu setelah menaruh Alen di kamarnya, kini giliran Anna.
Ken langsung mengangkatnya menuju kamar.
Ara berjalan di belakang Ken. Dan sesampainya di kamar, Ara membenarkan selimut Alen dan mencium kedua pipi chubbi Alen yang sekarang menjadi kebiasaannya.
Lalu beralih ke Anna. Dia melakukan seperti yang dia lakukan pada Alen, membenarkan selimutnya dan mencium kedua pipinya.
Ken melihat apa yang dilakukan Ara pada keponakan kembarnya.
Setelah menutup pintu kamar si kembar, Ken mengajak Ara ke ruang kerjanya. Ada pekerjaan kantor yang harus dia diskusikan dengan Ara.
"Ikutlah ke ruang kerjaku... ada urusan kantor yang ingin kudiskusikan," perintah Ken.
"Baik Tuan," ucap Ara datar seperti biasanya.
"See? Sikapnya berubah jika tidak bersama si kembar... batin Ken.
Ara sangat profesional. Dia menyelesaikan tugas kantornya meskipun dia sedang berada di mansion. Ken merasa bersyukur mempunyai asisten yang cakap dan disiplin seperti Ara.
"Apa kau suka dan bahagia bersama Anna dan Alen? Aku tidak pernah melihatmu tersenyum dan tertawa lepas seperti itu... jujur saja aku agak terkejut... ternyata kau bisa tertawa," ucap Ken tanpa basa-basi.
Ara yang mendengar bosnya mengatakan itu tidak tahu harus berkata apa.
"Hmmm... mereka anak manis, Tuan... tidak akan ada yang tidak menyukai mereka," ucap Ara berusaha bersikap biasa dan datar seperti sebelumnya.
Lalu Ken menghampiri Ara dan berdiri tepat di depannya. Posisi Ken berdiri sangat dekat, bahkan terlalu dekat dengan Ara. Ara memundurkan langkahnya.
"Kau tahu? Aku sangat ingin tahu sesuatu," ucap Ken yang menatap wajah dan mata Ara dengan intens.
Ara merasa jantungnya sangat berdebar kencang. Selama dua tahun bersama Ken, tidak sekalipun Ara berani menatap lama wajah sang Bos.
Ken memiliki wajah yang sangat tampan dan karismatik. Bohong jika Ara tidak pernah sekalipun mengagumi sang Bos. Tapi Ara sangat tahu diri jika dia hanya sekadar asisten dan Ara tidak ingin menjalin hubungan dengan pria manapun, karena menurutnya itu rumit.
"Aku ingin tau rasanya mencium wanita dingin sepertimu," ucap Ken dengan senyum smirknya.