Yurika Hana Amèra (Yuri), mahasiswi akhir semester dua yang mencari tempat tinggal aman, tergiur tawaran kosan "murah dan bagus". Ia terkejut, lokasi itu bukan kosan biasa, melainkan rumah mewah di tengah sawah.
Tanpa disadari Yuri, rumah itu milik keluarga Kenan Bara Adhikara, dosen muda tampan yang berkarisma dan diidolakan seantero kampus. Kenan sendiri tidak tahu bahwa mahasiswinya kini ngekos di paviliun belakang rumahnya.
Seiring berjalannya waktu, Yuri mulai melihat sisi asli sang dosen. Pria yang dielu-elukan kampus itu ternyata jauh dari kata bersih—ia sangat mesum. Apalagi ketika Kenan mulai berani bermain api, meski sudah memiliki pacar: Lalitha.
Di tengah kekacauan itu, hadir Ezra—mahasiswa semester empat yang diam-diam menaruh hati pada Yuri sejak awal. Perlahan, Ezra menjadi sosok yang hadir dengan cara berbeda, pelan-pelan mengisi celah yang sempat Yuri rindukan.
Antara dunia kampus, cinta, dan rahasia. Yuri belajar bahwa tidak semua yang berkilau itu sempurna.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SweetMoon2025, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6. Kekepoan Dini Hari
Yuri, yang memang bukan anggota fans club Pak Kenan, berlalu begitu saja. Hal-hal yang berbau Pak Kenan—si dosen famous itu—jelas nggak dia ambil pusing dan pikir terlalu jauh. Apalagi dia sempat memergoki kelakuan dosennya di luar kampus.
Mobilnya meluncur kembali ke jalanan. Sebelum sampai di kosan, Yuri mampir ke salah satu rumah makan Padang untuk membeli makan malam.
Saat menunggu di layani, dia nggak sengaja bertemu sama Isa yang berjalan cepat, terlihat baru pulang dari kampus.
"Sa, Isa!" panggil Yuri.
"Eh... Hai. Beli makan lo?"
"Kagak, nongkrong aja di mari," jawab Yuri sekenanya sambil merangkul pundak Isa, yang postur tubuhnya memang lebih pendek dari Yuri tapi badannya gempal.
"Asyuuu, kowe!"
"Heh, Isa nakal ya, ngomongnya," ledeknya.
"Lo sudah makan malam, Sa?" lanjut Yuri, yang dijawab gelengan melas dari Isa.
"Sana pesan, gue traktir. Kita makan di sini saja, ya?" tawar Yuri melihat ada meja kosong di pojok belakang.
"Rezeki anak solehah," Isa nyengir sambil pesan makanannya dan langsung duduk di meja kosong itu.
"Uda, bayarnya gabung, ya. Punya saya sama teman saya," kata Yuri saat di kasir.
"Siap, totalnya tiga puluh tujuh ribu sama minumnya"
Yuri berjalan ke meja yang sudah ditempati oleh Isa, "Lo ini baru balik banget dari kampus, Sa?"
"Hmmm," Isa sibuk menyendok telur dadar, ayam pop dan gulai nangka.
"Jangan lupa minggu depan sudah ujian semester. Jangan sampai nilai lo jeblok, ya. Ingat beasiswa," Yuri mengingatkan Isa yang cuma dibalas anggukan. Wajahnya terlihat letih sekali.
"Ahhh...," suara Isa setelah menyeruput teh panas yang dia pesan tadi.
"Eh, gimana kosannya? Cocok?" Ia mendadak ingat kalau seharusnya hari ini dia menemani Yuri lihat kosan baru.
"Sudah. Baru saja ini gue balik dari sana. Ternyata, lumayan jauh juga masuknya dari jalan utama."
"Jauh banget apa?" tanya Isa sambil menyuapkan makanannya. Yuri hanya mengangguk, sibuk mengunyah dendeng batokoknya.
"Terus, lo cocok apa nggak sama tempatnya?" Isa jelas penasaran.
"Cocok. Gue sudah bayar beberapa bulan ke depan. Bukan kamar kos bentukannya, tapi rumah lengkap sama perabotnya. Bangunan baru lagi. Makasih banyak ya, Isa marica hey hey."
"Heh enak aja nama gue di ganti-ganti. Isa Maria ya, Yurika."
"Hihihi", Yuri cuma ketawa aja di mejanya sambil sibuk makan.
"Wih... Mujur banget ini anak! Dapat kosan baru di bangun gitu. Kapan-kapan gue mampir, ya", lanjutnya.
"Boleh-boleh. Besok gue mulai pindahan. Widya sudah pindah ke rumah tantenya hari ini."
"Lah... itu kunyuk. Kagak bilang-bilang. Lo sendirian dong di kosan?"
"Gue juga kaget tadi pagi pas ke kamarnya, sudah pada di-packing, sudah rapi. Tadi gue sempat bantuin sampai rumah tantenya. Gue juga rencananya cepet-cepet pindah daripada sendirian di kosan yang rawan itu. Lingkungan tempat baru gue asri banget. Sumpah! Temboknya juga tinggi dan ada kawat durinya mengelilingi rumahnya, gue rasa sih aman."
"Baguslah kalau gitu. Biar lo nggak was-was, kan," Yuri cuma menganggukkan kepalanya.
***
"Dah... Yuri. Makasih, ya. Sampai ketemu besok di kelas."
"Yoi... Bye, Isa."
Setelah makan malam tadi, Yuri mengantarkan Isa sampai di kosannya yang nggak jauh dari kampus. Isa termasuk mahasiswa beasiswa daerah, yang mana kosannya sudah disediakan untuk dia dan teman-temannya sampai lulus nanti. Jadi ya, Yuri nggak bisa ajak Isa buat tinggal bareng dia, padahal masih ada satu kamar kosong.
***
Yuri mulai melajukan kembali mobilnya menuju kosan. Jam masih pukul tujuh malam, jelas jalanan masih ramai. Hilir mudik mahasiswa dan warga yang sibuk mencari makan malam atau sekadar nongkrong.
Sampai di kosan, Yuri langsung masuk ke kamarnya dan membersihkan badan. Setelah mandi, dia merebahkan badan. Capek, badannya mulai kerasa pegal.
Ponselnya berdering cukup nyaring. Panggilan dari Mamanya.
"Halo, Ma?"
"Halo, Sayang. Gimana kabar kamu di sana?"
"Baik, Ma. Oh... ya, tadi aku lihat kosan baru, ternyata bangunan rumah gitu, Ma. Masih baru dan lengkap sama perabot, Ma."
"Wah... Bagus dong. Jadinya kamu pindah ke sana, Sayang?"
"Iya, Ma, tadi sudah aku bayar enam bulan ke depan."
"Berapa memangnya, Sayang?"
"Sebulannya lima juta, di luar listrik, Ma."
"Pas banget dong uang yang Mama kirim? Mama transfer lagi, deh, sebentar lagi."
"Cukup, kok, Ma. Uang aku masih ada. Tapi kalau ditransfer lagi sih nggak nolak, hehehe."
"Kamu ini. Sayang, kamu dapat salam dari adik, katanya dia kangen. Ini anaknya sudah tidur sekarang."
"Salam balik ya, Ma. Aku juga kangen banget sama Yuka sama Papa, Oma dan lainnya juga."
"Ya, sudah. Mama tutup, ya. Baik-baik di sana, ya, Sayang. Bye, Sayang. Love you."
"Bye, Mama. Love you too."
***
Jam menunjukkan pukul sepuluh. Yuri belum juga bisa tidur. Barang-barang juga belum dia packing. Di atas kasur, Yuri mulai berselancar di media sosial, bermalas-malasan sampai kantuk datang. Besok dia hanya ada kelas siang, satu mata kuliah.
"Halah, gosip artis nggak kelar-kelar. Yang selingkuh, yang cerai, yang nikah," monolognya kesal sendiri. Isi beranda media sosialnya penuh berita artis dengan kisah mereka.
Tangannya terus sibuk menggulir sampai mendadak berhenti di postingan himpunan jurusan yang baru diunggah dua jam lalu.
Di sana ada beberapa foto dan video dari kegiatan hari ini. Ternyata ada kegiatan reuni non-resmi yang diadakan salah satu alumni yang baru membuka restoran di pusat kota. Ada beberapa nama yang di-tag di foto. Yuri sibuk mengamati satu per satu.
"Aha!" serunya pada satu sosok yang di-tag dengan username @Lala-LithaQueen.
Yuri mengamati lebih tajam, sayang kualitas fotonya kurang bagus. Kepalang penasaran, dia langsung klik akun tersebut.
"Gotcha!" pekiknya. Dia langsung buru-buru menutup mulutnya karena heboh. Status akunnya nggak dikunci.
Foto profilnya hanya siluet dari belakang. Yuri lanjut scroll ke album pemilik akun. Hanya ada beberapa foto, dan itu pun hanya foto diri si pemilik akun dengan lokasi di berbagai kota dan luar negeri. Hampir semuanya foto yang diambil terkesan flexing dengan outfit yang cukup terbuka dan berani.
"Ini jelas cewek yang gue lihat kemarin di mal. Tapi kenapa nggak ada satupun foto sama Pak Kenan, ya? Atau yang mengisyaratkan kalau dia punya pacar gitu? Apa gue salah kira?" Yuri sibuk berbicara sendiri, menerka-nerka.
"Aish... jadi penasaran, kan. Padahal gue kan nggak suka kepo!"
Yuri lanjut melihat akun yang diikuti pemilik akun tersebut. Cukup banyak, lebih dari 200 akun. Satu per satu Yuri menyusuri nama-nama yang ada. Sebagian namanya familiar—senior dan dosennya di jurusan.
"Akun Pak Kenan mana, ya?"
Kan... Yuri mendadak kepo tengah malam. Padahal baru kemarin dia meledek Widya karena kepo. Jilat ludah sendiri kan jadinya
"Ini?" Yuri menemukan akun dengan nama @KenanB.Adhi.
Yuri mengklik akun itu. Dan...
"Membosankan," satu kata yang keluar dari mulut Yuri setelah melihat akun dosennya itu.
Di profil jelas ada nama dan gelarnya lengkap. Isi postingan nggak jauh dari pembahasan bisnis, poster dia jadi narasumber atau pembicara seminar, dan foto random buku bisnis.
Kantuk Yuri sudah mulai datang. Dia memutuskan keluar dari laman media sosialnya dan menarik selimut untuk tidur.
***
Hari Senin
Senin pagi, Yuri bangun malas-malasan. Kelasnya masih jam satu siang nanti. Setelah mengecek HP, nggak ada pesan penting, dia mengisi dayanya dan berlalu ke kamar mandi.
Pagi ini dia mau packing semua barangnya. Rencananya dua atau tiga hari lagi dia akan pindah, sebelum ujian semester datang.
Siangnya kelas dimulai dengan suasana mendung. Suara lembut dosen mengajar di depan, bagai pengantar tidur bagi sebagian mahasiswa di kelas.
Yuri yang sibuk memperhatikan penjelasan dosen, malah matanya nggak sengaja melihat ke arah jendela. Tepat saat Pak Kenan lewat dengan kemeja broken white-nya. Yuri buru-buru mengalihkan perhatian kembali ke depan kelas.
"Baik, semuanya. tugas Kewirausahaan, Ibu tunggu pengumpulannya sampai hari Jumat ini, sebelum minggu depan Ujian Semester. Paham?"
"Paham, Bu," jawab semuanya serentak sambil membereskan alat tulisnya masing-masing.
"Yuri, kamu sebagai koordinator mata kuliah saya, tolong bawakan buku ini ke ruangan saya," perintah Bu Eva.
"Baik, Bu," Yuri segera menutup tas ranselnya.
"Ri... ssttt!" panggil Widya di belakangnya.
"Apa?"
"Nebeng sampai depan, ya. Nanti di depan gue dijemput Tante," bisiknya.
"Oke. Tunggu saja di parkiran, ya," yang diacungi jempol sama Widya tanda setuju.
"Sa, gue duluan, ya," pamit Yuri.
"Iyo, habis ini gue juga ke sekre BEM."
"BEM mulu, lo, Sa," protes Widya.
"Ya, gimana, Say. Duluan ya," yang kali ini Widya melambaikan tangan tanda perpisahan.
***
Yuri berjalan cepat dengan tumpukan buku di tangannya. Di depannya ada Bu Eva yang berjalan tergesa. Sampai di lorong menuju ruangan dosen, Yuri nggak sengaja berpapasan dengan Pak Kenan yang baru keluar dari toilet pria. Karena nggak sengaja temu pandang, Yuri hanya mengangguk sopan menyapa dosennya yang dibalas lirikan penuh makna.
"Ye... disapa malah balas ngelirik doang," batin Yuri penuh gerutuan.
"Letakkan di meja sana saja, Yuri," perintah Bu Eva.
"Baik, Bu. Kalau begitu saya permisi."
***
Saat berjalan menuju tangga, lagi-lagi Yuri bertemu dengan Pak Kenan yang ikut turun dengan tergesa. Yuri yang ngeh langsung minggir dan menyapa lagi dengan sopan,
"Pak..."
"Ya..."
"Anjrrr, sok banget lo, ya! Ihhh!" Di belakang Pak Kenan, Yuri sibuk gerutu dalam hati.
"Yuri!" teriak Widya dengan lambaian tangan di bangku dekat parkiran mobil, saat melihat temannya ada di ujung tangga. Widya mendadak diam, saat tahu di depan Yuri ada Pak Kenan berjalan dengan penuh wibawa dan membalas sapaan para mahasiswa.
Pak Kenan masuk ke dalam mobilnya. Tanpa sengaja melihat dari dalam, interaksi dua mahasiswa yang ada di seberang sana.
Yuri tertawa lepas dengan aduan konyol Widya yang sempat salting pas ada Pak Kenan di depan Yuri tadi.
"Cantik. Manis...," batin Pak Kenan sambil menyalakan mesin mobilnya.