NovelToon NovelToon
KUTUKAN MAUT PADMINI

KUTUKAN MAUT PADMINI

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Misteri / Horor / Tumbal / Iblis / Balas Dendam
Popularitas:104.9k
Nilai: 5
Nama Author: Cublik

Padmini, mahasiswi kedokteran – dipaksa menikah oleh sang Bibi, di hadapan raga tak bernyawa kedua orang tuanya, dengan dalih amanah terakhir sebelum ayah dan ibunya meninggal dunia.

Banyak kejanggalan yang hinggap dihati Padmini, tapi demi menghargai orang tuanya, ia setuju menikah dengan pria berprofesi sebagai Mantri di puskesmas. Dia pun terpaksa melepaskan cintanya pergi begitu saja.

Apa yang sebenarnya terjadi?
Benarkah orang tua Padmini memberikan amanah demikian?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

27 : Menuntut pertanggungjawaban

“Mana minumannya? Mengapa lama sekali?!” Sumi sampai pergi kebagian dapur. Dia tidak sabaran menunggu, dikarenakan cerek yang seharusnya dipenuhi teh hangat, sedang jahe masih pada kosong.

“Kalian kenapa?!” ia memekik, rautnya khawatir kala melihat para tetangga yang membantu di bagian konsumsi menekan perut, ada pula berlari ke arah selep padi, masuk ke dalam kamar mandi di dalam rumah.

“Hei kenapa?!” Dia menarik lengan baju seseorang.

Ibu-ibu yang bertugas merebus air dalam dandang besar menjawab dengan raut menahan sesak. “Saya dan beberapa tetangga kita, pada sakit perut.”

Sumi menutup hidung ketika mendengar bunyi angin dan bau menyengat nya. “Jorok betul kalian!”

Baru saja dia berbalik berniat menjauh dari tenda dapur, tubuhnya ditabrak oleh suaminya sendiri. “Ini lagi, kenapa kau, Bang?”

“Aku mencret di celana. Sakit betul perutku!” Wandi pun melengos, menggedor pintu kamar mandi. “Cepatlah keluar!”

Perut Sumi mulai bergejolak, mual. Dia menatap jijik pada suaminya dan beberapa warga berlari kesana-kemari seraya menekan bagian bokong.

“Apa ada yang salah? Aku kok tak merasakan apa-apa?” tanyanya pada diri sendiri.

Hueg!

“Bau betul kentut mu! Macam bangkai!” Remaja laki-laki mendorong bahu temannya.

Uhug, hueg!

“Siapa yang perang gas busuk ini! Pergilah dari sini!” Pria bergelar ayah berdiri, berteriak lantang mengalahkan suara sang Dalang yang sedang menggerakkan tokoh-tokoh wayang kulit.

Riuhnya terikaan, keluhan, dan gerutuan hingga makian, membuat pagelaran wayang kulit seketika dihentikan. Terlebih sang Dalang juga merasa mulas sampai keningnya berkeringat. Dia beranjak dari sana, mencari tempat tersembunyi untuk mengeluarkan sesuatu dari dalam tubuhnya.

Sundari bergegas mencari ibunya, dia yang sedang duduk di pelaminan menunggu para undangan naik ke panggung dan memberikan selamat menempuh hidup baru – tiba-tiba dikejutkan oleh suara gaduh.

“Sundari, Ndari! Tolong Abang mau ke kamar mandi!” Dari dalam rumah terdengar suara lantang sampai diluar. Bambang berguling-guling di atas kasur, rasanya perutnya seperti diaduk-aduk. Keringat dingin membasahi wajahnya.

"Kau ini bagaimana, Nisda? Katanya bisa mengendalikan keadaan, menghalau bahaya datang. Mengapa orang-orang pada mengeluh sakit perut?!” Sumi berkacak pinggang, menatap sosok yang duduk bersila di bawa pohon pinang.

Nisda beranjak, berpegangan pada batang pohon pinang. “Aku sudah melakukan tugasku dengan baik, Sumi! Dari semalam tak ada satupun makhluk halus menampakkan wujudnya. Perihal para warga sakit perut, itu diluar kendaliku! Kau tak bisa menuntut pertanggungjawaban kepadaku!”

Wajah Sumi bertambah memerah, dia geram, naik pitam, tapi bingung melampiaskan kepada siapa. Sementara dirinya sendiri tidak mengetahui akar masalahnya ada dimana.

“Ya ampun! Sebetulnya apa yang ku makan? Kenapa rasanya seperti mau mati?!”

“Kakus mana, dimana?!”

Halaman rumah juragan Pandu, porak poranda. Bangku-bangku plastik bergelimpangan saat para penonton yang duduk di bawah tenda pesta berlari mencari tempat pembuangan kotoran.

Hueg!

Sumi muntah-muntah, bau angin tidak sedap, ditambah melihat halaman belakang rumah sepupunya banyak tumpukan kotoran manusia.

Perutnya mual, wajah terasa hangat, otak seperti mendidik. Sumi meradang, tidak menyangka pesta pernikahan yang sedari awal terlihat meriah, berlimpah pujian, mengapa pas bagian penutup kacau balau seperti ini?

“Ibuk! Aku eek disini saja tak tahan lagi pergi ke kakus!”

“Mamak cebokin!”

Sundari dan ibunya memandang penuh emosi pada anak kecil lebih dari satu, sedang buang air besar tepat di atas karpet panggung pelaminan.

Kondisi saat ini benar-benar kacau! bau tidak sedang sangat menyengat, warga saling berteriak, menggedor pintu kamar mandi. Ada pula bersembunyi dibawah pohon untuk buang hajat.

Mereka yang huniannya jauh, tidak tahan menahan sakit perut. Sehingga buang kotoran di sembarang tempat, membuang jauh-jauh rasa malu untuk sementara waktu.

Anehnya, Sumi, Nisda, Sundari tidak mengalami seperti lainnya. Namun hal itu seperti musibah bagi mereka. Betapa menjijikannya melihat kotoran ada dimana-mana. Terpaksa menahan mual saat bau busuk menusuk indera penciuman.

***

“Abang! Kau mencret di celana?!” Sundari emosi saat niat hati ingin mencari tempat aman dari bau bangkai, malah di dalam kamar aroma busuk itu sangat tajam.

Muka Bambang merah padam menahan amarah sekaligus malu. “Sedari tadi aku memanggilmu! Kemana saja kau Sundari? Suamimu ini butuh bantuan!”

Dada Sundari mengembang mengempis. Rasa amarah yang coba dia pendam menyeruak sudah. “Makanya keluar sana biar bisa melihat betapa kacaunya pesta pernikahan terkutuk ini!”

“Maksudmu apa?” suaranya tidak lagi tinggi. Dipandanginya sang istri yang histeris, menarik kasar jepit rambut dan aksesoris yang menempel di badannya.

“Semua orang pada menggila! Mencari wc, lari terbirit-birit, berak di seberang tempat. Bahkan pelaminan kita pun di tai in!” Sundari berteriak melampiaskan rasa kesalnya.

Rasa mulas kembali datang, Bambang tidak bisa menahan buang angin dibarengi cairan berbau busuk.

Hueg!

Sundari benar-benar muntah. Lantai keramik seketika kotor, dan dia menolak mentah-mentah rintihan dan rengekan suaminya. “Tak mau! Mengesot lah dirimu pergi ke kamar mandi sana!”

Pesta yang diharapkan meriah, benar-benar sangat berwarna dan dipenuhi seruan warga. Bahkan sampai rumah tetangga pun terdengar begitu berisik terutama pada bagian kamar mandi.

Parit kering ditumbuhi rerumputan, halaman ditanami pohon tahunan, selep padi, kolam ikan lele, menjadi tempat pembuangan dadakan.

Pagelaran wayang kulit cuma berkesempatan memulai pertunjukan tidak lebih dari tiga puluh menit, setelahnya digantikan oleh pekikan, pertanyaan bernada tinggi para warga yang sibuk mencari tempat membuang hajat.

Adanya lampu petromax, dan penerangan listrik menggunakan genset, membuat Sumi, Nisda mengutuk siapa saja yang berak di sembarang tempat..

“Bu Sumi, kami mau minta tanggung jawabnya! Ini pasti dari makanan di tempatmu. Bukan cuma aku yang sakit perut sampai kepala pun ikut berdenyut. Lihatlah warga lainnya, pada mengeluhkan hal sama. Kami pun belum ada makan sesuatu selain dari hajatanmu, Bu!” Pria paruh baya menuntut Sumi.

"Benar itu! Aku dari pagi belum ada makan ditempat lain. Cuma disini diriku makan. Pasti ada yang tak beres sampai terjadi mencret massal!” timpal pria lainnya.

Sumi merasa terpojok, sementara suaminya tidak bisa diandalkan. Wandi menjadi penghuni kamar mandi, bolak-balik buang kotoran.

Nisda pun sama saja. Mau mengelak tapi yang merasa dirugikan bukan cuma satu orang, lebih dari ratusan berteriak lantang menyuarakan protes dan menuntut pertanggungjawaban.

“Buk! Buk!” Rinda berlari mendekati ibunya. Napasnya pendek-pendek. Dia sedari menjelang Maghrib kembali ke rumahnya. “Perutku sakit sekali, rasanya seperti diremas-remas!”

Juned, Rido, Sarman, Wati, Mirna – juga mengeluh sakit perut.

Belum juga terselesaikan satu masalah, Sumi melihat nyala obor meliuk-liuk mengikuti arah angin berhembus lembut.

“Pak Wandi! Bu Sumi! Kami menuntut pertanggungjawaban kalian!”

.

.

Bersambung m

1
kaliaa🐈🐈‍⬛👯
🤣🤣🤣🤣
kaliaa🐈🐈‍⬛👯
cerek itu kaya teko gitu ya
Secret Admire
Istri durhaka kamu Sundari, suami minta tolong lagi sakit perut disuruh ngesot... hiks ... astaghfirullah ...
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝⧗⃟ᷢʷˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©
hahaha.. plot twist banget ini Thor, bukannya di serang makhluk halus, malah berak massal pestanya si sundari🤣🤣🤣🤣
Secret Admire
😄😄benar benar penuh teriakan ya Sundari, bukan teriakan pujian tapi 😄 teriakan mules, sakit perut, berebut WC, masih banyak lagi kan teriakan yang membuat pesta ramai😄
Secret Admire
😄😄😄 diluar prediksi BMKG 😄😄😄
Wanita Aries
Habislah kau sumi dikeroyok warga 🤣🤣🤣🤣 jadi mambu tele rumah yg ditinggalin
Mawar Hitam
Ki Dalamgkah yang meminta jawaban
Ayudya
asyeeeeekkkkk pesta yg meria dengan bau kotoran 🤣🤣🤣🤣🤣
imau
para warga desa tetangga kah ini yang dtg pakai Obor?
Alvin Ananda
mantap bener kak cublik pestanya
imau
wkwkwk 😂 gimana nasibnya ikan lele, mati atau kekenyangan 🤣
Alvin Ananda
waah g jadi pesta kecirit semua bau
🍒⃞⃟🦅Amara☆⃝𝗧ꋬꋊ
Ya ampun thor, kepikir aja sih alur ini😁,pesta meriah diharapkan ,tapi bencana kotoran manusia lah yang tertuai🤣,
Bab ini di jamain readersmu mules semua ,mata berkaca kaca, gigi kering kebanyakan ngakak...
wes angel ....angel tenan nebak jalan pikiran thor Cublik ..
henhao ....joss gandos tenan.
FLA
haaa puas sekali rasanya, pesta yg amat sangat meriah bukan🤣
Reni
yeeee ada pesta ta* 😅🤣😂 astaga g nyangka cublik dapat ide dari mana kau astofirulloh 😅🤣😂😅🤣 kawinan orang kau bikin hancur , g bisa bayangin baunya huekkkkkk 🤮🤮🤮🤮🤮🤮
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝⧗⃟ᷢʷˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©
duhh selalu nggak sabar aku nunggu bab selanjutnya thor
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝⧗⃟ᷢʷˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©
lah emang penghianat tohh🤭🤭
Alvin Ananda
jadi pret prot tamunyaaa 🔥🔥🔥🔥
mamaqe
sll luar biasaaahhh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!