"Mas! Kamu tega!"
"Berisik! Gak Usah Bantah! Bersyukur Aku Kasih Kamu 10 Ribu sehari!"
"Oh Gitu! Kamu kasih Aku 10 Ribu sehari, tapi Rokok sama Buat Judi Online Bisa 200 Ribu! Gila Kamu Mas!"
"Plak!"
"Mas,"
"Makanya Jadi Istri Bersyukur! Jangan Banyak Nuntut!"
"BRAK!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiara Pradana Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Senyum Nisa terus mengembang, sebanyak apapun pekerjaan hari ini di laundry tempatnya bekerja semua terasa ringan.
"Bumil, makan, senyum terus. Ayo makan dulu," Rekan kerja Anisa di laundry mengingatkan Nisa.
Anisa duduk bergabung, semua cucian sudah masuk ke mesin, menunggu sampai mesin berhenti sesuai timer yang sudah terpasang.
"Nis, Mbak seneng banget, Kamu akhirnya hamil. Dijaga ya, Kamu susah dapat Dia."
"Iya Mbak, Aku juga gak nyangka. Disaat Aku sudah pasrah, Dia datang Mbak. Dan Mas Bambang juga semakin Sayang sama Aku."
Anisa teringat bagaimana Bambang semakin menyayanginya, semua berkat Tuhan. Hadirnya jabang bayi dalam rahim Nisa mengembalikan perhatian dan kasih sayang Bambang.
"Nis, ini makan. Kamu harus sering-sering ngemil. Emang sih kadang awal-awal kehamilan sering mual gak selera makan. Mbak juga dulu gitu, tapi jangan sampai perut Kamu kosong. Kasian yang di dalem."
"Iya Mbak, Aku bawaannya gak selera makan."
"Emang gitu, tapi jangan diturutin ya, kasian anakmu. Butuh nutrisi. Paling gak minum susu, sama cemilin biskuit macam regal gitu."
Anisa mendengarkan semua saran dari teman-temannya. Banyak hal baru yang Nisa ketahui dan Nisa memilah dan memilih mana saran-saran yang pas dan bisa Ia terapkan saat menjalani kehamilannya.
"Nanti pulang Suamimu jemput gak? Kalau gak, bareng sama Mbak aja. Mbak lagi bawa motor."
"Nanti Aku chat dulu deh sama Mas Bambang," Anisa mengirim pesan kepada Bambang namun belum dijawab.
"Mungkin lagi ketemu Boss Cafe yang kasih kerjaan kali ya."
Anisa kembali melanjutkan pekerjaannya.
Sementara Bambang dan Irma, selesai olahraga ranjang keduanya pergi menuju Cafe tempat Irma kerja.
Bambang akhirnya diterima sebagai satpam di Cafe tersebut. Bahkan dengan rekomendasi Irma, Bambang langsung tanda tangan perjanjian kerja.
"Mulai nanti malam Kamu sudah mulai jaga. Jaga sikap dan ingat pelanggan itu raja. Selama Mereka masih royal dan gak rese, biarin aja. Disini udah biasa kalo ada yang ribut. Tapi jaga aja jangan sampe Cafe rusuh."
Bambang mengambil sebatang rokok, sambil menunggu Irma yang entah sedang apa di dalam bersama si Boss pemilik Cafe.
"Mas, yuk balik!"
"Udah?"
"Udah."
"Mas Bambang gak usah pulang lagi kali, nanti kan udah mulai jaga."
"Gak bisa dong Ir, Nisa bisa curiga kalo Ama gak pulang."
"Ck! Terserah!"
Bambang bisa melihat dari spion wajah BT Irma, "Nanti malem kan Kita ketemu di Cafe. Udah jangan cemberut gitu! Bikin gemes tahu!"
*
"Nis, udah dijemput?"
Sejak tadi siang Nisa menunggu balasan chat yang Ia kirimkan ke Bambang, tapi tak ada jawaban.
"Sayang, maaf Mas telat. Ayo!"
"Cie, tuh cepet sana. Bojomu sudah jemput!"
"Aku duluan ya Mbak,"
"Mari Mbak."
"Hati-hati Mas, Iya Nis,"
Nisa naik ke jok bagian belakang Bambang memastikan Nisa sudah duduk di belakang dengan nyaman. "Sayang, Maaf, tadi Mas belum jawab chat Kamu, Mas tadi seru banget ngobrol sama yang punya Cafe. Mas diterima!"
"Alhamdulillah Mas. Selamat ya Mas. Semoga Mas kerjaannya lancar. Mulai kerjanya kapan Mas?"
"Aamiin. Iya Sayang, Mas mulai jaga nanti malam. Gapapa kan?"
Meski kini Nisa sedang hamil dan artinya selama Bambang kerja, malam hari Nisa akan sendiri di kontrakan, tapi demi karir dan masa depan keluarga Mereka Nisa Ikhlas.
"Mas jaga kesehatan ya, kan sekarang kerjanya malam, Mas kalau pagi sempatkan tidur, kalau capek gak usah ngojek."
"Mas sih rencananya tetap ngojek Sayang, Lumayan uangnya. Bisa nabung buat biaya lahiran Kamu."
Sungguh, dalam hati Nisa, sangat terenyuh. Bambang sebegitunya. Sudah terpikir sampai biaya lahiran.
"Makasi ya Mas. Semoga kerjaan Mas lancar. Rezeki Mas juga ngalir terus."
"Aamiin. Oh ya Sayang, Kamu mau makan sesuatu dulu gak sebelum sampai rumah."
"Boleh, tapi Mas gak telat nanti berangkat kerjanya?"
"Masih cukup kok waktunya. Ya udah malam ini Kita makan di luar aja ya. Tapi jangan yang mahal-mahal."
"Iya, Aku terserah Mas aja. Ikut!"
Kini, si sebuah warung Pecel Lele pinggir jalan, Bambang mengajak Nisa makan malam.
"Enak?"
"Enak Mas. Makasi ya. Aku jadi seneng nih! Di traktir suami!"
Sejujurnya sudah lama sekali Bambang tidak pernah mengajak Nisa begini, makan diluar, jalan berdua.
Nisa mengerti selama ini Mereka berjuang sekali, semua serba pas-pasan untuk bisa hidup sehari-hari.
"Doain aja, Mas bisa sering-sering ajak Kamu makan diluar kayak gini. Tapi Mas mau pesen nih, Mas sekarang kan kerja di Cafe, disana banyak cewek, Kamu harus percaya sama Mas, kalau Mas gak akan macem-macem. Jangan suka kemakan omongan orang ya."
"Iya Mas. Nisa percaya sama Mas."
"Bagus!"
Setelah makan pecel lele selesai, Bambang dan Nisa pulang kerumah. Nisa membantu Bambang bersiap.
"Pintunya kunci aja. Mas bawa kunci cadangan. Kamu jangan begadang. Tidur. Gak usah nunggu Mas pulang kerja. Kasian anak Kita kalau Kamu begadang."
Bambang mengusap perut Nisa, mengecupnya sebelum pamit.
"Mas," Nisa tiba-tiba memeluk Bambang, "Jaga diri ya Mas,"
"Iya. Mas kan kerja. Bukan keluyuran. Dah Mas berangkat ya."
Nisa meraih tangan Bambang, diciumnya dengan takzim punggung tangan Suaminya. "Hati-hati Mas,"
Setelah motor Bambang melesat, mata Nisa masih memandang hingga bayangan Bambang tak lagi terlihat.
"Semoga Mas Bambang dijaga Tuhan, kerja yang benar dan gak main api."
Memang terkadang hati kecil seorang Istri memiliki intuisi tajam, meski semua Nisa abaikan namun secuil kekhawatiran selalu ada. Tapi Nisa tak mau jadi Istri rese dan memilih menitipkan jiwa dan raga serta hati Suaminya kepada Sang Pencipta.
Nisa menutup pintu, mengunci seperti perintah Bambang.
***
Bambang baru saja sampai di depan Cafe. Lampu kelap-kelip dengan suara keras dentum musik seolah membawa Bambang pada dunia baru yang selama ini tak pernah Ia jalani.
Bambang berkordinasi dengan satpam lain dan kini dengan arahan seniornya, Bambang ikut masuk ke dalam area Cafe.
Cafe yang kalau siang layaknya bangunan kosong namun berbeda saat malam tiba.
Aroma alkohol dan parfum begitu menyengat, disudut-sudut banyak pasangan yang entah sedang apa namun arah dan tujuannya semua sudah pasti paham.
Pandangan Bambang mengedar, dan suara manja, dan Bambang hapal betul siapa yang memanggilnya.
"Mas, kirain batal dateng? Oh ya kenalin ini temen Aku juga, nyanyi disini."
"Nit, ini Mas Bambang, Satpam baru. Yang tadi Aku ceritain."
"Ih, ganteng juga Mas nya. Pantes Irma segitunya sama Si Mas. Aku Anita Mas."
Tak kalah menggoda dari Irma, Anita dengan pakaian terbuka sejenis yang Irma kenakan namun tak sebrutal Irma, ukuran gunung kembar Anita ya cukuplah.
"Lo Kalo butuh ojek, bisa pake Mas Bambang. Ya kan Mas?" Irma mengkode Anita.
"Iya. Boleh."
"Iya Mas, Nita kadang suka ada kerjaan diluar Cafe. Bisa kan ngojek sama Mas Bambang. Soal bayaran gampang. Cash boleh, Transfer juga boleh, atau mau yang lain juga boleh!"
Baru pertama kerja di Cafe, cobaan Bambang berat! Cobaan atau Cobain ya?
Dasar Bambang!
dan tak berdaya dia SDH di monitor oleh si bos
Nisa jg trllu bodoh jd istri