Ye Fan, pemuda 15 tahun dari Klan Ye—klan kelas tiga di Kota Pelangi—dikenal sebagai anak ajaib dalam seni pedang. Namun hidupnya hancur ketika klannya diserang oleh puluhan pendekar tingkat ahli yang mengincar pusaka mereka, Pedang Giok Langit.
Seluruh klan terbantai. Hanya Ye Fan yang selamat.
Dengan luka di jiwanya dan kemarahan yang membakar hatinya, ia bersumpah untuk menjadi lebih kuat, merebut kembali Pedang Giok Langit, dan membalaskan dendam Klan Ye yang telah musnah.
Ikuti perjalanan Ye Fan di PENDEKAR PEDANG Halilintar!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DANTE-KUN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5: Pertarungan Melawan Singa Api
Pagi itu, udara di Pegunungan Binatang Buas terasa segar dan murni. Ye Fan melompat ke atas dahan pohon tertinggi, membiarkan tubuhnya yang kini padat (Tulang Beruang) menyerap energi pagi. Ia kini adalah Pendekar Perak Puncak, tetapi dengan fondasi yang kokoh, ia merasa siap menghadapi Binatang Buas Tingkat 4 (setara Pendekar Emas) yang berada di lereng tengah.
Inti Jiwa Tingkat 4 harusnya cukup untuk membawaku ke Ranah Emas, pikirnya, membiarkan kebenciannya menjadi pemandu.
Saat ia bersiap melompat lebih jauh ke dalam hutan, telinganya yang tajam menangkap suara yang asing dan keras, bukan lolongan binatang buas, melainkan dentingan baja dan ledakan energi spiritual—suara pertempuran manusia.
Ye Fan segera menggunakan Teknik Meringankan Tubuh yang disempurnakan. Ia bergerak seperti bayangan di antara kanopi pohon, cepat dan nyaris tanpa suara.
Jarak beberapa ratus meter di depannya, ia menemukan sumber kekacauan. Di sebuah area terbuka yang penuh dengan bekas-bekas tebasan pedang dan hangus, empat sosok sedang bertarung dengan sengit, dua lawan dua.
Ye Fan bersembunyi di balik sebatang pohon besar, matanya menyipit saat mengamati simbol di jubah mereka.
Dua orang, yang jubahnya berwarna putih kebiruan, mengenakan simbol pedang melingkari giok.
"Sekte Pedang Giok..." Gumaman pahit lolos dari bibir Ye Fan. Sekte dengan nama yang sama dengan tempat ia diusir dan dicemooh—namun, ini adalah salah satu Sekte Kelas Satu di seluruh Kekaisaran Tang, pilar aliran putih dan penjaga kedamaian utama.
Musuh mereka, dua pria berjubah hitam dengan lambang iblis yang menyeramkan, adalah anggota Sekte Iblis Surgawi, sekte gelap Kelas Satu yang terkenal karena kekejaman dan ambisi mereka.
Pertarungan itu sangat brutal. Energi pedang berbenturan dengan aura iblis. Ye Fan, dengan mata Pendekar Perak Puncak-nya, dapat memperkirakan kekuatan mereka: Keempatnya berada di Ranah Pendekar Emas Puncak!
Keempatnya bertarung untuk sesuatu yang vital. Ye Fan menguping percakapan mereka yang diselingi benturan pedang.
"...Serahkan manual Pemurnian Tubuh itu, dan kami akan membiarkan kalian mati dengan cepat!" raung salah satu Iblis Surgawi.
"Mimpi! Kitab kuno itu harus dijaga agar tidak jatuh ke tangan kotor sekte iblis!" balas salah satu Pendekar Sekte Pedang Giok.
Mata Ye Fan langsung membelalak. Manual Pemurnian Tubuh ... Mereka mencari Kitab Pemurnian Langit! Dan ... kolam spiritual?
Jika kedua Sekte Kelas Satu mencari Kolam Spiritual Langit dan Kitab Pemurnian Langit, itu berarti keberuntungan yang ia temukan adalah harta yang sangat langka dan memiliki risiko bahaya tingkat tinggi.
Ye Fan tahu ia harus mengambil keputusan cepat. Ia bisa lari dan kembali ke guanya yang kini sudah menjadi zona konflik. Atau...
Ia melihat dua Pendekar Sekte Pedang Giok itu terdesak. Meskipun mereka adalah orang-orang yang telah membuat dia merasakan pengalaman pahit sebelumnya, akan tetapi mereka tidak ada hubungannya dengan kehancuran Klan Ye-nya. Namun, Sekte Iblis Surgawi ... mereka jelas merupakan perwujudan kegelapan yang menghancurkan kedamaian, sama seperti para Jubah Hitam.
Para Jubah Hitam itu ... pasti berafiliasi dengan sekte seperti Sekte Iblis Surgawi.
"Baik. Aku akan membantumu, Sekte Pedang Giok. Karena kau adalah musuh dari musuhku," janji Ye Fan dalam hati, kebenciannya menjadi pemandu moralnya.
Ye Fan menarik pedang baja biasa dari pinggangnya, mengabaikan fakta bahwa ia adalah Pendekar Perak Puncak yang akan menyerang empat Pendekar Emas Puncak. Ia memiliki fondasi Tulang Beruang dan Pedang Halilintar yang baru disempurnakan.
Ia mengaktifkan Teknik Meringankan Tubuh ke batas maksimal. Ye Fan bergerak. Ia bukan lagi manusia; ia adalah kilat yang tersembunyi, memanfaatkan setiap titik buta dan celah yang tercipta dari pertempuran sengit Pendekar Emas.
Serang titik terlemah saat mereka sibuk dengan serangan frontal!
Ye Fan memilih target yang paling dekat dengan kegelapan. Ia melompat dari pohon, bukan ke arah pertempuran, melainkan melompat dari tebing terdekat, menggunakan lompatan itu untuk menghasilkan kecepatan tertinggi.
Dalam sepersekian detik, ia berada tepat di belakang salah satu Pendekar Sekte Iblis Surgawi. Pedangnya, yang kini dilapisi Tenaga Dalam yang murni dan terkompresi, bergerak dalam garis yang sempurna.
Jurus Pedang Halilintar!
CRASH!
Jurus itu sangat cepat sehingga nyaris tidak terlihat. Pedang baja itu menghantam punggung Pendekar Iblis Surgawi itu. Serangan itu tidak dimaksudkan untuk membunuh, melainkan untuk melumpuhkan. Meskipun Tulang Beruangnya memberikan kekuatan yang luar biasa, Ranah Emas Puncak bukanlah target yang mudah.
Pedang itu berhasil menembus lapisan pelindung Tenaga Dalam lawan, menciptakan luka tebasan yang dalam dan mematahkan beberapa tulang rusuknya.
"ARGH!" raung Pendekar Sekte Iblis Surgawi itu, terkejut dan kesakitan, terhuyung-huyung ke depan.
Tiga Pendekar lainnya—terkejut bukan main. Seorang Pendekar Emas Puncak dilukai oleh serangan mendadak yang begitu cepat sehingga mereka tidak sempat bereaksi!
Inilah momen yang ditunggu oleh dua Pendekar Sekte Pedang Giok. Mereka melihat kesempatan yang diciptakan oleh intervensi yang misterius ini.
"SEKARANG!" teriak salah satu murid Pedang Giok.
Kedua murid Sekte Pedang Giok segera melepaskan dua serangan terkuat mereka: tebasan pedang yang mematikan yang menargetkan dua Pendekar Iblis Surgawi yang kini dalam posisi defensif dan terkejut.
Dua Pendekar Iblis Surgawi itu tidak punya waktu untuk merespons serangan itu. Mereka terkena serangan telak di dada, seketika membuat mereka terhuyung dan roboh, darah menyembur keluar.
Dalam sekejap mata, pertempuran berakhir. Dua Pendekar Emas Puncak dari Sekte Iblis Surgawi tewas di tanah, dan satu terluka parah.
Ye Fan, tanpa menunggu pengakuan, segera menarik diri kembali ke kegelapan hutan.
Saat kedua Pendekar Sekte Pedang Giok itu sibuk memeriksa kondisi musuh dan mencari tahu siapa pahlawan misterius mereka, Ye Fan sudah jauh. Ia tidak menunggu ucapan terima kasih atau pertanyaan. Kecepatan Teknik Meringankan Tubuh-nya yang disempurnakan selama sebulan membuatnya mampu menghilang dalam sekejap, kembali menyatu dengan hutan.
Penting untuk tidak menarik perhatian lebih jauh, pikir Ye Fan. Jika mereka tahu aku memiliki Kitab Pemurnian Langit dan telah menggunakan Kolam Spiritual Langit, aku akan menjadi target Sekte Kelas Satu. Aku harus bergerak sendiri.
Tujuan utamanya kembali berburu: Inti Jiwa Tingkat 4.
Ye Fan menghabiskan seharian penuh mendaki ke zona yang lebih tinggi, tetapi pencariannya dipenuhi frustrasi. Ia hanya menemukan Binatang Buas Tingkat 2 dan Tingkat 3 yang tidak akan memberinya kemajuan signifikan. Jika ia memaksa naik lebih jauh, ia berisiko bertemu dengan Binatang Buas Tingkat 5—setara dengan Pendekar Ahli—dan itu sama saja dengan bunuh diri bagi Pendekar Perak Puncak.
Sambil menghela napas, ia memutuskan untuk kembali ke gua malam itu untuk beristirahat. Ia harus merencanakan strategi yang lebih baik.
Ketika senja berubah menjadi kegelapan malam, dan bulan mulai bersinar redup di antara kanopi pohon, ia mendengar suara derap langkah berat di depannya. Aroma belerang dan daging panggang yang samar menusuk hidungnya.
Hatinya berdebar kencang, bukan karena takut, melainkan karena kegembiraan seorang pemburu.
Dari balik semak belukar yang terbakar di pinggir jalannya, seekor binatang buas mengerikan muncul: Singa Api.
Singa itu berukuran dua kali lipat Singa biasa, dengan surai yang terdiri dari api oranye yang berkedip-kedip. Mata Singa Api itu memancarkan aura ganas dan kekuatan yang nyata.
Binatang Buas Tingkat 4!
Level 4 menandai lompatan besar dalam kekuatan, karena ia adalah Tingkat Binatang Buas pertama yang secara alami memiliki Kekuatan Elemen. Sama seperti Pendekar Manusia yang biasanya membangkitkan kekuatan elemen (api, air, angin, tanah) setelah mencapai Ranah Pendekar Emas Awal, Singa Api ini telah memadukan api ke dalam serangannya.
Ye Fan tahu ini adalah pertarungan hidup atau mati yang akan menguras seluruh kekuatannya.
Roarr!
Singa Api itu meraung, dan semburan api kecil segera mengikuti. Ye Fan, tanpa ragu, melompat ke belakang, menggunakan Teknik Meringankan Tubuh-nya untuk bergerak dengan kecepatan tertinggi.
Pertarungan dimulai dengan Ye Fan bermain defensif. Ia membiarkan Singa Api menyerang lebih dulu, mengamati ritme dan pola serangannya. Setiap serangan cakaran Singa Api dilapisi dengan aura api, memaksa Ye Fan untuk tidak hanya menghindari cakaran fisik, tetapi juga gelombang panas yang mengikutinya. Beberapa kali, panas itu terlalu cepat, meninggalkan luka bakar yang menyakitkan di lengan dan bahu Ye Fan.
Kelemahannya ... kekuatannya luar biasa, tapi ia bergantung pada ledakan api yang besar, pikir Ye Fan, menghindar dari semburan api yang menghanguskan pohon di belakangnya.
Ye Fan kemudian menerapkan strateginya: pengorbanan untuk momen.
Ia melemparkan salah satu pedang baja miliknya. Singa Api itu, mengira itu adalah serangan, menyambut pedang itu dengan raungan dan mengayunkan cakarnya yang berapi-api. Pedang itu hancur dan meleleh seketika. Momen itulah yang Ye Fan cari.
Dalam sepersekian detik Singa Api mengira ia telah menghancurkan senjatanya, Ye Fan muncul dari sisi kiri. Ye Fan melancarkan serangan balasan dengan pedang baja kedua. Serangan itu cepat, tetapi Singa Api itu juga cepat. Singa itu hanya mampu menghindar sedikit, tetapi cakarnya berhasil menyabet bahu Ye Fan.
Darah menyembur. Ye Fan merasakan sakit yang tajam dari sayatan kuku dan rasa panas yang menyengat dari elemen api Singa Api. Namun, luka itu tidak parah, berkat ketahanan luar biasa dari Tulang Beruang miliknya. Tubuhnya, meskipun terluka, tidak hancur.
Ye Fan menyadari bahwa pedang baja biasa tidak akan menembus kulit Singa Api. Ia harus mengumpulkannya menjadi satu serangan mematikan.
Ia mengambil pedang baja ketiga, satu-satunya yang tersisa pedang yang dia simpan di Cincin Ruang.
Singa Api, marah karena darahnya tertumpah dan terganggu oleh serangan yang mengejutkan itu, kini menyerang dengan gila-gilaan, menyemburkan bola api besar.
Ye Fan melemparkan pedang baja ketiga ke arah Singa Api, kali ini bukan sebagai serangan, melainkan sebagai pengalih perhatian. Singa Api fokus pada pedang itu, menghancurkannya dengan semburan api.
Peluang Satu Kali Serangan:
Inilah momennya. Seluruh fokus Singa Api tertuju pada api yang menghancurkan pedang.
Ye Fan melepaskan semua kekuatan Pendekar Perak Puncak yang dipadukan dengan fondasi Tulang Beruang miliknya. Pedangnya yang terakhir dikeluarkan dari Cincin Ruang.
Jurus Pedang Halilintar!
Kali ini, seluruh Tenaga Dalam Ye Fan dipadatkan ke ujung pedang. Pedang itu berderu dengan suara frekuensi tinggi, menciptakan kilatan cahaya biru-putih singkat di tengah kegelapan.
Kecepatan adalah segalanya. Ye Fan menyerbu Singa Api sebelum ia sempat menyelesaikan semburan apinya. Pedang itu menembus kulit tebal, melewati jantung binatang buas itu, dan berakhir di sisi satunya.
Singa Api itu berhenti. Api di surainya meredup. Ia roboh ke tanah, tubuhnya mengejang, sebelum akhirnya terdiam sepenuhnya.
Ye Fan terengah-engah, tubuhnya bersandar di pohon terdekat. Ia babak belur, pakaiannya robek, dan luka bakar di lengannya terasa panas menyengat.
Dia telah berhasil. Harga yang harus dibayar adalah darah dan tiga pedang baja miliknya.
Dengan langkah gontai, ia mendekati bangkai Singa Api. Dengan pisau kecilnya, ia dengan hati-hati mengeluarkan Inti Jiwa. Di tangannya, Inti Jiwa Tingkat 4 itu bersinar merah menyala, memancarkan energi panas yang kuat.
"Pendekar Emas ... kini aku datang," desis Ye Fan, memasukkan Inti Jiwa itu ke dalam Cincin Ruangnya dan menyeret tubuhnya kembali ke gua.