seorang gadis yang berniat kabur dari rencana perjodohan yang dilakukan oleh ibu dan ayah tirinya, berniat ingin meninggalkan negaranya, namun saat di bandara ia berpapasan dengan seorang laki-laki yang begitu tampan, pendiam dan berwibawa, berjalan dengan wajah dinginnya keluar dari bandara,
"jangan kan di dunia, ke akhirat pun akan aku kejar " ucap seorang gadis yang begitu terpesona pada pandangan pertama.
Assalamualaikum.wr.wb
Yuh, author datang lagi, kali ini bertema di desa aja ya, .... cari udara segar.
selamat menikmati, jangan lupa tinggalkan jejak.
terimakasih...
wassalamualaikum,wr.wb.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Marina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
lampu hijau
Yusuf, meskipun bertekad kuat untuk menjaga jarak demi menghormati hijrah Zora dan menjaga amanah perjodohan, tidak bisa sepenuhnya menghindari gang kecil itu. pagi sekali ia harus mengantarkan titipan kitab untuk seorang santri yang rumahnya berada di dekat sana.
Saat ia melintas, ia melambatkan laju motornya. Ia tidak berniat berhenti, hanya sekilas melihat keadaan. Namun, pemandangan di halaman rumah ibu Suci membuatnya terpaku.
Zora sedang menjemur cucian di tali jemuran sederhana di teras depan. Ia mengenakan gamis rumahan yang longgar, dan kerudungnya tertutup rapi. Tangannya, yang dulu dihiasi cincin berlian mahal, kini memegang gantungan baju sambil dengan cermat merapikan pakaian di bawah sinar matahari pagi.
Zora tampak sibuk, tetapi tidak tergesa-gesa. Tidak ada lagi aura keangkuhan atau kemanjaan. Wajahnya, meski sedang berkeringat, memancarkan ketenangan dan kedamaian yang sejati. Ia bahkan tersenyum kecil pada sehelai kain yang baru ia gantung, merasa puas dengan pekerjaannya.
Yusuf mematikan motornya di ujung gang. Ia tidak bisa bergerak. Ini adalah Zora yang sepenuhnya baru, Zora yang telah menyingkirkan semua perabotan mewah demi kesederhanaan, dan kini dengan bangga melakukan tugas yang dulunya ia anggap sebagai hukuman.
Yusuf ingat Zora yang menelepon sopirnya untuk membeli mesin cuci otomatis yang mahal. Kini, ia dengan sabar mencuci pakaiannya dengan tangan dan menjemurnya sendiri. Ia ingat Zora yang mengeluh tentang air. Kini ia berhadapan dengan alam dan pekerjaan fisik.
"Dia telah benar-benar berubah. Dia bukan lagi gadis yang kutertawakan, dia adalah seorang muslimah yang sempurna yang berusaha keras untuk menjadi lebih baik. Kecantikan batinnya kini jauh melampaui kecantikan luarnya."gumamnya dalam hati.
Pemandangan Zora yang sedang menjemur pakaian itu menembus pertahanan Yusuf. Ia menyadari bahwa hijrah Zora sangat serius, Zora telah membangun kepribadian baru yang salehah, ulet, dan bersahaja.
Yusuf tidak hanya mengagumi kesalehan Zora, ia mencintai Zora yang mampu bekerja keras, yang mau merendahkan diri, dan yang kini menemukan kebahagiaan dalam pelayanan. Cintanya kini memiliki landasan yang sangat kuat, kesamaan visi spiritual.
Namun, ia harus segera pergi. Ia tidak boleh mengganggu konsentrasi Zora. Yusuf menghidupkan kembali motornya dan melaju perlahan, meninggalkan gang itu dengan hati yang semakin sakit karena rindu dan kekaguman.
"Ya Allah, sungguh Engkau telah menciptakan di hadapanku seorang wanita yang sempurna untukku. Hamba mohon, jika dia adalah jodoh hamba, mudahkanlah jalan ini." gumam Yusuf penuh harap.
Kini, Ustadz Yusuf semakin yakin dengan keputusannya untuk membatalkan perjodohan dengan Ayudia Namun, Zora masih mengira Ustadz Yusuf menjaga jarak karena amanahnya kepada Ayudia.
***
Sore itu, setelah menyelesaikan pengajian kitab di masjid, Kyai Haji Rahman dipanggil oleh istrinya, Ibunda Yusuf. Ini adalah pembicaraan yang sangat serius, yang menyangkut kehormatan keluarga dan masa depan Pesantren.
Di ruang khusus keluarga, Ibunda Yusuf menyampaikan semua yang telah diceritakan Yusuf, dimulai dari pengakuan cintanya pada Zora dan beban amanah perjodohan dengan Ayudia.
"Abah, saya sudah mendengarkan Yusuf. Ananda kita sedang diuji dengan cinta yang sangat dalam, cinta yang berawal dari keterkejutan di bandara, dan kini menguat karena hijrah Zora." ucap ibunda Yusuf dengan lembut.
Kyai Rahman Mendengarkan dengan sabar, tangan memegang tasbih "Aku sudah merasakan ada yang tidak beres sejak dia mengantarkan gadis itu ke pemandian air panas Lalu, apa maunya Yusuf? Melanggar janji adalah dosa besar, Ummi."
"Yusuf tidak ingin melanggar janji, Abah. Dia ingin Ayudia tetap menjadi bagian dari keluarga, karena dia tahu Ayudia adalah istri ideal untuk Pesantren ini."Tutur ibunda Yusuf menatap dalam wajah suaminya yang sudah mulai ada kerutan di wajahnya.
"Dia mengusulkan agar Ridwan yang menggantikannya menikah dengan Ayudia"
Kyai Rahman terkejut. Beliau menghela napas panjang.
"Ridwan? Dia memang membutuhkan pendamping setelah setahun ditinggal almarhumah. Tapi Ayudia dijodohkan dengan Yusuf, Ummi. Ini masalah hati dan kepatutan."
"Justru itu kepatutan-nya, Abah. Ridwan adalah Kepala Sekolah dan dia sangat membutuhkan pendamping yang cakap dan berilmu seperti Ayudia. Ayudia akan mendapat peran yang sangat jelas di lembaga ini. Sementara Yusuf, dia adalah dai/ pendakwah yang mungkin lebih banyak bergerak. Ridwan, sebagai pengelola, lebih cocok dipasangkan dengan Ayudia."
Kyai Rahman menutup tasbihnya. Beliau merenungkan kejujuran Yusuf, perubahan drastis Zora, dan kebutuhan institusi Pesantren. Beliau menyadari, Ayudia akan lebih berperan besar jika bersanding dengan Ridwan di posisi manajerial sekolah.
"Baik, Ummi. Usulan ini... logis dan menjaga izzah Ayudia, Yusuf adalah anak yang jujur. Kita tidak bisa memaksakan seorang dai untuk menikahi wanita yang tidak dicintainya."kata kyai Rahman lembut
"Tapi kita tidak bisa terburu-buru. Kita akan temui keluarga Ayudia .Kita akan jelaskan bahwa kita tidak membatalkan janji, melainkan mengalihkan akad kepada Ridwan, dengan pertimbangan kemaslahatan yang lebih besar bagi lembaga dan bagi Ayudia "balasnya tersenyum.
Ibunda Yusuf tersenyum lega. Keputusan sudah ada di tangan sang Kyai. Kini, langkah besar pertama untuk mewujudkan takdir cinta Ustadz Yusuf dan Zora, serta menemukan kebahagiaan bagi Ayudia dan Ridwan, telah dimulai.
***
Setelah Ibunda Yusuf memberikan lampu hijau untuk membicarakan usulan ini, Yusuf segera menemui kakaknya, Ridwan, di ruang kerjanya yang sepi di area sekolah Pesantren.
*
Yusuf duduk di depan meja kerja Ridwan. Ia merasa sangat cemas karena meminta pengorbanan sebesar ini dari kakaknya yang baru saja melalui masa duka.
Yusuf menatap kakak nya, ia mulai buka suara dengan pelan, penuh rasa bersalah"Kak Ridwan... saya datang karena ada hal yang sangat berat yang harus saya sampaikan. Ini mengenai perjodohan saya dengan Ayudia."
Ridwan Menutup buku yang sedang ia baca, menatap adiknya dengan sabar"Aku tahu, Yusuf. Semua orang di sini tahu Ayudia adalah gadis yang baik, tapi aku juga melihat perubahan sikapmu belakangan ini. Ceritakanlah, aku mendengarkan."
Yusuf kemudian menceritakan semua, perasaannya kepada Zora yang tumbuh sejak pandangan pertama, tekad Zora untuk berhijrah, dan betapa hatinya kini sepenuhnya milik Zora. Ia juga menjelaskan mengapa ia merasa tidak jujur jika melanjutkan perjodohan dengan Ayudia.
"Saya tahu ini tidak adil, Kak. Tapi saya meminta Abah dan Bunda untuk membatalkan perjodohan saya. Dan saya ingin mengusulkan... agar Kakak yang menggantikan saya menikahi Ayudia."
Ridwan terdiam. Ia memejamkan mata sejenak, memproses usulan yang sangat mengejutkan itu.
Ridwan membuka matanya, dan di matanya tidak ada amarah, melainkan pemahaman dan keikhlasan yang mendalam. Ia adalah seorang duda yang bijaksana, yang sudah merasakan arti kehilangan.
Ridwan Tersenyum tipis, suaranya tenang "Yusuf, adikku. Aku mengerti. Aku sangat mengerti bagaimana rasanya mencintai seseorang. " ucap Ridwan dengan bijak.
"Kamu mencintai Zora, yang sekarang kamu lihat dengan matamu sendiri, sedang berjuang keras untuk menjadi lebih baik. Cintamu ada di dunia yang sama denganmu, tumbuh dan nyata di hadapanmu. Kamu berhak memperjuangkan cinta yang tulus itu."
Kata Ridwan memberi semangat kepada adik laki-laki satu-satunya.
Ridwan menghela napas, mengenang mendiang istrinya.
"Berbeda denganku. Aku mencintai almarhumah, dan kini cintaku hanya ada di kenangan dan doa. Aku tidak bisa memaksakan Ayudia untuk mengisi kekosongan yang diciptakan oleh kenangan."
eh Thor semoga itu Zorra bisa mengatasi fitnahan dan bisa membongkar dan membalikkan fakta kasihan yang lg berhijrah di fitnah....
lanjut trimakasih Thor 👍 semangat 💪 salam