Setelah kematian kedua orang tuanya, Farhana baru tahu jika mereka bukanlah orang tua kandungnya.
Mereka berdua meninggal akibat kecelakaan. Dan ternyata yang menabrak adalah putri kandungnya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Senggrong, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ULANGAN PERTAMA
"Aku mau ke toilet sebentar. Nanti kalau guru datang Aku belum kembali tolong izinkan," kata Farhana pada Cindy .
"Tidak kuantar sekalian?"
"Tidak perlu. Aku bisa sendiri kok." Cindy tidak memaksa.
"Hati-hati."
"Hmmm"
Farhana membawa kursi rodanya ke toilet. Dari kelasnya masih ada dua kelas yang harus dilewati.
Waktu istirahat masih tersisa lima menit sebelum bel masuk berbunyi. Jadi ia mendorong kursi rodanya agak lebih cepat.
Saat tiba dilorong dekat toilet tiba-tiba ada dua gadis yang berdiri dihadapannya , sehingga mau tidak mau ia harus berhenti.
"Ada masalah?"
"Kamu pasti anak baru yang dibicarakan oleh anak-anak. Aku tidak mau berbasa-basi denganmu. Jadi ingat ini baik-baik. Jangan coba mendekati Dzaki dengan kelumpuhanmu oke! Kalau tidak...."
Gadis itu tanpa ragu mendorong kursi Farhana sampai rubuh. Tentu saja Farhana ikut jatuh. Kejadian itu cukup mendadak hingga ia tak sempat untuk menghindar
"Ini hanya permulaan.Jika sampai Aku lihat Kamu mendekatinya lagi ."
Gadis itu tidak melanjutkan ucapannya lagi, namun memberikan isyara lewat gerakan tangan. Dengan meletakkan tangannya di depan leher seperti hendak memotong.
Dari awal hingga akhir, Farhana tidak membuka suara sama sekali. Kedua gadis itu pergi setelah memberikan peringatan.
"Sial... seharusnya Aku waspada, " gumamnya dengan lirih. Untungnya tidak ada luka pada tubuhnya.
Farhana mencoba untuk membalikkan posisi kursi roda sebelum duduk di atasnya. Tiba-tiba ada yang lebih dulu melakukannya. Bahkan mengangkat tubuhnya dan mendudukkannya dia atas kursi roda.
"Lain kali kalau mau ke toilet jangan pergi sendiri. Kalau jatuh susah!" katanya sebelum pergi.
Farhana menatap kepergian Dzaki dengan linglung. Sejak kapan lelaki itu ada disini? Apa dia tahu kelakuan dua gadis tadi?
"Sudahlah...untuk apa dipikirkan," gumamnya dengan pelan. Kemudian ia mendorong kursi rodanya ke toilet.
Saat kembali ke kelas, pelajaran sudah dimulai. Karena Cindy sudah memintakan izin untuknya, guru yang sedang mengajar juga tidak mempersulitnya.
Guru yang mengajar kali ini merupakan Bu Firda. Guru yang menyambutnya saat mengurus pemindahan. Ternyata ia mengajar pelajaran Bahasa Inggris.
Setelah melihat nilai yang terpampang di transkip nilai Farhana, Bu Firda berniat untuk mengujinya. Kebetulan di pelajaran sebelumnya ia sudah bilang akan mengadakan ulangan harian. Jadi ia mempunyai kesempatan untuk melihat kemampuan Farhana secara langsung.
Farhana tidak mengetahui niat Bu Firda sama sekali. Setelah mendapatkan soal, ia segera mengerjakannya dengan serius.
Bu Firda mengawasi para murid yang sedang mengerjakan ulangan dengan serius. Beberapa murid yang berniat untuk curang tidak bisa melakukannya.
Selama ulangan berlangsung tidak ada yang berbicara sama sekali. Fokus mereka hanya pada lembaran ulangan masing-masing.
Ulangan itu berlangsung selama satu setengah jam. Setelah waktunya selesai Bu Fida meminta murud-murid untuk mengumpulkan ke depan.
Sambil menunggu ia mengoreksi, Bu Firda meminta murid-murid untuk belajar mandiri.
Mereka boleh berbicara dengan teman asal tidak keras. Mereka juga boleh memakan cemilan asal tidak keluar dari kelas.
Cindy menoleh kebelakang diikuti oleh teman sebangkunya yang bernama Lily. Saat ini Farhana sedang membaca buku.
"Menurutmu soalnya bagaimana? Apa ada yang tidak Kamu mengerti?" tanyanya pada Farhana. Farhana langsung mendongak menatapnya. Melihat tatapan antusiasnya ia menjawab dengan jujur.
"Lumayan , semua terjawab dengan baik."
"Ha??? Benarkah?"
"Hmmmm"
"Kok bisa? Menurutku soalnya terlalu sulit. Kamu bagaimana Ly?"
"Sama . Beberapa soal bahkan belum sempat terjawab."
"Paman kecil...menurutmu bagaimana?" tanya Cindy yang merasa belum puas dengan jawaban Farhana dan juga Lily.
Namun Dzaki pura-pura tidak mendengarnya. Setelah mengumpulkan tugasnya ke depan , ia segera merebahkan kepalanya di atas meja dan memejamkan matanya.
"Paman," panggil Cindy sekali lagi. Tidak ada respon dari Dzaki. Cindy pun menyerah. Ia kembali menoleh ke arah Farhana.
"Kira-kira berapa nilai yang bisa kamu peroleh?"
"Entahlah. Nanti juga tahu."
"Eh ....ngomong-ngomong apa hubunganmu dengan Senior Reza?" tanya Lily dengan semangat.
"Apa maksudmu?" tanya Cindy dengan waspada. Ia merupakan penggemar berat Reza. Ia jatuh cinta pada pandangan pertama. Sudah lama ia mengincar Reza untuk menjadi pacarnya.
Kampus tempat Reza belajar berasa di samping sekolahnya. Jadi tidak heran ia sering bertemu dengan Reza.
"Tadi Aku melihat Farhana berangkat sama senior Reza. Bahkan mengantar Reza sampai ke ruang guru."
"Apakah yang dikatakan Lily itu benar?"
"Benar."
Jawaban Farhana membuat bahu Cindy langsung terkulai lemah. Bagiamana bisa gebetannya bisa jalan dengan teman barunya. Namun saat mendengar kalimat lanjutan yang diucapkan Farhana , dia langsung terkejut.
"Dia kakak keduaku. Bang Reza khawatir denganku jadi mengantar sampai ke ruang guru."
"Benarkah!!!"
Sangking terkejutnya ia sampai berdiri dan meninggikan suaranya. Bu Firda yang sedang fokus mengoreksi langsung kaget mendengar teriakan Cindy.
"Cindy!!!"
"Maaf Bu."
Percakapan mereka pun akhirnya berhenti. Cindy dan Lily kembali menghadap ke depan. Meski mereka penasaran sama ucapa Farhana, namun rasa takutnya lebih besar dari rasa penasaran. Jika ia sampai membuat Bu Firda marah siap-siap saja membuat pidato bahasa inggris dan membacakannya di depan kelas.
Semua jawaban akhirnya selesai di koreksi. Melihat nilai sempurna di lembar jawaban Farhana, Bu Firda merasa puas. Sepertinya ia sudah menemukan kandidat yang tepat untuk mengikuti olimpiade Bahasa Inggris bulan depan.
Ia akan membicarakannya dengan kepala sekolah dan dewan guru lainnya terlebih dulu.
Pelajaran hari ini dilalui Farhana dengan baik. Setelah bel pulang berbunyi ia keluar bersama Cindy yang kekeh ingin mendorong kursi rodanya hingga ke depan.
Setibanya di gerbang Ia melihat Bang Reza yang sedang bersandar di samping mobil sambil memainkan ponselnya.
"Bang Reza," panggil Farhana. Bang Reza langsung mendongak kemudian menyimpan ponselnya di saku kemejanya. Setelah itu melangkah pelan ke arah Farhana dan Cindy.
"Biar Aku saja yang mendorong," kata Bang Rza sambil mengambil alih kursi roda Farhana dari Cindy.
"Ini teman baru Aku. Namanya Cindy. Ia sudah membantuku," kata Farhana tanpa diminta.
Reza sangat hafal dengan wajah Cindy. Ia sudah beberapa kali mengirimkan makanan padanya.
"Terima kasih."
"Tidak perlu berterima kasih. Dia sudah menjadi teman sekelasku."
"Baguslah kalau begitu. Farhana sudah aman, Kamu bisa pulang sekarang."
Cindy mengangguk dengan patuh. Ia langsung melangkah ke tempat mobil jemputannya menunggu.
hana dn kluarganya pst bhgia bgt....
slain hana udh smbuh,nnek shir jg bkln d hkum mti....
jd pgn mkan nasi padang jg....ngiler.....🤤🤤🤤
slain msih khilangn orngtua angktnya,dia jg kcewa dgn kluarga kndungnya....tp mngkn dgn brjalnnya wktu,dia jg mau mmaafkn kluarganya.....
yg mstinya malu tu klian kaleee....
ngaku2 dkt sm dzaki,pdhl mh knal jg kagak.....