Belva Kalea harus menelan kekecewaan saat mengetahui calon suaminya berselingkuh dengan saudara tirinya tepat di hari pernikahannya. Bukan hanya itu saja, Glory diketahui tengah mengandung benih Gema Kanaga, calon suaminya.
Di sisi lain, seorang pengusaha berhati dingin bernama Rigel Alaska, harus menelan pil pahit saat mengetahui istrinya kembali mengkhianatinya. Disakiti berulang kali, membuat Rigel bertekad untuk membalas rasa sakit hatinya.
Seperti kebetulan yang sempurna, pertemuan tak sengaja nya dengan Belva membuat Rigel menjadikan Belva sebagai alat balas dendam nya. Karena ternyata Belva adalah keponakan kesayangan Roland, selingkuhan istrinya sekaligus musuhnya.
Akankah Rigel berhasil menjalankan misi balas dendam nya?
Ataukah justru cinta hadir di tengah-tengah rencananya?
Mampukah Belva keluar dari jebakan cinta yang sengaja Rigel ciptakan?
Ataukah justru akan semakin terluka saat mengetahui fakta yang selama ini Rigel sembunyikan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kikan dwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 6
Belva menatap Roland dengan tatapan kecewa, saat Omnya itu berjalan menuju ke arahnya. Hati Belva sangat hancur karena ekspektasinya selama ini tentang Roland hanyalah kamuflase belaka. Pada kenyataannya Roland tidak lebih dari pria yang sama bejad nya dengan Gema.
Roland menghembuskan napasnya dengan kasar, dari cara Belva menatapnya, ia menyadari sorot matanya menggambarkan kekecewaan yang begitu mendalam padanya.
Belva memalingkan wajahnya saat Roland duduk di hadapannya dan menatapnya penuh penyesalan. Keduanya berada di sebuah restoran tak jauh dari kawasan apartemen tempat tinggal Roland.
"Maaf... om membuatmu kecewa." Roland menggenggam tangan Belva, namun keponakannya itu menepis tangannya dengan kasar.
"Ternyata semua pria sama, kecuali Daddy." Belva menarik napasnya, dan perlahan menghembuskannya. "Bahkan Om yang ku anggap sempurna, tidak lebih dari seorang berandalan, menjijikkan," ucap Belva dengan penuh kekecewaan.
Roland memejamkan matanya sejenak. Hatinya terasa sesak saat keponakan kesayangannya menatapnya penuh kebencian. Mata coklat yang dulunya menatapnya penuh puja, kini berubah menatapnya penuh luka.
Belva tidak tahan berlama-lama berhadapan dengan Roland. Menatapnya saja membuatnya kembali teringat dengan pengkhianatan yang Gema lakukan.
Niat hati ingin melupakan pengkhianatan mantannya, justru membuatnya semakin sulit. Dan itu karena Roland, Omnya yang membuat Belva semakin terluka.
Wanita cantik itu beranjak dari duduknya. Lalu pergi meninggalkan Roland.
"Abel tunggu!"
Roland berhasil mencekal tangan Belva, saat keponakannya itu hendak masuk ke dalam sebuah mobil. Entah mobil siapa yang Belva berhentikan, namun jika dilihat dari tampilannya, terlalu mewah untuk dikatakan sebuah taksi online.
"Lepaskan, jangan pernah menyentuhku dengan tangan kotormu itu!" Sentak Belva. Wanita cantik itu berteriak tepat di depan wajah Roland.
Roland tersentak, ia baru pertama kali melihat Belva semarah itu, dan itu karenanya.
Tok tok tok
Belva mengetuk mobil yang beberapa waktu lalu diberhentikannya. Namun tidak ada respon sama sekali dari si pemilik mobil.
Tok tok tok
"Kumohon buka!" Belva tidak menyerah, terus mengetuk pintu mobil itu.
Sementara di dalam mobilnya, seorang pria terus menatap wajah cantik seorang wanita yang sedari tadi terus mengetuk pintu mobilnya.
"Tuan, apa kita jalan saja?"
Ucapan asisten pria itu membuyarkan lamunan pria yang sedari tadi terus menatap wajah cantik Belva.
"Biarkan dia masuk."
Walaupun terkejut, Vander tetap melakukan perintah Tuannya.
Brughhh
"Jalan, Pak!" Ucap Belva setelah menutup pintu mobilnya. "Huhffft... akhirnya, aku terbebas darinya." Belva menghembuskan napasnya lega. Wanita cantik itu belum menyadari, tatapan penuh selidik pria yang duduk di sebelahnya.
"𝘚𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘥𝘪𝘢? 𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘥𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘯𝘢𝘭 𝘙𝘰𝘭𝘢𝘯𝘥?
Roland menatap nanar mobil yang membawa Belva pergi. Roland terpaksa membiarkan keponakannya itu pergi karena tidak ingin membuatnya semakin marah. Biarlah keponakannya itu menenangkan diri dulu, baru setelah itu pelan-pelan ia akan berbicara kembali dengannya, benak Roland.
...----------------...
"Apa Kamu bertengkar dengan kekasih mu?"
"Ka--kamu siapa?" Belva terkejut saat mendapati seorang pria tengah duduk bersandar dengan tenang di sampingnya.
"Ck! Tentu saja aku pemilik mobil ini," ucapnya dingin tanpa menoleh ke arah Belva.
Belva baru menyadari mobil yang ia tumpangi terlalu mewah untuk ukuran sebuah taksi online.
"Jadi ini bukan taksi?" Ucapnya lirih, namun masih bisa di dengar pria di sebelahnya.
"Tentu saja bukan," jawabnya datar.
"𝘈𝘴𝘵𝘢𝘨𝘢, 𝘉𝘦𝘭𝘷𝘢. 𝘒𝘢𝘮𝘶 𝘣𝘪𝘬𝘪𝘯 𝘮𝘢𝘭𝘶!" Wanita cantik itu merutuki kebodohannya sendiri. Belva benar-benar malu, entah harus seperti apa menghadapi pria pemilik mobil ini, pikirnya.
"Maafkan aku, Tuan. Aku tidak bermaksud lancang," ucap Belva dengan menundukkan kepalanya. "Kalau begitu, turunkan aku di sini saja."
Pria itu tidak menanggapi permintaan Belva. Ia hanya memperhatikan wanita cantik yang menurutnya sangat sopan dan beretika. Terlalu mustahil untuk dikategorikan sebagai jalang.
"𝘚𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘸𝘢𝘯𝘪𝘵𝘢 𝘪𝘯𝘪 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳𝘯𝘺𝘢, 𝘢𝘥𝘢 𝘩𝘶𝘣𝘶𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘢𝘱𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘙𝘰𝘭𝘢𝘯𝘥?"
"Tuan!"
Belva melambaikan tangannya di depan wajah pria itu, karena tidak meresponnya.
"Apa Kamu memiliki tempat tujuan?"
Pria itu sebenarnya sangat malu karena tertangkap basah tengah memperhatikan Belva. Namun dengan cepat ia menutupi kegugupan nya.
Belva menggelengkan kepalanya. Karena ia memang tidak memiliki tempat tujuan, Belva hanya asal pergi karena terbawa emosi.
"Ikutlah denganku, aku memiliki satu apartemen yang tidak terpakai."
"Terima kasih, Tuan. Tapi maaf, aku tidak bisa menerima kebaikan Anda. Sekali lagi Terima kasih."
Belva tetap menunjukkan senyum manisnya. Ia tidak bisa asal menerima kebaikan, apalagi Belva tidak mengenal pria di sampingnya.
Pria itu tersenyum tipis, sangat tipis. Ia menyadari wanita cantik di sampingnya itu bersikap waspada padanya. Itu menunjukkan jika wanita itu tidak seperti wanita pada umumnya yang sering ditemuinya.
"Kamu tidak perlu takut, aku bukan penjahat." Pria itu mengambil sesuatu dari dalam dompetnya, lalu memberikannya pada Belva.
Belva menerima secarik kartu nama yang pria itu berikan. Wanita cantik itu melebarkan bola matanya saat membaca nama yang tertera dalam kartu nama tersebut.
"Rigel Xavier Alaska."
...----------------...
"𝘈𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘒𝘢𝘮𝘶 𝘭𝘢𝘬𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘉𝘦𝘭𝘷𝘢? 𝘛𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯 𝘱𝘶𝘵𝘳𝘪𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘣𝘢-𝘵𝘪𝘣𝘢 𝘮𝘢𝘳𝘢𝘩 𝘥𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘨𝘪 𝘣𝘦𝘨𝘪𝘵𝘶 𝘴𝘢𝘫𝘢."
Roland mengusap tengkuknya, sebelum ia menelpon Gefanda, Roland sudah tahu pasti kakaknya itu akan marah. Karena itu ia sudah siap menerima amukan dari Daddynya Belva itu.
"Sebenarnya---"
"𝘚𝘦𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘱𝘢? 𝘒𝘢𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘫𝘦𝘭𝘢𝘴!"
Gefanda mulai naik pitam, perasaan pria paruh baya itu semakin tidak tenang. Apalagi suara adik berandal nya itu terdengar sangat gugup, membuat Gefanda ditelan rasa khawatir.
"Kamu sabar dulu, Kak. Bagaimana aku mengatakannya, Kamu terus memotong ucapanku." Kesal Roland.
"𝘉𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘴𝘢𝘣𝘢𝘳? 𝘗𝘶𝘵𝘳𝘪𝘬𝘶 𝘱𝘦𝘳𝘨𝘪 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘬𝘦𝘢𝘥𝘢𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘳𝘢𝘩, 𝘬𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘥𝘪𝘢 𝘬𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢-𝘬𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘨𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢? 𝘉𝘦𝘭𝘶𝘮 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘬𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘔𝘰𝘮𝘮𝘺𝘮𝘶 𝘴𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪 𝘵𝘢𝘩𝘶, 𝘒𝘢𝘮𝘶 𝘮𝘢𝘶 𝘥𝘪 𝘣𝘢𝘬𝘢𝘳 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱-𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱?"
Mendengar kakaknya menyebut nama Mommynya, tiba-tiba saja membuat Roland bergidik ngeri.
"Dia Mommy mu juga, Kak."
"𝘑𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘭𝘪𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘮𝘣𝘪𝘤𝘢𝘳𝘢𝘢𝘯. 𝘊𝘦𝘱𝘢𝘵 𝘬𝘢𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯, 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘱𝘶𝘵𝘳𝘪𝘬𝘶?"
"Belva memergoki ku sedang anu dengan wanitaku---"
"𝘈𝘱𝘢 𝘒𝘢𝘮𝘶 𝘣𝘪𝘭𝘢𝘯𝘨? 𝘋𝘢𝘴𝘢𝘳 𝘴𝘪𝘢𝘭𝘢𝘯, 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘯𝘥𝘢𝘭 𝘵𝘦𝘯𝘨𝘪𝘭. 𝘒𝘢𝘮𝘶 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘮𝘢𝘵𝘢 𝘱𝘶𝘵𝘳𝘪𝘬𝘶 𝘵𝘦𝘳𝘯𝘰𝘥𝘢!" 𝘛𝘦𝘳𝘪𝘢𝘬 𝘎𝘦𝘧𝘢𝘯𝘥𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘯𝘶𝘩 𝘬𝘦𝘬𝘦𝘴𝘢𝘭𝘢𝘯.
Roland memejamkan matanya sambil menutup kedua telinganya. Suara kakaknya itu terdengar amat memekakkan telinganya.
"Hampir Kak, hampir. Baru mau, belum mulai."
Ucapan tak bersalah Roland membuat emosi Gefanda kian membuncah.
"𝘒𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘴𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪 𝘮𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘪𝘯𝘪 𝘱𝘶𝘵𝘳𝘪𝘬𝘶 𝘣𝘦𝘭𝘶𝘮 𝘬𝘦𝘵𝘦𝘮𝘶. 𝘚𝘪𝘢𝘱-𝘴𝘪𝘢𝘱 𝘴𝘢𝘫𝘢, 𝘮𝘢𝘴𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘪𝘯𝘪 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪 𝘬𝘦 𝘵𝘦𝘭𝘪𝘯𝘨𝘢 𝘔𝘰𝘮𝘮𝘺!"
𝘛𝘶𝘵
Gefanda mematikan sambungan telponnya sepihak.
"Gawat! Kalau sampai Mommy tahu, aku bisa tinggal nama."
𝘛𝘰 𝘣𝘦 𝘤𝘰𝘯𝘵𝘪𝘯𝘶𝘦𝘥
waduh keluarga gila anak tiri hamil sm bpk tiri dasar edan
Kalo emang cinta Belva, yo sono datengin bpknya lamar secara gentle bukan malah minta DP duluan gitu...
Syukurin, kalo perlu si Anaconda disunat bae smpe ngepook aja, biar tau rasa Rigel
Jangan mudah terbujuk rayuan Rigel,Abel.Biar dia berjuang dululah