NovelToon NovelToon
DENDAM KESUMAT

DENDAM KESUMAT

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Balas Dendam / Iblis / Identitas Tersembunyi / Dendam Kesumat
Popularitas:197.6k
Nilai: 5
Nama Author: Cublik

“Aku mohon! Tolong lepaskan!”
Seorang wanita muda tengah berbadan dua, memohon kepada para preman yang sedang menyiksa serta melecehkannya.

Dia begitu menyesal melewati jalanan sepi demi mengabari kehamilannya kepada sang suami.

Setelah puas menikmati hingga korban pingsan dengan kondisi mengenaskan, para pria biadab itu pergi meninggalkannya.

Beberapa jam kemudian, betapa terkejutnya mereka ketika kembali ke lokasi dan ingin melanjutkan lagi menikmati tubuh si korban, wanita itu hilang bak ditelan bumi.

Kemana perginya dia?
Benarkah ada yang menolong, lalu siapa sosoknya?
Sebenarnya siapa dan apa motif para preman tersebut...?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dendam : 06

“Kalian yakin kalau dia sudah mati?” Hardi mengisap rokok, netranya menatap tajam ketiga anak buah sang ayah.

“Percaya pada kami, Tuan. Mungkin kini sosoknya sudah menjadi arwah gentayangan, dan daging busuknya jadi rebutan Anjing liar … ha ha ha!” Herman mengisap dalam nikotinnya.

Gelak tawa saling bersahutan, keempat pria itu menertawai sosok wanita lemah, bodoh, lugu, Sawitri.

“Macam mana rasanya? Enak bukan?” Ia tatap jenaka para pemuda tua yang belum menikah di umur 35 tahun.

“Menjepit, seperti setrum bertegangan tinggi, aku jadi ketagihan. Dua kali rasanya kurang.” Senyum Pendi terlihat begitu menjijikan.

“Kalau kau?” tanyanya kepada Gandi.

“Akhirnya aku bisa mewujudkan fantasi bercinta lewat belakang sambil menyiksanya, sedikit menyayat kulit kepala agar ada bau darah,” jawab Gandi sambil menjilati bibir.

Hardi terbahak-bahak. “Memang tak waras kau, tapi dia pantas mendapatkannya! Sebab, rasanya sudah tak lagi sempit. Mana hamil lagi, jadi hilang nafsuku saat membayangkan ingin menggaulinya. Seandainya saja tak bunting, tetap akan ku pertahankan untuk cadangan bila nanti bosan dengan istri sah ku.”

“Untung saja dukun beranak itu cepat memberitahu. Sehingga kita bisa gerak cepat mengeksekusi nya,” timpal Herman.

"Ya, Sawitri bukan tipe wanita gila harta. Takkan mau dia menggugurkan kandungannya. Yang ada malah menghambat serta menghancurkan masa depan ku." Hardi mendengus.

“Sudahkah kalian memberikan imbalan kepada Farida?” kembali Hardi bertanya, netranya menatap hamparan luas perkebunan kopi milik ayahnya.

“Sudah Tuan, malah kami kasih lebih berupa goyangan maut sampai dia terkapar.” Pendi memegang perutnya yang terasa kaku, seminggu yang lalu giliran dia disenangkan oleh Farida, biduan kampung anak kepala desa.

Farida anaknya bu Surti. Dialah yang mengarahkan Sawitri melewati jalan pintas dengan memberi informasi palsu, bahwasannya Hardi ada di perkebunan kopi. Padahal, di ujung jalan sudah ada anak buah Bahri yang menunggu untuk mengeksekusinya.

“Betapa bodohnya wanita-wanita lugu di kampung transmigrasi ini, baru saja diberi sedikit perhatian, kata rayuan, dan janji dinikahi, langsung memberikan keperawanan mereka secara sukarela.” Hardi menggelengkan kepala, tersenyum culas.

"Hanya Sawitri yang ku nikahi secara siri. Lainnya cuma dipakai cuma-cuma. Putrinya bu Mina begitu menjaga kehormatannya, membuatku semakin tertantang untuk merasai nya. Sayangnya dia tak bisa diajak bersenang-senang saja, menginginkan membangun rumah tangga harmonis. Cui!" Hardi meludah.

"Gadis tak berpendidikan, dari kaum rakyat jelata berharap bahagia dengan bersuamikan pria kasta tertinggi. Mimpinya terlalu tinggi sehingga sudah sepatutnya dilenyapkan agar tak menyusahkan!" Sorot mata menajam, nada suaranya terdengar muak.

“Bila dihitung-hitung, anaknya mendiang Kasman korban yang keberapa, Tuan?” Herman membuang puntung rokoknya.

“Lima, sembilan, atau dua belas ya? Entahlah, aku lupa. Hanya ingat rasanya serta sensasi membobol gua sempit menjepit!” Hardi kembali terpingkal-pingkal, wajahnya menunjukkan rasa puas dan kemenangan.

"Tak anak, tak pula bapaknya. Sama-sama dungu! Yang satu mati dikarenakan keluguan menganggap semua orang berhati malaikat. Satunya lagi tewas dikarenakan sok jagoan … ha ha ha.” Gandi memilin kumisnya.

***

Dada Sawitri kembang kempis, wajah merah padam, rasanya dadanya mau meledak, amarahnya menggelegak menuntut pembalasan.

Argghh!

“Badjingan! Biadab kau Hardi!”

Akhh!

Wanita dalam keadaan memprihatinkan itu mengantukkan kepala pada dinding tepas, menangis histeris sambil memukul dadanya.

“Bapak! Mamak! Maafkan Witri_” seketika raungannya terhenti, dia mengingat sepenggal kalimat. ‘Satunya lagi tewas dikarenakan sok jagoan’.

Melihat Sawitri yang bungkam dengan mimik wajah penasaran, Ni Dasah kembali membaca mantra lalu meniup permukaan air di dalam bokor. Munculnya adegan dimana pencarian Sawitri dilakukan.

“Saya akan menelusuri pinggiran sungai, siapa tahu ada jejak Sawitri.” Pak Kasman mengeluarkan parang dari dalam sarung.

“Terserah kau! Bila kesulitan jangan menyusahkan kami!” Pendi menatap sinis ayahnya Sawitri.

Pria tua itu berjalan seorang diri, tangan dan kakinya menyibak semak belukar, mencari jejak sang putri. Sampai dimana mata berwarna kelabu itu melihat baju terusan yang sangat ia kenali, teronggok di semak-semak tumbuhan menjalar.

Bukan cuma satu helai, tapi ada juga celana dalam dan juga bra. Pak Kasman membungkuk, memungut nya.

“Ini pakaian Witri.” Ia bentangkan baju kotor bercampur tanah yang terdapat bercak darah yang sudah tak layak pakai.

Jantungnya berdegup keras, hatinya langsung cemas, dia bukan orang lugu yang tidak bisa menebak apa yang telah terjadi dengan melihat bentuk pakaian sang putri.

“Nak, kau di mana? Kasih tahu Bapak, Witri! Siapa Badjingan itu! Bila kau malu sehingga tak berani pulang … berikan Bapak petunjuk Nak! Tak ada yang boleh menyakiti mu selagi raga tua ini masih bernyawa.” Langkahnya tergesa-gesa, ingin segera melaporkan.

“Nak, jangan malu. Kau bukan aib, tapi anugerah terindah dari Tuhan. Ayo, Witri tunjukkan keberadaan mu. Bapak jemput Nak!”

Sampai di mana pada semak-semak tumbuhan rimbun setinggi orang dewasa, pak Kasman mendengar percakapan yang berhasil mematik amarahnya.

“Tak usah sok-sokan ikut melangkah macam orang gila! Sejauh apapun berjalan, berteriak, dia takkan ditemukan. Sosoknya pasti sudah mati diterkam binatang buas. Apalagi kondisinya mengenaskan setelah kita perkosa dan siksa habis-habisan.” Pendi meluruskan kakinya, dia dan Gandi berteduh di bawah pepohonan pendek yang tertutup oleh tanaman merambat.

Siang ini matahari begitu menyengat kulit, sehingga mereka menyuruh para warga mencari ke lain arah, agar dua manusia biadab itu bisa berleha-leha sejenak.

Slash.

Pak Kasman membacok pepohonan sebesar jempol tangan orang dewasa.

“KEPARAT! MATI KALIAN!!”

Seandainya tidak ditolong oleh Gandi, Pendi pasti terluka parah, dikarenakan parang pak Kasman nyaris membacok lengannya.

Slash.

Lagi-lagi pak Kasman menyerang secara membabi buta, matanya yang menderita rabun dekat tapi belum terlalu parah, ditambah cahaya sinar matahari, membuatnya kesulitan melihat jelas. Apalagi dalam kondisi emosi.

Gandi dengan mudah membekuk sosok tua itu.

Bugh!

Belum sempat pak Kasman berteriak, mulutnya sudah dibekap Pendi. Sementara Gandi menduduki perut pak Kasman.

Hem … heum.

Sekuat tenaga dia berusaha memberontak, menghentakkan kaki sampai tumit sepatu boot-nya mengais-ngais tanah.

Seperti yang dilakukan terhadap Sawitri, Gandi pun mencekik pria tua itu sampai kehilangan kesadaran, tak lagi bergerak.

‘Nak, bila kau masih hidup. Balas mereka! Nyawa harus dibayar nyawa! Hilangkan sifat naifmu. Matikan hati nurani, jadilah iblis kematian bagi manusia biadab ini!’ setetes air mata mengalir dari sudut mata pak Kasman, dia menghembuskan napas terakhirnya.

Setelah memastikan pak Kasman sudah tak lagi bernyawa, baru Gandi turun dari atas tubuhnya.

“Kau awasi keadaan sekitar!” titahnya tenang, ekspresi wajah datar, sedikitpun tak ada raut bersalah apalagi penyesalan.

Pendi berdiri, membenahi pohon-pohon tumbang yang tadi dibacok oleh pak Kasman, agar terlihat seperti semula. Dia memimpin jalan sampai pada bagian sungai terdalam.

Gandi memanggul tubuh kurus itu, lalu melemparkannya ke dalam sungai yang airnya mengalir deras.

Kemudian dua orang pemuda berhati iblis itu berjalan santai mencari keberadaan rombongan warga.

***

Prang!

Sawitri melempar bokor, menghantam tiang penyanggah atap.

“Katakan padaku! Macam mana caranya membunuh mereka! Ayo katakan!!”

Hilang sudah rasa takutnya, yang ada amarah, dendam. Sawitri turun dari amben, berlari kencang mendekati sosok mengerikan, mengguncang kuat kedua lengan berdaging berbau busuk.

“Kau pasti tahu caranya bukan?! Beritahu apa yang harus kulakukan! CEPAT!!”

Kunti membelai wajah bersimbah air mata, menatap nyala amarah di mata memerah. “Kau yakin ingin membalas mereka …?”

.

.

Bersambung.

1
Sari Dewi
masyaa Alloh...kereeeennn kak..semangat yaa..kaminl selalu menungguuuu kelanjutan nyaaaaa..
Leni Pur indah sari
Kalo dijadiin film belum tentu adegannya setegang pas baca novelnya.. ruarr biasa imajinasi kak cublik.. 🥰🥰
Dhafitha Fitha Fitha
AQ udah senam jantung
Bundane Yasfa Inara
amazing...baca cerita horor,,tp ga brasa horor,,mlh kaya film laga..good job thor👍
Rina Canigo
klw ada sutradara yg mau bikin film dari karya kak cublik pasti filmnya laku😇trus smangat kaaak...💪💪
it's me
satu kata
baguuuuusssssssss ceritanya kak 👍🏻👍🏻
btw, nanya dong. darah manis tulang wangi itu bener ada? trus msh bnyak yg mau kutanya tp lupa hahaha
tp serius, ini karangan kk atau memang sedkit bnyak nyata adanya?
Cublik: Ada Kak, mereka yang memiliki itu, mempunyai keistimewaan. Biasanya bisa jadi penyembuh gitu. Bisa melihat makhluk tak kasat mata. Tapi, selebihnya kurang tahu, takutnya malah gak tepat.
total 1 replies
Ayudya
ya ki Jaka kena kerjain ma hantu genderuwo dan ga menyaksikan banaspati hancur tinggal nunggu giliran mu ki Jaka tuk hancur
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓𝒏𝒚𝒂 𝒊𝒃𝒍𝒊𝒔 𝒕𝒂𝒏𝒅𝒖𝒌 𝒌𝒆𝒓𝒃𝒂𝒖 𝒌𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒋𝒈 𝒔𝒌𝒓𝒏𝒈 𝒕𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂𝒍 𝒂𝒏𝒕𝒆𝒌"𝒏𝒚𝒂 𝒚𝒈 𝒉𝒓𝒔 𝒅𝒑𝒕 𝒌𝒂𝒓𝒎𝒂𝒏𝒚𝒂 😏😏
Retna Tri Tunjung
huh...sampai tahan nafas bacanya...serasa nonton film horor...
naima
keren thor serasa pembaca ikut masuk ke novel😁
Dadan Magnum
kerenn ..dapat sekali feel nya ,deg deg deg
isya🌀
Ahhhh....leganya hatiku 🤗 selama ni dasah dan yusuf di sampingmu, ku pastikan kau aman sawitri😍
AFPA
syukurlah lastri ditolong bapak kakak emaknya jg lurah yusuf
btw kak thor..kok lurah yusuf bisa tau ada huru hara di hutan keramat?
lanjut kakaaaak lope2
Akbar Razaq
sudah berakhir kah si iblis kepala kerbau?

Lebih menarik lagi saat para manusia iblis yg sdh tak punya makhluk andalannya/ pujaan nya.Ki Jaya tanpa iblis j kepala kerbau juga pasti ciut nyalinya.
Syahrudin Denilo
asik nih yg pake sendal Lily
jadi ingat masa kecil
Watiningsih
Thor satukan Yusuf dgn Lastri dong😁, mereka memiliki kisah cinta yg tulus
Watiningsih
novel horor berasa nonton film action fantasy keren banget, semua karya cublik udah sy baca semua bagus semua. Setiap novel memiliki karakteristik yg berbeda, alur cerita tidak membosankan & punya ciri khas masing-masing. Mantap👍👍👍
Syahrudin Denilo
inalillahi wa innailaihi
EkaYulianti
lega.. sawitri selamat..
isnaini naini
aq gk kdip thor bca nya...seru+tegang serasa ada dlm cerita aq...apa nanti witri bs brsatu dngn yusuf thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!