Namanya Kevin. Di usianya yang baru menginjak angka 20 tahun, dia harus mendapati kenyataan buruk dari keluarganya sendiri. Kevin dibuang, hanya karena kesalahan yang sebenarnya tidak dia lakukan.
Di tengah kepergiannya, melepas rasa sakit hati dan kecewa, takdir mempertemukan Kevin dengan seorang pria yang merubahnya menjadi lelaki hebat dan berkuasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keputusan Hernandez
Dalam salah satu ruangan yang terdapat di sebuah rumah besar, dimana saat ini Kevin berada, nampak sosok lain sedang asyik menikmati sepiring cemilan dengan mata fokus menatap layar laptop.
Awalnya, ruang tempat sosok itu berada, nampak tenang karena tidak ada satu orang pun di sana. Namun, diluar tiba-tiba, telinga orang itu terusik, mendengar suara lain memasuki ruangan tersebut.
Spontan, orang itu pun menoleh. Awalnya dia tidak melihat siapapun karena hanya suara saja yang baru terdengar.
Tapi, tak lama ketika orang itu hendak kembali menatap laptop, matanya menangkap tiga sosok lain muncul dari ruangan sebelah dan diluar dugaan sosok itu tiba-tiba melebarkan matanya.
"Kevin?"
Nadira?"
Dua sosok berbeda jenis, saling menyebut satu sama lain dan mereka sama-sama terkejut dengan dan saling menyebut nama. Anak muda bernama Kevin sontak mendekat dengan wajah penuh tanya.
"Kamu ngapan di sini, Nad?" tanya Kevin terlebih dahulu.
"Loh, harusnya aku yang tanya, kamu ngapain di sini?" Sosok bernama Nadira malah membalikkan pertanyaan. "Apa kamu masih mempermasalahkan kasus di kampus kemarin?"
"Kasus di kampus? Kasus apa, Nona?" tanya pria yang datang bersama Kevin.
"Nona?" Kevin kembali terkejut. "Maksud anda?" Anak muda itu menatap pria yang mendampinginya.
Bukannya langsung menjawab, pria berbadan tegap itu masih nampak bingung dengan situasi yang ada.
Di saat itu juga, datang pria lain menghampiri mereka.
"Hendrik, kamu kenapa? Kok panik gitu?" tanya pria yang mengantar Kevin.
"Gawat, Patrick. Keadaan Nyonya besar kritis. Orang yang akan mendonorkan darah untuk Nyonya besar, tiba-tiba menghilang," jawab Hendrick
"Apa!" Semua orang yang mendengar kabar itu langsung terkejut bukan kecuali Kevin.
"Mami!" teriak Nadira. Gadis itu segera berlari, diikuti oleh oleh Hendrick yang mengejarnya.
"Ada apa, Tuan?" tanya Kevin kala menangkap kegelisahan orang yang mengantarnya. "Apa yang terjadi?"
"Keadaan di rumah ini benar-benar sedang kacau, anak muda," jawab Patrick.
"Kalau boleh tahu, apa yang terjadi? Nyonya besar kritis? Dia sakit?" Kevin berusaha mencari tahu. Anak muda itu jadi penasaran dengan apa yang terjadi di rumah itu.
"Kemarin, sebelum Tuan besar hilang, ada yang yang menusuk Nyonya besar di sebuah pesta."
"Astaga!" Kevin terkejut. "Bagaimana bisa, Tuan?"
"Kita tidak tahu, kita benar-benar kecolongan," jawab Hendrick. "Padahal saat itu penjagaan sangat ketat. Tapi, sepertinya, orang yang telah melakukan penyerangan, sudah merencanakan secara matang. Bahkan dia mengenakan pakaian pengawal khusus milik Tuan besar. Entah dia dapat darimana, Tuan Harves sedang menyelidikinya."
Kevin mengangguk beberapa kali. Anak muda itu terdiam dengan pikiran yang cukup berkecamuk. Kevin tahu, kehidupan orang kaya memang tidak selamanya indah. Kevin menyimpulkan hal demikian karena dia sendiri merasakan, bagaimana perlakuan keluarganya yang terkenal kaya juga.
"Kalau boleh tahu, apa golongan darahnya Nyonya besar? Kok bisa sampai mengundang orang khusus untuk demi mendapatkan donor darah?" tanya Kevin lagi.
"Nyonya besar memiliki golongan darah langka. Bahkan keluarga besar nyonya pun tidak ada yang memilikinya untuk saat ini. Satu-satunya keluarga yang memiliki jenis darah itu, telah meninggal karena sakit yang dideritanya," terang Hendrick.
"Golongan darah langka? Apa mungkin itu darah golden blood?"
Hendrick sontak melempar tatapannya ke arah Kevin dan pria itu mengiyakan.
"Kalau begitu, ambil darahku saja. Kebetulan darahku juga sama, Rh negatif."
"Benarkah?" Hendrick seperti tak percaya mendengarnya. Namun begitu Kevin mengangguk dan meyakinkan, pria itu pun langsung mengajak Kevin untuk mengikutinya.
Begitu sampai di tempat tujuan, Kevin dan Hendrik langsung menjadi perhatian beberapa orang yang sudah ada di depan sebuah kamar, termasuk Tuan besar serta Nadira yang sedang menangis dalam pelukan pelayan wanita.
"Ada apa, Hendrick? Kenapa kamu bawa anak itu kemari?" tanya Patrick, yang langsung menyambut kedatangan dua pria beda usia tersebut.
"Saya membawa kabar bagus, Patrick," Hendrick menarik tangan Kevin. "Anak ini memiliki darah yang sama dengan darah nyonya besar."
"Apa!" sontak semua orang yang ada di sana lngsung melempar tatapan mereka ke arah Kevin.
"Benarkah?" tanya Hernandez sambil mendekat ke arah Kevin. "Benarkah kamu memiliki jenis darah golden blood?"
"Benar, Tuan, silahkan aja di cek," jawab Kevin.
Tuan besar terperangah dan dia langsung mendekap tubuh Kevin penuh haru. "Terima kasih anak muda, terima kasih. Lagi lagi kamu menyelamatkanku."
"Sama-sama, Tuan," jawab Kevin senang.
"Patrick, ajak dia untuk menemui tim dokter dan segera lakukan pemeriksaan," Titah Hernandez.
"Baik, Tuan," jawab Patrick. "Ayo, kamu ikut saya." Kevin mengangguk dan dia segera melangkah sesuai perintah.
"Kevin, terima kasih," ucap Nadira kala Kevin melintas di hadapannya.
Kevin hanya membalas dengan senyuman dan dia segera meninggalkan tempat itu.
Selang beberapa jam kemudian, begitu proses transfusi darah selesai, Kevin nampak baru bangun dari istirahatnya.
Tadi, anak muda itu memang sempat meminta ijin untuk istirahat karena rasa lelah yang menderanya. Apa lagi, semalam Kevin juga kurang istirahat, wajar jika dia memohon ijin untuk tidur, begitu semuanya selesai.
"Jadi, kamu sama Nadira, kuliah di kampus yang sama?" Tanya Hernandez kepada anak muda yang telah menolong dia dan istrinya.
Saat ini Kevin dan Hernandez sedang menikmati santapan bersama Nadira dan beberapa orang kepercayaan Hernandez.
Kevin lantas mengiyakan. "Saya pikir, Nadira bukan anak orang kaya," ujar Kevin. Nadira sontak tersenyum lebar.
"Dia sengaja melakukannya, karena demi keamananya," ucap Hernandez. "Katanya, kemarin telah terjadi sesuatu di antara kalian berdua?"
Kevin mengangguk tanpa mengatakan apapun.
"Maaf, Vin. Aku nggak tahu kalau kejadian kemarin, ternyata jebakan yang dibuat Argo dan teman-temannya," ujar Nadira tak enak hati.
"Nggak apa-apa," Kevin berusaha melempar senyum. "Anggap aja, aku yang lagi sial."
"Tapi kan gara-gara aku, kamu jadi mendapat masalah besar di keluarga kamu," ucap Nadira lagi.
"Tanpa campur tangan kamu pun, aku sudah terbiasa mendapat masalah besar. Jadi kamu tidak perlu merasa bersalah," Kevin berusaha setenang mungkin mengambil sikap.
"Tapi aku rasa, Dirgantara sudah sangar keterlaluan, masa hanya kaya gitu aja, kamu langsung dicoret dari nama anggota keluarga." Celetukan Hendrick sukses menghentikan gerakan tangan Kevin.
Seketika Hendrick langsung salah tingkah karena semua mata menatap tajam kepadanya, kecuali Kevin.
"Aduh, Sorry, aku keceplosan," Hendrik merasa tak enak hati.
"Kamu nggak apa-apa?" tanya Hernandez, menatap lekat pemuda yang terdiam untuk beberapa saat.
Kevin pun membalas tatapan Hernandez dan senyum getirnya terkembang. "Tidak apa-apa, Tuan. Setidaknya, aku sudah tidak jadi beban mereka lagi."
"Menjadi beban?" tanya pria bernama Harvez. "Apa selama ini, kamu diperlakukan tidak baik oleh keluargamu?"
Kevin tak menjawab. Tapi dari senyumnya, mereka tahu kalau Kevin tidak baik-baik saja.
"Ya udah," ujar Hernandez. "Harvez, besok, minta pengacara, untuk memasukan nama Kevin, ke dalam keluarga Hernandez."
Deg!
Kevin tertegun mendengarnya.