Bayu. Seorang mahasiswa berusia 20 tahun yang berkuliah di Universitas ternama yang ada di Indonesia meninggal setelah kejatuhan pohon besar yang tersambar petir saat dia pulang dari kerja paruh waktunya.
Dia kira dirinya sudah benar-benar mati. namun alangkah terkejutnya dirinya saat menyadari jika dia belum mati dan kembali terlahir di tubuh seorang bocah berusia 10 tahun yang namanya sama dengan dirinya yaitu Bayu. parahnya lagi dia terlempar sangat jauh di tahun 198. Anehnya Dia memiliki ingatannya di kehidupan sebelumnya di tahun 2025. berdasarkan ingatan Itu Bayu mulai menjalani kehidupan barunya dengan penuh semangat. jika di kehidupan sebelumnya dirinya sangat kesulitan mencari uang di kehidupan ini dia bersumpah akan berusaha menjadi orang kaya dan berdiri di puncak.
Hanya dengan menjadi kaya baru bisa berkecukupan!
Hanya dengan menjadi kaya batu bisa membeli apapun yang diinginkan!
Hanya dengan menjadi kaya aku bisa membahagiakan orang-orang yang aku sayangi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jin kazama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6. Hasil Penjualan Yang Terus Meningkat.
Bab 6. Hasil Penjualan Yang Terus Meningkat.
Waktu demi waktu terus berjalan. Dari pagi, kemudian siang, dari siang kemudian sore, dari sore hingga akhirnya waktu malam pun tiba. Tepat pada pukul 19.00, seorang anak laki-laki berusia 10 tahun bergegas untuk segera tidur. Anak laki-laki itu tidak lain adalah Bayu.
Bayu baru saja menyelesaikan PR dari gurunya, mengerjakan beberapa soal yang baginya seperti hiburan dan nostalgia saja. Karena itu hanya pelajaran menulis beberapa kata yang bagi Bayu yang terlahir kembali merupakan hal yang sangat lucu, bahkan sampai terkekeh-kekeh sendiri memikirkan jika dirinya benar-benar mengerjakan tugas sekolah dasar. Mau dipikirkan berkali-kali pun, hal ini benar-benar lucu.
Sementara itu, baik ayah, ibu, dan juga kakak Bayu terlihat kuat menahan tawa saat menyaksikan dirinya terlihat sangat serius saat mengerjakan tugasnya. Terutama Intan, kakak Bayu.
Kalau bicara soal rajin, jangan ditanya lagi. Saat melihat buku atau mengerjakan tugas, maka dunia di sekitarnya tidak akan terlihat lagi. Dia akan begitu fokus dan tenggelam di dalamnya, seolah buku itu adalah dunianya sendiri.
Kembali Ke Bayu.
Ketika Bayu selesai mengerjakan tugas dan dia berpamitan untuk tidur, mereka hanya mengangguk sambil tersenyum saja.
Namun sebelum Bayu benar-benar pergi ke kamarnya, Ratna sempat memanggilnya.
"Nak, bagaimana penjualan telur gulung hari ini? Apakah itu laris?" tanya Ratna dengan lembut.
Mendengar itu, dengan antusiasme yang tinggi dan penuh semangat, Bayu menjawab,
"Tentu saja, Bu. Itu sangat laris. Semuanya habis terjual pada istirahat pertama. Bahkan banyak teman-temanku yang kecewa karena tidak kebagian, hehehe."
"Begitukah? Syukurlah kalau begitu." Ratna juga ikut senang saat mendengarnya.
"Tapi kamu harus ingat, Nak, tugasmu adalah belajar, bukan mencari uang. Jangan sampai kegiatan yang kamu lakukan ini mempengaruhi belajarmu. Jika itu terjadi, Ibu akan melarangmu berjualan," kata Ratna dengan ekspresi serius.
"Siap, Ibu bos," jawab Bayu sambil melakukan hormat ala tentara.
"Satu lagi. Uangnya ditabung. Jangan sampai kamu membelanjakannya sembarangan."
"Iya, iya... aku mengerti, Bu. Tapi khusus untuk hari ini, semua uangnya sudah habis aku belanjakan di Toko Haji Amir. Aku mau beli banyak telur sekaligus agar tidak bolak-balik pergi ke pasar," kata Bayu sambil nyengir.
Ratna tentu saja mengenal Haji Amir karena toko itu juga menjadi langganan dirinya saat belanja ke pasar. Jadi Ratna juga tidak terkejut jika anaknya pergi ke sana untuk berbelanja. Hanya saja, yang membuat Ratna terkejut adalah keberanian Bayu untuk berbelanja sendiri di usia yang masih begitu dini.
Entahlah, dia juga tidak mengerti sejak kapan anaknya menjadi begitu percaya diri dalam melakukan segala hal. Seperti belanja yang biasanya hanya bisa dilakukan oleh orang dewasa, kemudian memikirkan ide jualan telur gulung yang keuntungannya luar biasa besar. Padahal bahan bakunya adalah telur, yang merupakan makanan mewah dan sangat jarang dibeli untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Akhirnya Ratna hanya bisa menghela napas. Ada perasaan rumit di dalam hatinya, campuran antara rasa bangga dan juga sedikit khawatir. Dia bangga karena anaknya memiliki pemikiran untuk menghasilkan uang sendiri. Pada zaman ini sangat jarang anak-anak yang berpikir untuk menghasilkan uang sendiri seperti anaknya ini.
Tapi di sisi lain, dia juga khawatir jika apa yang dilakukan oleh anaknya ini mengganggu belajarnya. Akan tetapi, karena anaknya sudah berjanji bahwa pelajarannya tidak akan terganggu, dia akan mencoba untuk percaya.
Toh, selama ini nilai anaknya selalu bagus, dan dia juga selalu berada di tiga besar dalam ujian kenaikan kelas. Yang tidak disadari oleh Ratna adalah mulai sekarang sampai kelas 6, Bayu anaknya akan selalu berada di ranking 1.
Entah seperti apa jika dia menyadari fakta yang terjadi. Tapi mari abaikan hal itu untuk saat ini.
Malam semakin larut dan Bayu pun sudah terlelap dalam tidurnya. Sebelum tidur, Bayu melaksanakan shalat Isya terlebih dahulu.
Menjelang pukul 03.00 pagi, Bayu mulai terbangun. Dia mengerjapkan matanya dan mulai berjalan ke arah kamar mandi dengan gontai karena masih mengantuk.
Setelah buang air kecil dan mencuci muka, rasa kantuknya benar-benar lenyap. Setelah itu dia langsung mengeksekusi telur yang tadi siang dia beli di pasar. Jika sebelumnya dia hanya memasak 100 tusuk, kali ini dia akan memasak 200 tusuk, yang artinya dia membutuhkan sekitar 40 butir telur.
Dia mulai meraciknya dengan berbagai kombinasi bumbu yang sudah ia siapkan. Dia terlihat sangat lihai dan terampil.
Suara "SRENG" dari minyak panas yang dituang dengan telur pun terdengar begitu nyaring dan khas. Satu per satu Bayu mulai membuat telur gulung. Hingga tak terasa, 200 tusuk telur gulung pun akhirnya selesai dibuat.
Seperti biasa, Ratna selalu terbangun pada pukul 03.00 pagi ketika mendengar suara orang memasak di dapur. Dia pun tersenyum karena mengetahui jika yang memasak itu adalah Bayu.
Dia pun segera bangkit berdiri menuju dapur, mencuci muka agar terlihat lebih segar. Setelah itu, dia mulai memasak seperti umumnya ibu rumah tangga pada sebuah keluarga.
Waktu terus berjalan. Tak terasa pagi pun tiba. Bayu dan Intan sudah rapi dengan seragam mereka masing-masing, yaitu seragam putih merah. Keduanya memakai topi, dasi, dan sabuk dengan lengkap. Setelah selesai sarapan, keduanya pun berpamitan, tidak lupa menjenguk punggung tangan ayah dan ibu mereka.
Sedangkan Bayu menenteng kantong kresek berwarna merah yang di dalamnya terdapat toples berisi 200 tusuk telur gulung. Namun kali ini ada yang berbeda. Jika sebelumnya toplesnya berukuran sedang, sekarang toplesnya agak besar karena untuk menampung telur gulung yang lebih banyak.
Bahkan setelah memasukkan 200 tusuk telur gulung, sisa tempat di dalam toples itu masih sangat banyak, dan itu masih cukup untuk menampung 400 tusuk telur gulung sekalipun.
Berjalan dengan bersemangat ke sekolah seperti biasanya, Bayu menikmati suasana pagi yang udaranya sangat sejuk tanpa polusi. Udara pagi seperti ini adalah yang terbaik.
Singkat cerita, Bayu tiba di sekolah. Tidak disangka, beberapa temannya ternyata sudah menunggu kehadirannya. Melihat hal itu dari kejauhan, Bayu tidak tahu harus tertawa atau menangis. Mata mereka berbinar penuh keserakahan saat menatapnya.
Dan akhirnya yang terjadi, terjadilah.
Salah satu siswa dari kelas lain bertanya,
"Hei Bayu, cepat kemari. Aku ingin membeli telur gulung. Cepatlah," ucapnya dengan nada sedikit mendesak. Namanya Bobi, badannya gemuk, dan dia adalah anak yang tertinggi di antara teman-temannya yang lain.
Namun seperti biasa, Bayu memberi ultimatum agar teman-temannya tidak saling mendorong dan berdesak-desakan, apalagi sampai bertengkar. Jika itu terjadi, Bayu tidak akan menjual telur gulungnya. Mendengar ancaman Bayu, mereka pun akhirnya berhenti saling mendorong.
Melihat teman-temannya menurut, Bayu pun mengangguk dengan puas. Kemudian Bayu mencari tempat yang nyaman, diikuti oleh teman-temannya dari belakang.
Berbagilah itu, terjadilah transaksi jual beli. Bayu tak henti-hentinya mengulum senyum saat koin demi koin ia dapatkan dengan begitu mudah. Dalam sekejap mata, 50 tusuk telur gulung telah habis terjual.
Setengah jam kemudian, 40 tusuk telur gulung kembali terjual. Saat Bayu hendak mengambil telur gulung yang ke-41, atau artinya dari total semuanya adalah ke-91, lonceng tanda masuk kelas pun berbunyi dengan nyaring.
Yang artinya, kegiatan belajar pun akan segera dimulai. Dengan cepat Bayu memberikan telur gulung itu, dan seperti biasa, dia berkata kepada teman-temannya sambil meminta maaf,
"Maaf teman-teman, karena sudah masuk kelas, aku akan kembali menjualnya nanti pada istirahat pertama."
Setelah mengatakan itu, Bayu pun membereskan barang-barangnya dan mulai berjalan menuju kelasnya sendiri di bawah tatapan kecewa teman-temannya yang harus menunggu hingga jam istirahat nanti.
Sambil berjalan, Bayu berpikir,
"Aku tidak menyangka jika hari kedua ternyata penjualannya akan selaris ini. Ini baru jualan di pagi hari, dan totalnya, hampir 100 tusuk telur gulung habis terjual."
Ya, setelah satu hari, kabar tentang Bayu yang menjual telur gulung pun segera menyebar ke seluruh sekolah, sehingga setiap anak dari kelas 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 berbondong-bondong untuk membelinya. Itulah yang menyebabkan dagangannya cepat habis.
Dia kembali berpikir dan berbicara dengan dirinya sendiri,
"Prospek untuk penjualan telur gulung ini sangat bagus. Mungkin tidak masalah jika besok aku membuat 300 tusuk sekaligus, sambil melihat apakah aku benar-benar bisa menjual semuanya atau tidak."