Felisha Agatha Christie gadis barbar , mulut ceplas-ceplos, dan non akhlak harus mati ditangan sang ayah karna wajah nya yang mirip dengan sang Bunda.
Bukan nya masuk ke alam baka, Felisha justru terbangun ditubuh seorang wanita yang sudah bersuami lebih parah lagi dia memasuki tubuh seorang Antagonis yang memiliki tiga suami yang tidak ia pedulikan karna sibuk mengejar cinta sang protagonis pria.
____
"Gue mau cerai!" Felisha
"Jangan berharap bisa lepas Baby" A
"Bisa ntar gue menghilang" Felisha
"Sayangnya saya sudah menanam benih di perutmu" J
"Gampang, nanti gue cariin bapak baru buat anak gue" Felisha
"Saya kurang kaya? Tampan? Seksi? Kuat" D
"Punya lo kecil kagak puas gue" Felisha
Yuk lanjut......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Penulismalam4, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29_Darxel anak Istimewah
Baru juga kaki Airin menginjak lantai ruang tamu rumah…
"BUNDAAAAAAAAA!!!"
Tiba-tiba seperti ada pasukan kecil yang menyerbu dari segala arah. Raisa langsung lompat ke pelukan Airin, Meteo berlari dan nabrak kaki Alister sampai pria itu hampir jatuh, Jendral berteriak marah-marah karena kue ulang tahunnya di kulkas 'dimakan jin', dan Julian berdiri dengan ekspresi “I told you so.”
“Bunda kemana aja! Aku hampir pingsan karena kangen!!” teriak Raisa dramatis, memeluk leher Airin erat.
Meteo menangis karena “gak bisa tidur tanpa bau rambut Bunda.” Jendral mulai interogasi ala detektif: “Kenapa gak ada video call tiap pagi? Apakah Bunda disekap?”
Dan dari pojok ruangan...
Darxel hanya berdiri diam, tapi matanya berbinar terang.
Airin jongkok dan membuka tangan lebar.
“Darxel…”
Anak pendiam itu langsung berjalan cepat dan memeluk bundanya dari depan. Tanpa kata. Tapi erat. Lama.
Airin langsung tersenyum lebar, memeluk semua anak-anaknya secara bergantian, dan mencium satu per satu.
Jayden baru buka sepatu, langsung diseret oleh Jendral buat masuk ke kamar dan “menjelaskan tentang lubang mencurigakan di taman belakang.” Darion ditarik Julian buat diskusi tentang keuangan keluarga yang “berantakan karena ditinggal tiga hari.” Dan Alister?
Alister sudah ditarik Raisa buat nonton ulang kartun 8 jam.
Airin hanya bisa duduk di sofa dengan wajah setengah senyum, setengah shock.
Honeymoon selesai. Reality strikes.
Namun di balik keributan itu, Airin merasakan satu hal:
Rumah ini... hidup.
Hidup dengan tawa, teriakan, pelukan rebutan, dan cinta yang terlalu besar untuk dijelaskan dengan kata-kata.
Dan ketika malam tiba, setelah anak-anak tertidur satu per satu…
Airin duduk di kasur, lelah tapi bahagia. Ketiga suaminya muncul sambil bawa bantal masing-masing.
“Boleh minta ganti honeymoon, yang tenang dan gak pake serbuan anak-anak?” tanya Jayden sambil merebahkan diri.
“Gak bisa. Ini paket lengkap,” jawab Airin sambil tertawa kecil.
Alister mengeluh. “Meteo nempel terus dari tadi, bahkan mau ikut mandi.”
Darion menyahut datar. “Jendral minta Mas jadi narasumber podcast-nya. Tentang konspirasi dunia.”
Airin menatap mereka bertiga, lalu tersenyum kecil.
“Terima kasih ya… udah pulang bareng.”
Ketiganya menoleh bersamaan.
“Kalau gak pulang bareng, kamu kabur sama siapa?” tanya Alister mencurigakan.
Jayden menyipitkan mata. “Ada cowok baru?”
Darion mengeluarkan ponselnya, “Aku tracking kamu tiap jam.”
Airin tertawa keras. “Paranoia semua!”
Dan malam itu, meski tanpa cahaya lilin atau suara ombak...
Mereka kembali ke rumah.
Kembali ke dunia nyata, ke kehebohan, ke tangis anak-anak, dan drama tanpa naskah.
Tapi justru di situlah…
Cinta mereka hidup.
___________
Darxel…
Anak bungsu Airin. Yang paling pendiam. Paling tenang. Paling "mudah".
Tapi tidak seperti anak-anak lainnya.
Tidak seperti Julian yang cerdas dan vokal.
Tidak seperti Jendral dan Raisa yang meledak-ledak.
Bahkan tidak seperti Meteo yang penuh rasa penasaran.
Darxel berbeda.
Ia bisa duduk diam berjam-jam menatap jendela, seolah berbicara dengan sesuatu yang tak terlihat.
Kadang, ia bicara sendiri dalam bisikan.
Kadang, ia mematung seperti mendengarkan seseorang — meski tak ada siapapun di sekitarnya.
Dan malam itu, untuk pertama kalinya…
Airin merasakan takut terhadap anaknya sendiri.
Pukul dua dini hari.
Airin terbangun karena merasa sesak. Ada firasat aneh yang membuatnya menyingkir dari pelukan Alister dan berjalan keluar kamar, melewati lorong gelap yang senyap.
Saat melewati kamar Darxel, ia melihat celah pintu terbuka.
Lampu menyala.
Airin mendorong pintu perlahan.
“Darxel… sayang?” bisiknya.
Anaknya itu duduk di lantai, membelakangi pintu. Di sekelilingnya, ada kertas-kertas berserakan.
Airin melangkah pelan, mendekat.
“Sedang apa kamu, hmm?”
Darxel tidak menjawab. Tangannya masih sibuk menggambar dengan krayon hitam.
Airin jongkok perlahan di sampingnya.
Dan terdiam.
Di atas kertas itu…
Ada gambar yang mengguncang jiwanya.
4 orang dewasa.
Bertengkar. Suasana gelap.
Dan satu anak kecil di pojok ruangan, dengan mata… hitam sepenuhnya. Pekat. Tak memantulkan cahaya.
“Sayang…” suara Airin bergetar, “ini gambar apa?”
Darxel akhirnya menoleh. Tatapan matanya kosong. Wajahnya datar. Tapi nadanya jelas.
“Itu aku… saat melihat Ayah mati.”
Jantung Airin seperti berhenti berdetak.
“Sayang… ayahmu tidak—”
“Bukan Ayah yang sekarang. Yang itu… di masa lalu.”
Airin terdiam.
“Darxel… kamu lihat itu… dalam mimpi?”
Darxel menggeleng pelan.
“Bukan mimpi. Itu nyata. Tapi bukan di waktu ini.”
Airin menatap mata anaknya, mencoba menemukan logika. Tapi yang dia lihat… hanya kegelapan. Dan ketenangan yang menyeramkan.
“Dia akan datang,” bisik Darxel pelan, tatapannya menembus dinding.
“Yang marah karena dilupakan.”
Tangannya gemetar saat menyentuh rambut Darxel yang akhirnya tertidur di pelukannya. Tapi anak itu tidur dengan mata yang… kadang terbuka sedikit. Menatap ke langit-langit. Tapi kosong.
Jayden masuk dan duduk di ujung ranjang. “Kenapa kamu belum tidur?”
Airin tidak menjawab.
Jayden memandang wajah istrinya, lalu Darxel…
Dan ia tahu, sesuatu sedang berubah.
“Darxel itu bukan anak biasa, ya?”
Airin menatapnya pelan.
“Ya. Dan aku takut… karena dia tahu sesuatu yang kita nggak tahu.”
_________________
Di tengah rumah yang selalu ramai, di mana suara tawa, teriakan, dan tangisan anak-anak sudah seperti soundtrack sehari-hari…
Ada satu ruang yang selalu tenang.
Selalu diam.
Kamar Darxel.
Dan di dalamnya, anak itu…
Selalu sendiri.
Airin masuk pelan.
Darxel sedang duduk di pojok ruangan, di antara tumpukan buku gambar dan boneka yang tak pernah ia mainkan.
Tatapan matanya kosong menatap jendela. Seolah menunggu sesuatu yang hanya dia tahu.
“Sayang…” Airin duduk di lantai, sejajar dengannya.
Tak ada respons.
Airin mengusap rambut Darxel perlahan. “Kenapa gak main sama kakak-kakak?”
Pelan… Darxel menjawab tanpa menatap:
“Mereka terlalu ramai. Aku capek.”
Airin terdiam.
“Capek gimana?”
“Kepalaku... berisik. Aku dengar suara yang mereka gak dengar. Aku lihat bayangan yang gak kelihatan. Kalau aku bareng mereka, aku pusing.”
Airin menggigit bibir, hatinya tercekat.
Ia menahan air mata yang tiba-tiba menggenang.
“Kenapa gak bilang ke Bunda?”
Darxel menoleh perlahan, dan tatapan itu…
Bukan tatapan anak 5 tahun.
Tapi seperti seseorang yang sudah hidup lama... dan terlalu banyak menyimpan.
“Bunda udah cukup capek. Aku gak mau nambahin beban.”
Dan kalimat itu…
Menusuk Airin lebih dari apapun.
trs knp raisa yg d incar???
tar mreka iri loh krna ga bs kmpul,mskpn d rmh skt....
julian bkln bbak blur sm preman sklahnya....
airin pst cpe....apalgi ankny jg skit,tp dia hrs kuat.....smngttt....
d rmh d jailin adeknya,d sklah msti ngadepin preman.....🤣🤣🤣
tnpa tkut dia kluar sndrian dmi mncari anknya,mskpn bkn ank kndungnya....
msih pnuh msteri....mreka pst pnya rhsia msing2.....🤔🤔🤔
🤣🤣🤣
mna psesif smua....
Aku udh mmpir....slm knal....
So,airin jd ngasuh 7 ank y,yg 3 bayi gorila....yg 4 bnrn ank2....kbyang dong pusingnya gmna?????