Kisah sepasang CEO yang merintis bisnis mereka dari nol dan pernah berkecimpung di dunia bawah, keduanya memiliki masalah dengan keluarga dan hubungan toxic mereka masing masing sehingga mereka sulit untuk mempercayai orang orang di sekitar mereka.
Mereka menggunakan dua nama, nama untuk di dunia bisnis sebagai CEO dan nama untuk kehidupan pribadi mereka. Mereka juga memilih hidup sederhana dan mengerjakan pekerjaan yang menjadi hobi mereka. Namun keduanya ternyata tinggal di sebuah apartemen dan unit mereka persis bersebelahan.
Tanpa mereka sadari, mereka ternyata klik dan saling jatuh cinta, namun mereka memakai identitas kehidupan pribadi mereka, tanpa mengetahui sisi kehidupan bisnis mereka satu sama lain walau perusahaan mereka bekerja sama. Walau saling mencintai, keduanya menyimpan rahasia terhadap satu sama lain sampai terbongkar suatu hari nanti.
Akankah mereka bahagia atau malah sebaliknya ?
Genre : Urban, fiksi, komedi, drama, sedikit action, psikologi
100% dewasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 20
Sementara itu, Ethan berada di kantornya sedang mengadakan rapat dengan para eksekutif perusahaan nya. Mereka membahas soal ekspansi perusahaan, membuka lebih banyak showroom dan mengajak kerja sama dengan produsen mobil mewah yang sudah terkenal agar menjadikan Reed’s Garage sebagai alternatif bengkel berlisensi yang menangani produk mereka selain bengkel resmi. Mereka juga membahas masalah kenaikan harga suku cadang dari supplier yang mempengaruhi tarif bengkel mereka walau masih di bawah tarif bengkel resmi dan pengaruh kenaikan tarif terhadap pasar.
Setelah menggodok pembahasan selama dua jam, akhirnya rapat pun selesai, Ethan tetap tinggal di ruang meeting untuk memeriksa kembali hasil meeting barusan di laptop bersama Helen yang tersenyum senyum melihat Ethan. Karena merasa di perhatikan, Ethan menoleh melihat Helen,
“Ada apa ?” tanya Ethan.
“Bos hari ini terlihat segar dan rileks, ada hal bagus yang terjadi ya ?” tanya Helen sambil tersenyum.
“Hmm...enggak ada sih, biasa saja,” jawab Ethan sambil tersenyum dan kembali melihat laptop nya.
“Oh gitu, sejak dari pesta kemarin, bos berubah loh,” ujar Helen.
“Begitu ya, terlihat sekali apa ?” tanya Ethan.
“Sangat jelas bos, sedang kasmaran ya bos ?” tanya Helen langsung.
Ethan diam saja tidak menjawab, namun pipi dan telinganya memerah, tentu saja Helen yang duduk di sebelahnya memperhatikan dan melihat nya dengan jelas. Namun Helen tidak ingin meledek Ethan sehingga dia mengganti topiknya walau sebenarnya dia sangat penasaran,
“Oh ya bos, soal badan sosial untuk membuka kursus gratis bagi anak anak minimal berusia 17 tahun yang putus sekolah atau memiliki masalah keluarga, ijin kita sudah di setujui oleh gubernur, lokasi juga sudah dapat yang cocok, para investor ingin mengadakan acara amal untuk memperkenalkan nya kepada masyarakat dan agar menarik para investor lain, bagaimana menurut anda bos ?” tanya Helen.
“Hmm...ok, siapa yang usul ?” tanya Ethan.
“Teman anda Brady,” jawab Helen.
“Hmm Brad ya, ok tidak masalah, tolong cari tempat yang cocok untuk acaranya dan kalau bisa non formal agar masyarakat bisa menghadiri nya,” balas Ethan.
“Pak Brady mengatakan dia akan menyusun acaranya, formal dan non formal,” ujar Helen.
“Oh gitu, ya sudah kita serahkan saja sama dia soal acaranya, sepertinya dia lebih berpengalaman dalam hal ini,” balas Ethan.
“Dan satu lagi, Jenny dari Good Eye’s ingin bekerja sama dalam badan sosial kita juga karena target mereka rupanya sama dengan kita yaitu anak anak remaja yang putus sekolah, mereka ingin memberikan kursus gratis dalam bidang appraisal, seni dan perdagangan, bagaimana menurut bos ?” tanya Helen.
“Hmm begitu ya, mereka ingin kerja sama juga ya,” gumam Ethan berpikir.
“Menurut Jenny, para remaja putus sekolah bisa memilih ingin fokus di mana setelah kita perkenalkan kursus kita kepada mereka dan bekerja sesuai dengan passion mereka,” balas Helen.
“Memang sih, tidak mungkin semuanya bisa tertarik dengan kursus mekanik dan restorasi, tapi bukannya ini jadi besar ya ? kita harus perbaharui ijin nya kan ?” tanya Ethan.
“Ya kira kira begitu sih bos, tapi ini baru wacana dari mereka, kalau bos ok, mereka langsung go katanya,” jawab Helen.
“Aku pertimbangkan dulu, kita butuh proses yang lama untuk mengajukan ijin atau memperbaharui ijin baru, tapi bilang saja kepada tim legal untuk mempersiapkan berkas berkas nya,” ujar Ethan.
“Baik bos, nanti saya langsung sampaikan ke tim legal kita,” balas Helen.
“Ok kalau begitu, aku serahkan semuanya pada mu ya Helen, kamu kan COO ku,” ujar Ethan sambil berdiri, mematikan laptop nya dan meregangkan tubuhnya.
“Bos mau jadi montir lagi ?” tanya Helen sambil berdiri.
“Yap, aku tidak betah kerja di balik meja seperti ini,” jawab Ethan.
“Ok bos, tapi tolong carikan wakil untuk ku, aku mulai kewalahan menangani semuanya sendirian,” balas Helen.
“Hmm...untuk sementara kamu minta bantuan Finn saja, dia bisa di percaya dan kompeten,” ujar Ethan.
“Langsung saja angkat dia jadi wakil ku, bos,” balas Helen senang.
“Ok ok, kita bicarakan kontrak nya sama dia, minta hrd menyiapkan surat nya, sekarang aku pergi dulu ya,” balas Ethan.
“Ok bos, selamat bersenang senang,” balas Helen sambil mengangkat ibu jarinya ke atas dan tersenyum.
Ethan pun berjalan keluar dari ruang meeting membawa laptopnya di ikuti Helen yang membawa tablet dan laptop nya. Ethan langsung berjalan menuju ke lift pribadi nya sambil melepas jas nya dan melonggarkan dasi nya. “Ting,” setelah di basement, lift pun terbuka, Ethan keluar menuju mobilnya. Ketika dia membuka pintu mobilnya, “driiiing,” smartphone nya berbunyi, dia mengambil smartphone dari kantung dan melihat siapa penelpon nya,
“Eric,” ujar Brad.
“Ada apa Brad ?” tanya Ethan.
“Aku dan Lily sedang di restoran tempat biasa, mau makan siang, kamu bisa temani kita ?” tanya Brad.
“Tidak ah, aku mau ke bengkel,” jawab Ethan.
“Loh kok gitu, aku mau kasih undangan pernikahan nih,” balas Brad.
“Kirim via pos atau email aja napa,” balas Ethan.
“Enakan kasih langsung dong, ya udahlah, nanti ku email, tapi yakin nih ga mau makan bareng ? ku bayarin,” balas Brad.
“Enggak lah, barusan meeting udah makan snack, masih kenyang,” balas Ethan.
“Haaaah...ya sudahlah, dah ya, nanti kita ketemuan lagi,” balas Brad.
“Sip, sampai nanti,” balas Ethan.
Telepon pun di tutup, Ethan langsung masuk ke dalam mobil dan menutup pintunya, kemudian “vroooom,” mobil langsung berjalan keluar dari tempat parkir.
******
Sementara itu, di sebuah restoran mewah yang berada di atas gedung, “klik,” Brad mematikan smartphone nya dan menaruh nya di meja, kemudian dia menghela nafas,
“Kenapa beb ?” tanya Lily di sebelahnya.
“Susah amat sih ngajak si Eric keluar dari sarangnya,” umpat Brad.
“Hehe namanya juga Eric,” balas Lily.
“Dia dari dulu seperti itu, senangnya sendirian mulu, tapi ya sudahlah, karakter orang masing masing kan (melihat ke seberangnya) sori ya Elena, kamu jadi temenin kita,” ujar Brad.
“Namaku Emily, tolong kalau di luar gini jangan panggil Elena,” balas Elena.
“Oh iya lupa, maaf hahahaha,” balas Brad.
“Ayo Em, beb, kita mau pesan apa, pelayannya sudah nungguin,” ujar Lily.
Mereka pun segera memesan makanan, setelah itu seorang sommelier datang menuangkan anggur untuk mereka. Setelah sang sommelier pergi,
“Ngomong ngomong kalian akrab dengan pak Eric ya ?” tanya Elena sambil memegang gelasnya.
“Eric temen akrab dia, mereka sudah seperti saudara,” ujar Lily sambil menunjuk Brad.
“Yap, aku sudah kenal lama sama dia, orangnya susah di ajak ngomong dan tertutup, tapi dia terbuka dengan ku,” balas Brad.
“Oh gitu,” balas Elena sambil meminum anggurnya.
“Kamu naksir Eric ya ?” tanya Lily meledek Elena.
“Pruuut,” Elena menyemburkan anggurnya karena tidak siap menerima pertanyaan Lily, dia langsung mengambil serbet untuk membersihkan taplak meja.
“Enggak kok....aku sudah punya tunangan sekarang, jadi tidak mencari cari lagi,” ujar Elena.
“Hah...siapa ?” tanya Brad antusias.
“Tetangga ku hehe,” jawab Elena malu malu.
“Udah ah beb, jangan di tanya, ntar kalau dia kabur repot,” balas Lily.
“Oh bener juga, dia sama kayak Eric ya hahahaha,” balas Brad.
“Udah ah, bahas yang lain aja, misal proyek badan sosial kita, Jenny sudah mengajukan ajakan kerja sama resmi ke perusahaan pak Eric,” balas Elena.
“Ah benar juga, aku harus mulai merencanakan acara amal kita, Eric sudah ok soal itu....dia pasti ok, anggap aja gitu,” balas Brad.
“Kenapa kita tidak buka kursus yang formal aja sih, kita buat unversitas khusus anak anak remaja putus sekolah dengan berbagai bidang ilmu,” ujar Elena.
“Kalau begitu jadinya resmi dong, bukan badan sosial kan, mengurus ijin dan birokrasinya repot, menghabiskan banyak waktu dan biaya,” balas Lily.
“Nah itu, sebenarnya lebih dari satu bidang ilmu saja sudah bukan badan sosial,” tambah Brad.
Mereka membahas proyek mereka bersama sama sebelum makanan pesanan mereka datang dan menghindari pembahasan tentang masalah pribadi.
