Seorang pria yang tak sengaja di dunia lain, kereta api, lalu pria itu harus berfikir keras dan menghadapi masalah yang berada di dunia di tempati sekarang.
Sambil ditemani oleh rekan rekannya menjelajahi dunia Baru, pria itu mendapatkan banyak teror yang mengerikan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Taiga あいさか x hmd, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Informasi
“Perkenalkan, nama aku adalah Denis.”
“Oh iya, aku rasa kau bukan dari negeri ini kan?”
“Iya, bagaimana kau tahu itu?”
“Sebenarnya aku adalah penjelajah juga, dan mendengarkan namamu dari penjuru negeri timur.”
Dalam hatiku, "Ih bohongnya ketahuan banget, padahal aku baru saja ke sini kemarin."
“Ah betul-betul, terima kasih ini.”
“Bagaimana pandanganmu dengan negeri ini?” tanya Denis.
“Wah, tentu saja keren-keren banget dah, gile, mantap parah. Banyak sekali cewek cantik di sini.”
“Hahaha, tentu saja. Semoga kau betah di sini, dan jangan lupa beristirahat dalam kegelapan yang melanda hatimu ya.”
“Suatu saat, bola bulat yang diterangi cahaya biru hijau bisa membantu kamu yang sedang tersesat.”
“Hei! Sialan! Siapa sebenarnya kau?!”
“Sudah kubilang aku Denis.”
Pria itu pergi dengan santai tanpa masalah.
"Mengapa dia bisa tahu keberadaanku sebenarnya?"
Aku pun kembali ke Selfia.
“Mengapa kau lama sekali, Tuan Zafkiel?” tanya Charlos.
“Ah, maaf. Tadi ada orang aneh yang berbicara kepadaku.”
“Orang aneh?” tanya Selfia.
“Orang aneh itu petualang dari negeri timur. Dia berpakaian seperti ksatria, pakaiannya itu hitam dan ada lambang mata di jubahnya. Namanya sih Denis.”
“Denis?” tanya Charlos.
“Bukannya itu orang yang sudah tewas secara misterius ya?” jawab Selfia dengan kebingungan.
“Ahh, kamu Fia, jangan menakutiku. Mana mungkin orang yang sudah tewas bisa mengobrol di depanku?”
“Aku serius,” ujar Selfia.
“Ah, daripada tegang begitu, bagaimana jika kita latihan berpedang denganku, wahai Tuan Zafkiel?”
“Apakah Selfia akan menonton kita saat latihan?”
“Ya, tentu saja.”
“Baiklah.”
Setelah kami selesai makan bersama, kami menuju ke taman pinggiran kota. Taman itu lumayan luas dan banyak sekali pohon-pohon buah di dekatnya. Ada air mancur juga, berbentuk oval dan besar.
“Masa kita beradu di sini sih? Bagaimana kalau rusak?”
“Jadinya kau lebih memilih jatuh terkena aspal daripada terkena tanah?”
“Tidak juga menurutku.”
Aku pun berlatih dengannya. Berlatih dengan dia seperti menyiksa diri sendiri. Aku sangat kesakitan menghadapi pukulannya.
“Apakah sudah selesai?” tanya Charlos.
“Ah, ah, sudah, sudah. Capek sekali aku.”
Selfia membawakan minuman untukku yang dia beli tadi.
“Untukku?” tanyaku.
“Ya, kau sudah melakukan yang terbaik.”
“Tidak juga, aku saja kalah darinya.”
“Kekalahan adalah sebuah kenangan yang dapat diperbaiki di masa depan. Mungkin kali ini kau kalah, dan bisa saja kau besok menang.”
“Kalau mau latihan lagi, bilang saja kepadaku, Tuan Zafkiel.”
“Iya, iya. Aku akan mengalahkanmu kapan-kapan!”
“Haha.”
“Sepertinya sudah jam 3. Aku ingin ke istana untuk menemui Sang Raja Asgard.”
“Biarkan aku menemanimu, Fia.”
“Ah, terima kasih Zafkiel. Kau memang memperhatikanku ya, ehe.”
“Aku menemanimu karena aku tak punya kerjaan, loh.”
Kami pun pergi ke istana kota ini. Perjalanan kami untuk ke istana sekitar 1 jam, karena jarak istana ke pemukiman lumayan jauh, walaupun istana itu ada di kota ini bersama pemukimannya.
“Tunjukkan identitas kalian,” kata prajurit.
“Aku putri dari hakim Sersan.”
“Siapakah orang-orang di pihakmu?” tanya prajurit.
“Dia adalah penjagaku dan rekanku yang kusayangi.”
“Baiklah, silakan masuk.”
Kami pun masuk ke istana yang sangat megah, bukan main. Kalau dilihat dari dunia nyata, ini seperti bangunan Moscow. Dalamnya sangat menakjubkan, suara bisa bergema di dalam sini.
“Lewat sini, Tuan-tuan dan Nona.”
Kami diantarkan prajurit untuk bertemu di hadapan Raja Asgard.
“Terima kasih semua bangsawan sudah datang ke istana ini.”
“Tentu saja kami semua akan datang. Ada masalah apa, Yang Mulia?” tanya bangsawan bergelar Duke.
“Apakah kalian tahu? Apakah kalian semua mendengar dentuman dan cahaya?”
“Cahaya? Kalau dentuman aku juga dengar.”
“Wah, aku juga tuh.”
“Pasti orang di luar bangunan melihat cahaya itu, yang berasal dari dekat hutan wilayah negeri ini.”
“Wah iya benar, aku juga melihatnya.”
“Aku rasa itu cahaya muncul di goa yang dibuat oleh Raja Siluet untuk kembali ke dunianya.”
“Ada suatu legenda yang mengatakan, jika cahaya keluar dari goa yang dibuat oleh Siluet, itu akan mendatangkan pemimpin dan karakteristik seseorang yang sangat kuat.”
“Perlu kita ketahui, Siluet adalah raja yang sangat berbahaya di zamannya. Kita tak boleh meremehkannya.”
“Perlu diingat kembali, seluruh negeri sedang berhati-hati karena kedatangan entitas baru. Mungkin saja itu suara panggilan Raja Siluet yang ingin membalaskan dendam.”
Ada orang yang mengangkat tangan.
“Ku harap dia bisa membasmi kutukan Raja Siluet yang berada di dunia Lumineria ini.”
“Ya, kuharap juga. Aku juga sudah muak dengan kutukan itu,” sahut semua orang serentak.
“Memangnya kutukan apa itu, Selfia?” tanyaku.
“Kutukan itu seperti membuat orang mengulangi masa lalu yang berulang-ulang, dan ketika mereka menatap entitas yang menyamar, mereka akan resah dan perasaan untuk menghilangkan diri sendiri menjadi besar. Pokoknya rasa depresi menghantui dirinya,” jawab Fia.
“Ohh!!!!!!”
“Aku sudah jawab panjang-panjang, kamu 'oh' doang?!” Selfia ngambek.
“Apakah kamu tipe wanita yang mudah ngambek?”
“Cari tahu saja sendiri.”
“Sekian diskusi informasi dari aku. Terima kasih. Dalam hormat, Raja Asgard.”
Setelah selesai mendengar informasi dari Raja Asgard, kami pun kembali ke tengah kota untuk melihat persiapan festival yang akan datang.
Sambil berjalan-jalan melihat sekeliling kota, kami melihat seperti akan ada acara orkestra di gedung hotel bintang 5 Jappelon.