Lionel Danny, adalah pria berpengaruh yang kejam. Karena dendam ia terpaksa menikahi putri musuhnya sendiri.
Namun, tepat setelah pernikahan selesai dilangsungkan, ia justru menghabisi seluruh keluarga istrinya, Maura.
Karena benci dan dendamnya akhirnya Maura sengaja mendekati pria kaya raya bernama Liam. Siapa sangka jika Liam benar-benar jatuh hati kepada Maura.
Mungkinkah Danny luluh hatinya dan berusaha merebut kembali miliknya?
Bagaimana jadinya jika ternyata Liam justru pria yang lebih kejam dari Danny?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lintang Lia Taufik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17. Sang Penjagal
"Di mana rasa hormatmu, Julio? Apa kau sudah gila?" Mata beriris hazel lengkap dengan bulu lentiknya itu sedang membulat sempurna.
Buku jemarinya yang runcing dan mulus kemudian bermaksud menampar Julio. Detik selanjutnya, kedua matanya langsung terpejam setelah Julio memukul tengkuknya. Lalu tubuhnya, luruh dalam dekapan pria itu.
Julio tidak memperhatikan sekitar, ia hanya fokus mengangkat tubuh Maura ke dalam mobil. Setelah itu, ia langsung menyusul Danny ke ruang tempat Yura dirawat.
***
"Yura, kau sudah bangun?" tanyanya sekaligus sapa Lionel Danny yang justru menakutinya.
"Kau...." Yura tidak mampu menyelesaikan kalimatnya.
"Tubuhmu lebih dari lima puluh persen terbakar, akan lebih baik jika kamu mati. Kamu pikir kamu masih berguna? Aku hanya ingin menarik ulur bagaimanaperasaan kakakmu padaku. Lebih dari itu ... kau pantas mati seperti keluargamu lainnya!" Danny menatapnya dengan mata merah padam.
Yura gemetar, tak sanggup berkata-kata lagi, hanya raut wajah yang tampak ketakutan lebih mendominasi. Selebihnya, ia selalu menggelengkan kepalanya berulangkali. Seolah tak mau didekati Danny.
Tak lama berselang, pria berseragam mirip dokter datang mendekati.
"Anda sudah sadar, Nona Yura. Ini kabar baik. Aku akan memindahkan ke kamar perawatan pasien." Pria itu langsung mengangkat tubuh Yura ke ranjang yang memiliki roda pada ke-empat sisinya.
Saat berpapasan. Dokter itu memberikan anggukan pelan mirip slow motion pada Danny yang masih mematung di sana.
***
Kini Danny sudah berada di dalam mobilnya. Ia melihat Maura terpejam dengan posisi terduduk di jok belakang sopir.
Danny menatapnya lekat-lekat. Laku ia kembali kembali menundukkan wajahnya, mengecup kening istrinya.
"Aku tidak suka istri pembangkang!" Kemudian Danny meminta sopir menyalakan mesin mobilnya.
Di dalam perjalanan, Lionel Danny memberikan perintah kepada sang sopir agar membawanya ke suatu tempat.
Tempat yang tak biasa dikunjungi oleh orang baik-baik. Bisa dibilang orang yang berkunjung di tempat itu adalah pria hidung belang, atau mungkin perempuan jalang. Entah.
Di sebuah kafe yang ramai pengunjung, Danny mulai turun dari mobilnya. Berikut sang sopir yang ikut serta bersamanya.
"Bagaimana dengan Nyonya Maura, Tuan?" tanyanya.
Pertanyaan itu memicu reaksi Danny. Pria itu kembali menatap istrinya yang masih dalam kondisi terpejam.
"Dia belum sadar, apa yang dilakukan Julio kepadanya? Tinggalkan dia sementara," kata Danny.
Pria itu terlihat sedikit cemas. Ia menatap Maura beberapa saat, barulah ia meninggalkan perempuan itu di dalam mobil.
Namun, saat Danny sudah pergi. Beberapa saat setelahnya Maura langsung membuka matanya. Ia langsung menghirup napas dalam-dalam.
"Sialan, Julio itu sangat kasar," lirih Maura merutuki sekresi suaminya.
Lalu, dengan rasa penasaran yang menyelimuti perasaannya. Akhirnya Maura memberanikan diri turun dan mencari tahu tentang apa yang dilakukan suaminya di tempat ini.
Perempuan berparas cantik itu tak sengaja melihat Liam yang sedang duduk sambil menutupi wajahnya dengan topi hitam.
Liam pun sama, Dia menatap ke arah Maura. Lalu mendadak pria itu panik. Ia melangkah cepat meninggalkan tempat.
Maura kehilangan jejaknya. Suasana kafe sangat ramai pengunjung. Wanita itu melangkah masuk lebih dalam. Hingga akhirnya ia melihat suaminya sedang berbincang dengan beberapa pria bertato.
Maura bersembunyi di dekat sofa yang menjadi batas kursi yang diduduki oleh suaminya.
"Bagaimana, kau suka barang barunya?" tanya Danny kepada pria bertato.
Pria itu terlihat asyik menyulut cerutu di bibirnya. Lalu beberapa detik setelahnya, mengembuskan asap yang mulai mengepul memenuhi ruangan.
"Aku mau gadis yang sering bersamamu," tawar pria itu.
Danny tersenyum getir. "Dia tidak untuk dijual."
"Bukankah kamu membenci seluruh keluarganya?" tanya pria itu terus mendesak Danny.
"Ya. Justru itu, aku ingin melampiaskan benciku setiap hari kepadanya."
BRAK!
Suasana tiba-tiba menjadi semakin tak terkendali. Liam terlibat kekacauan. Ia bahkan dipukuli di bagian kepalanya menggunakan kursi. Lalu beberapa orang lainnya menikamnya dengan pisau. Tetapi mereka kalah cepat dengan tangkisan tangan pemuda itu.
Gerakan perlawanan itu membuat lengan Liam tergores pisau. Cairan merah berbau anyir itu mengucur deras. Meninggalkan noda di lantai.
Mata Maura langsung membulat sempurna. Melihat Danny yang langsung pergi meninggalkan tempat entah ke mana setelah melihat orang yang terlibat perkelahian adalah Liam.
Penjaga kafe berwajah tirus yang ternyata merangkap sebagai mucikari itu menangkap Maura.
Membuat pria bertato yang tubuhnya gempal senang melihat siapa yang berada di tempat itu.
"Wow, kamu datang sendiri, Sayang. Aku suka ini," gumamnya, sambil tersenyum menyeringai.
Sepasang mata culasnya sesaat mengarah ke tubuh Maura. Dan Liam menyadari itu.
Terdengar decik sinis yang dilontarkan Maura. Lalu gadis itu melayangkan tinju ke arah hidung pria bertato.
BOOM!
Pria itu terhuyung. Sebelum pria itu bangun, Maura juga langsung menendang penjaga kafe hingga tubuh kurusnya terpental.
Akhirnya, Maura menjadi pusat perhatian para begundal yang berada di tempat itu.
Liam semakin mengamuk. Pria itu langsung merebut paksa sepasang pisau di tangan seorang penjaga tempat itu. Kemudian keduanya terlibat perkelahian. Sampai akhirnya Liam terpaksa menusuk bagian leher musuhnya.
Tak berhenti di situ. Beberapa orang lainnya yang mendekatpun juga ditikam oleh Liam.
Tatapan matanya yang cepat, langsung meraih sumpit di atas meja, lalu dibuat menusuk punggung pria bertato yang nyaris meraih tubuh Maura.
Pria gempal itu amruk di lantai. Dan Liam langsung memukul kepalanya menggunakan kursi.
Entah mengapa, setelah insiden kematian keluarganya. Maura histeris setiap kali melihat darah segar mengucur deras.
Maura menatap nanar. Rupanya tengkuknya sendiri, bekas pukulan Julio masih meninggalkan rasa sakit.
Menit setelahnya, Maura tersentak. Lalu selebihnya gelap setelah sebuah jas hitam dilemparkan tepat ke wajahnya.
Ia terus meronta. Tetapi seseorang mengangkat tubuhnya. Lalu membawanya pergi.
"Bajingan! Lepaskan aku, Liam tidak akan mengampunimu!" teriaknya.
"Sssstttt, pelankan suaramu. Ini aku, Maura," bisik Liam.
Maura langsung diam.
***
Kini Maura berada di dalam mobil Liam. Pria itu merintih kesakitan. Melihat cairan kental berwarna merah itu, Maura langsung merobek ujung kain kemeja yang ia kenakan.
"Jangan sentuh aku, Maura!" teriak Liam sambil mengerang kesakitan.
"Tenang, aku membantumu Tuan William."
Liam langsung menatap Maura dalam diam. Napasnya semakin memburu. Melihat lengannya, sudah dibalut oleh kain ia agak lega.
"Kenapa kamu menolongku, Maura?" tanya Liam heran.
"Sudah tugasku sebagai sesama manusia menolong seseorang yang sedang terluka," sahutnya, terlihat tenang.
Wanita itu tidak secemas dan setakut sebelumnya. Kemudian mereka berdua saling menatap.
Entah apa yang dipikirkan Liam saat itu. Tiba-tiba saja kedua bibir mereka sudah saling bersentuhan.
Maura mendorong dada bidang pemuda di hadapannya.
"Dasar pria lancang!" bentaknya.
Liam mengulum senyum, diikuti menelan ludah sambil menatap Maura.
Wajah Maura semakin memucat. "Kenapa kamu ada di tempat itu, Liam?"
"Aku sang penjagal. Tugasku ada membunuh mereka yang melakukan kejahatan. Termasuk pria yang pernah menjadikanmu, target penembakan."
Maura tersentak. Ia lupa memberi tahu Liam jika pria yang dia maksud adalah suaminya.
update lebih bnyk lgi sehari 2-3 bab hehe...