NovelToon NovelToon
Di Balik Kontrak

Di Balik Kontrak

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat
Popularitas:7.8k
Nilai: 5
Nama Author: Cha Aiyyu

Pernikahan Briela dan Hadwin bukanlah hubungan yang didasari oleh perasaan cinta—

Sebuah kontrak perjanjian pernikahan terpaksa Briela tanda tangani demi kelangsungan nasib perusahaannya. Briela yang dingin dan ambisius hanya memikirkan keuntungan dari balik pernikahannya. Sedangkan Hadwin berpikir, mungkin saja ini kesempatan baginya untuk bisa bersanding dengan wanita yang sejak dulu menggetarkan hatinya.

Pernikahan yang disangka akan semulus isi kontraknya, ternyata tidak semulus itu. Banyak hal terjadi di dalamnya, mulai dari ketulusan Hadwin yang lambat laun menyentil hati Briela sampai rintangan-rintangan kecil dan besar terjadi silih berganti.

Akankah benar-benar ada cinta dari pernikahan yang dipaksakan? Ataukah semuanya hanya akan tetap menjadi sebuah kontrak?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cha Aiyyu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MELURUSKAN KESALAHPAHAMAN

Tiga hari sejak kejutan yang gagal itu, Hadwin tetap melakukan rutinitas paginya. Sejak hari itu ia jarang bertemu Briela namun Hadwin tetap menyiapkan sarapan, makan siang dan makan malam setiap harinya seperti biasa.

Meskipun kenyataannya Hadwin harus menelan pil pahit, dimana Briela tidak lagi mau makan satu meja dengannya. Dan Hadwin cukup sadar, sehingga ia selalu makan lebih dulu porsi miliknya dan menyiapkan untuk Briela di atas meja. Bahkan beberapa kali Briela melewatkan jam makannya tetapi Hadwin tetap meninggalkan sticky notes di setiap makanan yang ia siapkan untuk Briela.

Pagi ini pun sama seperti pagi sebelum-sebelumnya. Hadwin menyiapkan sarapan untuk Briela, kali ini roti isi dengan daging slice dan keju serta irisan tomat dan daun selada sebagai isian. Satu gelas susu berada di samping piring roti juga satu buah sticky notes berwarna kuning cerah, secerah Minggu pagi ini.

Briela keluar dari kamarnya, ia menatap pintu kamar Hadwin lalu menghela napas. Kakinya berjalan menuju dapur untuk mencari air mineral, kerongkongannya kering sejak semalam. Briela menoleh ke arah meja depan televisi. Dan seperti biasa sarapan untuknya sudah tersedia di sana.

Briela melanjutkan langkahnya menuju dapur, sebelum mengambil minum Briela sempat melihat pintu yang mengarah ke balkon terbuka. Briela meneguk air mineral yang ia tuang dalam gelasnya hingga tandas.

Briela meninggalkan dapur dan berhenti di meja depan televisi, wanita itu mengambil sticky notes dan membaca pesan yang ditulis Hadwin, sudut bibirnya terangkat sedikit.

Wanita itu meminum sedikit susunya dan membawa piringnya ke arah balkon. Briela berjalan perlahan, ia berharap bisa bertemu Hadwin di sana. Mereka perlu bicara. Tetapi Briela sendiri tidak yakin bisa bertemu Hadwin di balkon atau tidak.

Tiga hari ini Briela merasa dirinya dan Hadwin bagaikan dua kutub yang sama namun akan saling menolak ketika berada dalam jarak yang dekat. Dan Briela sadar jika itu karena kesalahannya. Tidak seharusnya Briela marah pada Hadwin yang tidak tahu apa pun.

Briela sampai di pintu dan mendapati Hadwin sedang berdiri di balkon. Setengah tubuhnya bertumpu pagar besi yang dingin. Netranya menatap lurus ke depan dengan serius. Entah apa yang dilihatnya.

Briela duduk di kursi santai tepat di belakang Hadwin, ia menggigit sandwich buatan Hadwin yang selalu saja terasa nikmat. Sudah hampir habis sandwich yang Briela makan, akan tetapi Hadwin belum juga sadar Briela ada di sana.

Briela meletakkan piringnya dan mendekati Hadwin. "Apa yang kau lihat sampai serius begitu, Hadwin?" tanya Briela basa-basi

Hadwin menoleh pada Briela, ia tersenyum kecil.

"Terima kasih untuk sarapannya, Hadwin," ucap Briela kemudian. Wanita itu berbalik dan menyender pada pagar untuk menopang bobot tubuhnya.

"Tidak masalah, Brie." Hadwin tersenyum hangat pada Briela yang menatapnya dengan takut-takut.

Briela tersenyum kecut, "Maaf Hadwin, aku sudah marah padamu. Aku tidak seharusnya begitu padamu yang sudah berusaha membuatku terkesan dengan hari ulang tahunku." Briela melangkah dan duduk di kursi santai tempayan duduk sebelumnya.

"Tapi, Hadwin. Ada momen tidak menyenangkan yang terjadi saat ulang tahunku beberapa tahun lalu yang akhirnya membuatku sangat tidak nyaman dengan hari ulang tahunku sendiri sampai sekarang," lanjut Briela lirih.

Hadwin menatap Briela, pandangannya sendu, simpatinya muncul bagitu Briela menundukkan kepalanya.

"Tidak masalah, Brie. Aku tidak tahu tentang perasaanmu dan malah dengan bangganya melakukan sesuatu yang ternyata memicu kenangan buruk untukmu, aku minta maaf untuk hal itu." Hadwin duduk bersebelahan dengan Briela di atas kursi santai yang memanjang itu.

Briela menoleh dan menatap lekat pada Hadwin yang berada begitu dekat dengannya. Langan Briela bahkan menempel dengan lengan Hadwin, ini kali kedua selain di saat pernikahan keduanya berada dalam posisi yang begitu dekat.

Dan lagi-lagi Briela dapat melihat ketulusan terpancar dari wajah Hadwin. "Kau kan tidak tahu apa-apa, tidak perlu meminta maaf. Aku yang salah karena marah padamu yang tidak tahu apa pun." Hening— keduanya saling menatap dalam diam.

"Bolehkah aku bertanya, Brie?" tanya Hadwin memecah keheningan yang ada.

Briela memberikan respon singkat, "Hm?"

"Mengapa tiga hari ini kau selalu enggan makan satu meja denganku?"

"Ah— itu. Sebenarnya bukan seperti itu. Aku hanya sedikit sibuk bekerja. Aku perlu mempersiapkan banyak hal untuk trend musim semi mendatang dan ketika waktunya makan aku keluar, tetapi kau sudah tidak berada di meja makan. Aku pikir kau kecewa dengan sikapku hari itu."

"Tidak ada hal seperti itu, Brie. Aku kira sebelumnya kau sengaja menghindariku, jadi aku hanya memilih untuk menghormati keputusanmu. Mungkin saja kau merasa tidak nyaman saat bersamaku, jadi aku selalu makan lebih awal porsi milikku," jelas Hadwin.

"Tidak, tidak aku benar-benar hanya sedang sibuk kemarin dan seperti tadi yang aku katakan. Ku kira kau kecewa dengan sikapku sehingga kau menjauh, Hadwin."

"Jadi, tiga hari ini kita sama-sama saling salah paham?" Hadwin menebak, senyum canggung muncul di wajahnya.

Briela tersenyum kecil, "Sepertinya begitu."

Hadwin terkekeh dan keduanya saling tertawa. Menertawakan kesalahpahaman yang terjadi di antara mereka. Sesuatu yang seharusnya tidak perlu terjadi jika keduanya tidak memiliki pemikiran berbeda.

"Baiklah aku minta maaf juga untuk hal itu, Hadwin." Briela berbicara di tengah tawanya.

"Hm, aku juga minta maaf untuk pemikiranku yang bodoh, Brie." Hadwin mengusap sudut matanya yang berair karena tertawa.

"Sudah, sudah berhenti saling meminta maaf. Karena kesalahpahaman di antara kita sudah teratasi, mulai nanti siang kita bisa makan bersama lagi dalam satu meja. Oke!" seru Briela.

"Hm, baiklah. Kau mau apa untuk makan siang?"

Briela tersenyum. "Terserah kau saja Hadwin. Aku akan makan apa pun yang kau buat."

"Baiklah. Tapi lain kali saat kau ingin aku membuat sesuatu, katakan saja! Jangan ragu untuk memintanya, oke!" titah Hadwin.

Briela mengangguk. Keduanya kembali saling melempar senyum.

"Terima kasih, Brie. Sudah mau memulai untuk membicarakan hal ini tadi. Jika saja kau tidak mendatangiku tadi, mungkin ke depannya aku masih akan berpikiran sama tentangmu."

Briela hanya tersenyum menanggapi Hadwin. Lalu keduanya kembali ditelan keheningan untuk waktu yang cukup lama, saling tersenyum canggung ketika pandangan mereka bertemu.

"Lucu ya?" Briela menatap Hadwin, dan pria itu mengerutkan kening, mempertanyakan apa maksud ucapan Briela. "Seperti halnya rasa masakanmu yang selalu terasa nikmat, kau selalu saja seperti ini," lanjut Briela.

"Seperti ini?"

"Ya. Seperti ini— kau selalu saja tulus dalam bersikap Hadwin. Kau pria yang baik."

Hadwin menatap Briela yang tengah tersenyum. Hadwin tersenyum kecut, "Aku tidak sebaik itu, Brie."

Briela mengangkat sebelah alisnya, "Maksudnya?"

🥀🥀 Hai hai. Lanjut nggak nih hari ini? Atau besok aja? Kalo mau lanjut hari ini like, komen dan vote dong. Kalian the best 🥀🥀

1
Asni ummu zhazha
wahhhh apakah jawaban brie
iyz.e15: ditunggu ya. sebenernya q udah setor naskah bab baru tp dr semalam masih di review sampai sekarang statusnya masih sama, belum berhasil. sabar ya gaes ☺️
total 1 replies
Asni ummu zhazha
semangat terus kak
Asni ummu zhazha
lanjuttt thor
Asni ummu zhazha
anak akan selalu menjadi anak bagi orang tuanya
iyz.e15: bener banget 👍
total 1 replies
Asni ummu zhazha
kerennn lanjuttt kak
iyz.e15: makasih ya udah baca karyaku. ☺️ ditunggu chapter selanjutnya ya ☺️
total 1 replies
Reni Anjarwani
lanjut makin seru thor
iyz.e15: ditunggu ya ☺️ makasih udah stay di karyaku ☺️
total 1 replies
Reni Anjarwani
lanjut thor
Reni Anjarwani
doubel up
Reni Anjarwani
doubel up thor
Reni Anjarwani
lanjut2 doubel up thor
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up thor
Reni Anjarwani
egois bgt ya brilie
iyz.e15: egois ya?
total 1 replies
Reni Anjarwani
lanjut thor
Reni Anjarwani
lanjut thor doybel up thor
Dimas Saputra
lanjut thor saling suport
♛🐇Author_Rabbit¹⁸🐇♛
aku mampir, jangan lupa mampir jg/Determined//Determined//Determined/
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up thor
Jun!!!
Bener si, tapi pasti fikiran bapak ini rada2 /Drowsy/
iyz.e15: rada-rada apa hayo?
total 1 replies
Jun!!!
pilihan yg berat /Sweat/
Jun!!!: boleh banget, sangat terhormat sekali aku /Joyful//Joyful//Joyful//Joyful//Joyful/. makasih ya 😆
iyz.e15: boleh klo Jun mau. Atau nanti aku tambahin karakter Jun. mau?
total 4 replies
Jun!!!
ha?! Terus gimana itu yang itu /Panic/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!