NovelToon NovelToon
Kau Rebut Suamiku, Ku Rebut Suamimu

Kau Rebut Suamiku, Ku Rebut Suamimu

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Selingkuh / Cerai / Pelakor / Suami Tak Berguna / Tukar Pasangan
Popularitas:162.8k
Nilai: 5
Nama Author: mama reni

"Ambil saja suamiku, tapi bukan salahku merebut suamimu!"

Adara yang mengetahui pengkhianatan Galang—suaminya dan Sheila—sahabatnya, memilih diam, membiarkan keduanya seolah-olah aman dalam pengkhianatan itu.

Tapi, Adara bukan diam karena tak mampu. Namun, dia sudah merencanakan balas dendam yang melibatkan, Darren—suami Sheila, saat keduanya bekerjasama untuk membalas pengkhianatan diantara mereka, Darren mulai jatuh dalam pesona Adara, tapi Darren menyadari bahwa Adara tidak datang untuk bermain-main.

"Apa yang bisa aku berikan untuk membantumu?" —Darren

"Berikan saja tubuhmu itu, kepadaku!" —Adara

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab Dua Puluh Tiga

Adara melangkah keluar dari mobil dan menuju ke halaman gedung pengadilan agama. Dia merasa sedikit gugup, tidak tahu apa yang akan diputuskan oleh hakim tentang perceraiannya dengan Galang. Saat dia berjalan menuju ke pintu masuk, dia melihat sosok yang sudah tidak asing lagi baginya.

Galang berdiri di depan gedung, memandang Adara dengan mata yang tajam. Adara merasa seperti dihantam oleh kehadirannya, tidak siap untuk bertemu dengan mantan suaminya. Galang lalu mendekati Adara, langkahnya mantap dan percaya diri.

"Adara," kata Galang dengan suara yang dalam. "Sampai kapanpun, aku tidak akan rela berpisah denganmu. Aku akan pertahankan kamu semampuku!"

Adara merasa seperti tersengat oleh kata-katanya Galang. Dia tidak bisa memahami mengapa pria itu masih tidak mau melepaskannya, setelah semua yang dia lakukan. "Galang, kita sudah tidak ada ikatan dan hubungan lagi," kata Adara dengan suara yang tegas. "Kita sudah tidak memiliki perasaan apa-apa lagi. Bukankah kau yang memulai semuanya dengan berselingkuh!"

Galang tersenyum dingin. "Aku tidak peduli tentang apa yang telah terjadi, Adara," kata Galang dengan suara yang dingin. "Aku hanya ingin kamu kembali kepadaku."

Adara merasa seperti marah yang tak terkendali. Dia tahu maksud pria itu yang tak mau berpisah darinya. Semua hanya karena harta bukan cinta. "Galang, aku sudah tidak mencintaimu lagi," kata Adara dengan suara yang keras. "Aku ingin bebas dari kamu. Bukankah ini semua juga keinginan kamu. Jangan egois. Semua ini terjadi juga karena ulahmu!"

Dara lalu melangkah masuk ke gedung pengadilan agama tersebut.Dia sudah tak sabar ingin mendengar keputusan hakim. Namun, sebelum masuk, dia kembali ke mobil untuk mengambil sesuatu yang tinggal. Saat dia berbalik, suaminya sudah tak ada berdiri di sana.

Adara lalu kembali berjalan menuju pintu masuk gedung, dia merasa sedikit gugup, tidak tahu apa yang akan diputuskan oleh hakim tentang perceraiannya dengan Galang. Saat dia berjalan menuju ke pintu masuk, dia melihat sosok yang sudah tidak asing lagi baginya.

Galang berdiri di ruang tunggu sambil memandang Adara dengan mata yang tajam. Entah sejak kapan pria itu berada di sana.

"Adara," kata Galang dengan suara yang dalam. "Sampai kapanpun, aku tidak akan rela berpisah denganmu. Aku akan pertahankan kamu semampuku!" Pria itu mengulang ucapannya tadi.

"Dan aku akan tetap berusaha untuk bercerai denganmu. Aku tak mau lagi hidup denganmu!'

'Karena Darren ...," ucap Galang dengan penuh penekanan.

"Jangan bawa-bawa orang dalam masalah ini. Semua salahmu. Kau yang memulai perang dan kau pula yang merasa ketakutan," kata Adara.

Galang memandang Adara dengan mata yang tajam, tidak ada tanda-tanda kelemahan di wajahnya. "Kita akan lihat apa yang akan diputuskan oleh hakim," kata Galang dengan suara yang dingin. "Aku yakin, aku masih memiliki kesempatan untuk memenangkan'mu kembali."

"Jangan terlalu percaya diri. Takutnya nanti kenyataan tak sesuai dengan harapanmu, kau akan menjadi sakit hati dan gila!" seru Adara.

Saat Galang ingin menjawab ucapan Adara, seorang petugas memanggil nama mereka dan meminta keduanya masuk. Mereka duduk berdampingan dihadapan hakim.

Adara duduk dengan tangan bergetar, matanya menatap lurus ke depan, tak ingin melewatkan sepatah kata pun. Dari sudut ruangan, Galang tampak tegang, wajahnya menampakkan ketidakpastian yang mendalam. Dia berjuang melawan perasaan yang campur aduk, terjepit antara kebanggaan dan kekecewaan.

“Majelis Hakim mengabulkan gugatan cerai yang diajukan oleh penggugat, saudari Adara,” ujar Hakim. Adara tersenyum mendengar keputusan hakim, sedangkan Galang tampak cemberut. “Surat cerai akan disampaikan dalam waktu sepekan.”

Suara itu seakan menyentuh palu, memecah keheningan. Galang tak kuasa menatap Adara. Dalam pandangan mereka, ada banyak hal yang tak terucapkan. Namun dalam hatinya, dia merasakan gelombang kemarahan, dan rasa kehilangan yang dalam. Kenapa segalanya bisa berakhir seperti ini?

***

Setelah sidang selesai, Adara melangkah keluar dari ruangan dengan langkah mantap, berusaha mengabaikan dinding emosional yang menghalanginya untuk merasakan sakit. Galang mengikuti dari belakang, hatinya bergejolak. Dia tak terima dengan keputusan hakim.

“Adara!” teriak Galang, suaranya pecah dalam keheningan di luar ruangan sidang.

Adara berbalik, tapi tidak berkata sepatah kata pun. Dia hanya memperhatikan wajah Galang yang memperlihatkan seribu rasa.

“Kau mau kemana?” tanya Galang sambil berusaha tenang meski suara bergetarnya tak bisa disembunyikan.

“Aku mau pulang,” jawab Adara singkat, mengalihkan tatapan ke arah jalan.

“Tunggu, kita perlu bicara,” Galang menghalangi jalan Adara. Kekecewaan terlukis jelas di wajahnya.

Adara mendesah pelan. “Tentang apa lagi? Semua sudah jelas, Galang. Hakim telah memutuskan kita resmi berpisah!"

“Ceritanya ini belum selesai. Apa kau sudah tak sabar ingin segera bersama Darren?” tanya Galang, nada suaranya meninggi. Dendam yang terpendam selama ini menunggu waktu untuk meledak. “Kau ingin secepatnya berpisah karena pria itu:kan?"

Adara tersenyum. Dia yakin Galang terhasut dengan ucapan Sheila. “Darren tidak ada sangkut pautnya dengan ini. Kenapa semua harus disalahkan padanya? Kau yang berselingkuh jadi jangan tuduhkan itu padaku!"

“Apa kau pikir aku tidak tahu apa yang terjadi? Kau lebih memilih menghabiskan waktu dengan dia daripada memperbaiki hubungan kita. Padahal status kita baru hari ini diputuskan, tapi kau sudah tak sabar untuk berdua dengannya," ujar Galang.

Adara menegakkan kepala, berusaha mempertahankan kebanggaan yang tersisa. “Cukup. Sebelum kau melanjutkan menyangkal dirimu sendiri, ingatlah siapa yang sebenarnya selingkuh!”

Mata Galang membara. Dia merasa semua rasa bersalah yang menyiksanya lenyap dalam sekejap, tergantikan dengan kemarahan. “Kau memang sudah bertekad untuk pergi, kan? Ini sudah direncanakan sejak lama, Adara! Coba kau katakan, apakah benar kau sudah siap untuk bersama Darren?”

"Cukup, Galang! Aku sudah tidak mau lagi berdebat denganmu,” jawab Adara tenang, meski hatinya bergetar. Dia ingin pergi, dan melupakan semua yang menyakitkan ini.

Namun Galang tetap tak mau mundur. “Jadi, apa sekarang kau akan langsung bergegas ke pelukan pria itu, Adara? Dengan berpura-pura semua ini tak ada artinya bagimu?”

Adara merasa panas di pipinya. Kata-kata Galang bagai pisau yang mencabik hati. Dia berbalik dan melangkah pergi, memastikan ia tak meninggalkan kesempatan untuk melawan.

“Adara!” teriak Galang sekali lagi.

Adara melanjutkan langkahnya, tak ingin mendengarkan lagi apa pun yang diucapkan Galang. Pria itu mengutuk dalam hati, kemarahan dan penyesalan bergantian menjadi penguasa dalam pikirannya.

Setiap langkah Adara terasa semakin jauh dari jangkauannya, dan semakin menyakitkan bagi Galang. Tanpa ia sadari, detak jantungnya semakin cepat. Dia ingin berargumentasi, ingin menggenggam kembali apa yang hilang, tetapi rasa bersalah yang mengikatnya hanya membuatnya semakin terpuruk.

Sebanyak apapun waktu berlalu, bayangan Darren seolah mengisi kekosongan hatinya yang ingin dilindungi. Galang, di sisi lain, menghamburkan semua kalimat-kalimat berisi kekecewaan. Dengan ketidakpuasan, ia mulai merancang rencana.

"Sebaiknya aku mengajukan banding,” gumamnya pada diri sendiri.

Bersama semua emosi yang melanda, Galang merasa hidupnya tak pernah sebodoh ini. Meninggalkan Adara, adalah kesalahan terbesarnya. Salahkah bila saat ini dia ingin mempertahankan apa yang pernah dia miliki? Tanya Galang dalam hatinya.

Di sisi lain, Adara berusaha menghapus bayang-bayang masa lalu. Dia harus terus berjalan. Saat ini dirinya telah benar-benar bebas dari Galang, pria yang telah membodohinya selama satu tahun ini. Beruntung dia cepat mengetahui semuanya.

Masa lalu itu adalah masa yang telah berlalu. Seperti namanya, telah lalu, maka ia pantasnya di belakang. Jangan menjadikannya di depan. Kalau kita jadikan masa lalu di depan, maka kita yang akan di belakang. Artinya, kalau kita terus hidup dalam masa lalu, mengingat kenangan lama, kita tidak akan bisa melangkah maju. Hidup kita terus terkurung dalam masa itu.Biarkan masa lalu di tempatnya, belakang. Biarkan di sana, jangan dikenang lagi. Segala apa pun yang terjadi dulu, maafkanlah. Lupakan semuanya.

1
Supryatin 123
lnjut thor 💪💪 semoga lancar acaranya
Teh Yen
smoga bunga bisa jadi versi terbaiknya saat keluar dari penjara nanti yah,, smngat bunga jd lebih baik yah
🌷💚SITI.R💚🌷
smg ini pernikahan yg terakhir buat lalian ya smpe mau memisahkan.. lanjuut
🌷💚SITI.R💚🌷
smg je depany bisa lbh baik lg ya bungga..hilangkan rasa iri dengki
Bunda Ochie
tak sabar menanti pernikahan daren dan dara dengan konsep gardennya😍
Teh Euis Tea
ga sabar nunggu mereka bahagia
Uba Muhammad Al-varo
tinggal 2 langkah lagi Adara dan Darren menuju pelaminan
Sunaryati
Tak sabar menunggu 2 hari lagi. Mau datang ke pesta kalian
ken darsihk
Menunggu hari H 😍😍
ken darsihk
Mirisss bener Bunga yng tadi nya bersinar harus layu di balik jeruji besi
Star Ir
Makannya itu mulu sih thor
Felycia R. Fernandez
kamu itu artis bobrok...
banyak kok artis yang pake narkoboy...
bahkan karir mereka aman2 aja
Teh Euis Tea
bertobatlsh bunga semoga ada hikmah dari kejadian ini, km bisa berubah ga lari ke club malam dan obat"an terlarang yg rugi diri sendiri bunga, jauhi teman yg sekiranya menjerumuskan pergaulan km
Sunaryati
Syukurlah orang-orang yang membuat kesalahan akhirnya sadar dan bertekad akan memperbaiki diri. Yang belum sadar akan kesalahan itu Galang. Dia menyesal bukan merasa bersalah tapi karena kehidupannya sangat berat karena tidak punya banyak harta, setelah lepas dari Adara. Dasar lelaki benalu tak tahu malu.
Noey Aprilia
Hkum tbur tuai brlaku y bunga....
skrng cm bsa mnyesal kn???mga ga trulang d msa dpn....
mbok Darmi
semua akan menerima buah dari perbuatannya galang sdh nyungsep miskin bunga masuk penjara terjerat narkoba dan sheila semoga tobat dan sadar
Kamiem sag
entahlah bunga
kalo dikampungku orang galau patah hari gak bisa fokus sulit tidur datangnya ke psikolog atau ustadz atau tuan guru atau pendeta utk mendapatkan pencerahan bukan ke club miaras dan obat terlarang
Kamiem sag
syukurlah Sheila punya niat utk berubah jadi lebih baik
Kamiem sag
maaf ya Sheila utk kembali jadi temanmu NEHI!! bagiku dunia ini ramai dan jumlah orang baik jauuuhh lebih banyak dibanding orang sepertimu Sheila
entah kalo Adara lemah itu
Kamiem sag
semangat Dara Daren
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!