Ketidaksengajaan serta pengorbanan dalam sebuah kecelakaan membuat Alena langsung meninggal dan malah mengantarkan nyawa gadis itu dengan bertransmigrasi ke dalam salah satu novel favoritnya. Alena hanya menjadi adik dari salah satu teman protagonis pria—figuran. Dia hanya seorang siswi sekolah biasa, tanpa keterlibatan novel, dan tanpa peran.
Tapi, plotnya hancur karena suatu alasan, hidupnya tidak semulus yang dia bayangkan. Dia membantu masalah semua tokoh, namun di tengah itu, hidupnya tidak aman, ada orang yang selalu ingin mencelakainya.
____
"Aku memang bukan siapa-siapa di sini, tapi bukan berarti aku akan membiarkan mereka menderita seperti alurnya."—Alena.
~•~
note:
- author 'I Am A Nobody' di wp dan di sini sama
- Tokoh utama cerita ini menye-menye, lebay, dan letoy. Jadi, ga disarankan dibaca oleh org yg suka karakter kuat dan ga disarankan untuk org dewasa 20+ membacanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febbfbrynt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sisi Rapuh Antagonis
"Ayo pulang bareng."
Saat Alena masih tercengang, Audrey menarik tangannya menuju mobil yang hanya berisi pak Adi yang sudah menunggu, seakan-akan dia yang punyanya. Karena melihat Alena masih terlihat linglung, Audrey membukakan pintu mobil, yang hampir membuat rahang Alena jatuh.
"Ayo cepet masuk, ngapain bengong?"
Audrey merasa lucu melihat ekspresinya saat ini, ia menarik tangan temannya itu untuk masuk ke dalam mobil. Setelah menutup pintu, ia berjalan memutari mobil dan masuk ke sisi lain duduk di samping Alena.
"Itu temannya Non Alena, ya? Mau anterin temennya dulu, Non?"
Pertanyaan pak Adi menarik pikiran Alena. Ia mengangguk kaku yang mungkin terlihat di kaca spion oleh pak Adi. Setelah Audrey menyebutkan alamat rumahnya, mobil mulai berjalan santai.
Ekspresinya Audrey telah berubah, tidak dingin atau pun murung lagi seperti sebelumnya, namun terlihat lebih mudah didekati. Tetapi karena itu lah Alena merasa lebih santai dan cukup senang atas perubahannya. Apalagi, Audrey terlihat cantik saat tersenyum, bahkan mungkin Latasha akan kalah dalam hal kecantikan.
Memikirkan sesuatu, Alena langsung tenggelam dalam pikirannya.
***
'Complicated love' adalah judul novel, di mana tempat Alena tinggal sekarang. Artinya 'Cinta Yang Rumit'.
Novel ini, bukanlah tentang cinta pada pandangan pertama, bukan pula cinta antara si miskin dan si kaya, tapi ini adalah tentang persahabatan antara dua orang gadis dan satu pria di masa kecil mereka. Hanya saja, mereka terpisah karena masalah perasaan, keluarga, dan masalah rumit lainnya, lalu berakhir benci, cinta, dan saling terpisah satu sama lain.
Suatu hari, mereka bertemu kembali di masa SMA. Di sanalah kisah di mulai.
Mereka adalah protagonis wanita, protagonis pria, antagonis wanita. Antar lain, Latasha, Andreas, dan Audrey.
Mereka bertiga bersahabat dari TK, karena bersekolah di tempat yang sama. Walaupun sempat berpisah karena Andreas yang masuk SD duluan, namun mereka bertemu kembali di sekolah dasar.
Di sana, perasaan mulai muncul karena terbiasa bersama, di mana cinta segi tiga hadir. Audrey yang mencintai Andreas, Andreas yang mencintai Latasha, dan Latasha yang belum mengerti apa-apa. Namun, Audrey tahu, Andreas mencintai Latasha sehingga dia mulai membencinya.
Di sana, Audrey sudah kehilangan orang yang paling dicintainya, sehingga Audrey menjadi seseorang yang egois dan ingin memiliki Andreas, walaupun harus menyingkirkan sahabatnya sendiri. Audrey sudah melakukan perannya sebagai antagonis sampai-sampai sikap Andreas berubah total kepadanya.
Namun, pada suatu waktu, keluarga Latasha jatuh. Keluarganya yang bermarga Kenzie bangkrut karena kalah saing oleh keluarga terkaya lainnya, sehingga tiba-tiba Latasha tidak sekolah lagi di sekolah yang sama dengan Andreas dan Audrey. Lalu ... dia menghilang.
Audrey sangat senang, namun tidak dengan Andreas. Dia berusaha mencari orang yang dicintainya, hanya saja tidak ditemukan.
Sikap Andreas semakin dingin kepada Audrey, dan dia juga menyalahkan kepergian Latasha karena Audrey, itu membuat Audrey semakin membenci Latasha. Mereka bagaikan orang yang tidak pernah kenal selama empat tahun saling berpisah. Tidak berhubungan lagi seperti orang asing.
Walaupun Audrey tidak pernah menyerah mengejar Andreas, namun Andreas tidak pernah menganggapnya.
Lalu, suatu waktu mereka berkumpul kembali di masa SMA, dimana Andreas bertemu kembali dengan orang yang dicintainya, Audrey bertemu kembali dengan saingannya, dan Latasha bertemu kembali dengan sahabat lamanya.
Sikap hangat Andreas kembali, namun sikap antagonis Audrey semakin menjadi.
Hingga suatu hari, Audrey melakukan kesalahan fatal. Dia, yang biasanya tidak melakukan bully-an atau sesuatu lainnya kepada Latasha tanpa melakukan dengan tangannya sendiri, saat itu Audrey melakukannya.
Dia akan menabrak Latasha dengan kecepatan tinggi, tetapi Latasha di selamatkan Andreas yang saat itu melihat kejadiannya. Audrey lepas kendali, dan akhirnya dia menabrak sebuah truk.
Dia tidak selamat. Tidak ada yang bersimpati atau merasa kehilangannya kecuali kedua orang tuanya. Andreas malah semakin membencinya sampai mati, karena sedari awal Andreas telah tahu rencananya.
***
Itu adalah singkat ceritanya. Memikirkannya, Alena merasa bersimpati dengan Audrey yang berakhir tragis.
Alena akan membantu Audrey memiliki akhir yang baik, karena sekarang ia tidak peduli dengan alurnya. Lagi pula, dari pengamatannya, semuanya sudah kacau.
Alena menoleh menatap Audrey dengan tekad di matanya.
Audrey yang merasakan tatapan itu, menoleh dengan rasa ingin tahu. Melihat pandangan Alena yang tidak bisa ia mengerti apa artinya, Audrey memiringkan kepala heran. "Ada apa, Ale?"
Alena berkedip dan menggeleng cepat dengan senyum canggung. "Ah! Gak ada."
Audrey mengangguk heran, dan tatapannya kembali keluar jendela. Mobil diisi keheningan. Suasana memang tidak canggung, namun sangat tenang dan sunyi.
Setelah bermenit-menit berlalu, mereka sampai di gerbang. Alena bisa melihat sebuah rumah yang lebih besar dari rumahnya bernuansa emas dan putih. Ada seorang satpam yang membukakan gerbang setelah Audrey membuka kaca mobil untuk mengkode.
Mobil memasuki halaman, karena dari gerbang masih lumayan jauh untuk sampai di depan rumah. Di sini benar-benar indah seperti istana. Ada pepohonan cemara dan pohon lainnya yang tersusun rapi, ada taman dan di tengah halaman terdapat air mancur dengan sebuah patung yang unik.
Setelah mobil berhenti, Alena menghentikan melihat pemandangan indah itu dan menoleh ke arah Audrey yang sudah bersiap keluar mobil. Ia pun dengan cepat ikut keluar untuk berpamitan.
"Ayo, mampir dulu. Gak ada penolakan," katanya tiba-tiba membuat Alena terkejut dan linglung.
Sebelum Alena berkata sesuatu, Audrey sudah berbicara dengan pak Adi yang masih duduk di dalam mobil. "Pak, boleh pulang duluan. Alena main dulu di sini, nanti saya anterin sendiri Alenanya pulang."
Mata Alena mata membulat. Kenapa Audrey mengajak dia ke rumahnya?
Audrey berbalik ke arahnya dengan senyum merekah di wajahnya membuat Alena tertegun. "Ale, Ayo, masuk!"
Audrey terlihat antusias sembari menarik tangan gadis itu ke dalam rumah besarnya. Akhirnya dengan pasrah Alena mengikuti. Mengapa Audrey sangat bersemangat?
Tas Alena ada di mobil, jadi ia tidak sempat mengambil dan sekarang ia tidak membawa apa-apa selain ponsel di sakunya.
Setelah keduanya masuk, penglihatan Alena di sambut dengan ruangan megah dengan interior sangat mewah. Lampu berwarna emas besar di tengah ruangan, tangga lebar berbelok menuju ke atas.
Alena tidak bisa menyebutkannya satu-satu, karena terlalu banyak hal yang lebih mewah dari rumahnya yang memasuki penglihatan. Banyak pembantu berjajar yang menyambut Audrey.
Namun, Audrey mengabaikannya. Ekspresi semangatnya hilang dan kembali semula, tapi tangannya masih menarik tangan Alena. Dia berjalan lurus menaiki tangga dengan Alena yang mengikutinya di belakang
Setelah beberapa menit, Audrey menghentikan langkahnya di depan sebuah pintu kamar yang berbeda warna dengan pintu lainnya. Ia menoleh ke arah Alena dengan ekspresi santai.
"Ini kamar gue. Ayo masuk." Setelah mengucapkan itu, Audrey membuka pintu berwarna Abu-abu itu.
Alena mengikutinya masuk. Kesan pertama yang keluar dari benaknya adalah sangat gelap dan ... suram.
Bukanlah warna terang kamar seorang gadis pada umumnya. Kamar ini sangat luas dengan cahaya yang minim karena jendela tidak terbuka sepenuhnya. Lalu, dinding bernuansa abu-abu mendominasi, yang lainnya adalah warna putih yang sedikit. Cat warna hitam pun terlihat menutupi dinding menambah kesuraman.
Ada sebuah tempat tidur lebar di balut selimut berwarna dinding kamar ini. Banyak barang-barang lainnya yang tidak bisa ia sebutkan satu persatu.
Di nakas juga, terdapat foto seorang gadis kecil semirip Audrey. Selain itu, di sampingnya terdapat foto yang Alena duga Andreas yang masih kecil serta yang sekarang.
"Lo kenal sama dia?" Suara santai Audrey mengalihkan pandang Alena ke arahnya.
Alena lantas menoleh melihatnya berdiri di samping sama-sama menatap Foto Andreas.
Alena tersenyum canggung. "Nggak terlalu, sih. Tapi, aku pernah di kenalin kakak sama dia, jadi ... aku cuma tahu namanya aja.”
"Oh? kakak lo ... si Ravael itu?" tanyanya lagi tanpa menoleh.
Alena mengangguk pelan. Ia tahu Audrey melihatnya mengangguk lewat ekor matanya.
Setelah beberapa detik anggukan Alena, Audrey tiba-tiba menoleh dengan ekspresi rumit. "Ale, lo gak kepo soal gue sama Andreas?"
Alena menggeleng bingung. Audrey memicingkan matanya membuat Alena merasa tidak enak tanpa alasan.
"Terus ... lo kenapa nguping pembicaraan kita?"
Mata Alena terbelalak terkejut. Audrey tahu?
"Ah! Maaf! A-aku gak sengaja denger ... aku ...." Alena sangat panik sehingga suaranya tergagap.
Ia menundukkan kepala karena tidak berani melihat ekspresi Audrey, ia sangat malu. Hanya saja, setelah itu hanya ada keheningan aneh. Apa Audrey gak marah?
Alena mengangkat kepalanya penasaran. Yang ia lihat bukanlah ekspresi dingin dugaannya, tetapi sebaliknya. Audrey menutup mulutnya menahan tawa. Alena mengerjap heran.
"Hahaha ...." Audrey langsung tertawa lepas setelah melihat ekspresi Alena yang lucu.
"Audrey? Kamu kenapa ketawa? Kamu gak marah aku nguping?" Alena bertanya bingung melupakan kegugupannya.
"Sumpah! Wajah gugup lo lucu banget! Haha ...." Audrey mencoba menghentikan tawanya. "Ha ... lagian buat apa gue marah. Santai aja kali, gue cuma bercanda."
"Beneran? Tapi aku ngerasa bersalah karena udah nguping pembicaraan orang lain."
Dia menghela nafas. Tawanya sudah berhenti. Wajahnya menjadi serius. Lalu, dia menarik tangan Alena untuk duduk di kasur di sampingnya berhadapan.
"Iya, gak pa-pa. Lo udah tau sisi lain gue, lo udah tau kalo gue cinta sama dia, dan kayaknya lo udah tahu tentang gue dimata lo. Walaupun ... gue gak tau dari mana lo tahu, dan gue juga gak perlu tahu Alena ...."
Semakin banyak kalimat yang Audrey katakan, suaranya semakin lirih. Alena terkejut melihat matanya sudah berkaca-kaca sembari menggenggam kedua tangannya erat.
Dengan matanya yang sudah memerah, dia menatap Alena lekat. "Gue gak tau kenapa, gue selalu tenang kalo liat lo. Walaupun kita baru kenal gak nyampe setengah hari, gue selalu ke ingat seseorang ...."
Seseorang? Tanpa sadar pandangan Alena menangkap sebuah foto gadis kecil di atas nakas Audrey.
"... gue gak mau lo deket-deket sama cewek itu. Gue takut dia ngambil lagi orang yang gue sayangi, Alena ...."
"... tolong jadi sahabat gue, dan juga .... "
"... tolong jangan tinggalin gue."
Audrey menangis memeluk Alena.