Cintanya, harga dirinya, dan ketulusannya, telah ia berikan pada pria itu, dan bahkan sampai rela tidak menginginkan, James Sebastian, tunangan yang di jodohkan Ibunya kepadanya.
Tapi, apa yang ia dapat? Eleanor Benjamin, di tinggalkan pria itu, Richard Marvin, saat mereka akan melangsungkan pernikahan, demi wanita lain!
Hingga sebuah mobil menabraknya, dan ia meregang nyawa, Richard tidak memperdulikannya!
Eleanor berharap, seandainya ada kesempatan kedua untuknya! ia akan mendengarkan Ibunya. Dan membalikkan keadaan! membalas apa yang ia rasakan pada Ricard.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 7.
Sementara itu di apartemen Eleanor.
Berkali-kali Ricard mencoba membuka password apartemen Eleanor, selalu gagal, dan ia tidak bisa membuka apartemen Eleanor seperti biasanya.
"Dia sudah mengganti kode password apartemennya" gumam Ricard, sembari mencoba sekali lagi membuka kunci password apartemen Eleanor.
Merasa frustasi masih saja tidak dapat membuka kunci apartemen Eleanor, ia dengan cepat kembali menelepon Eleanor.
Sama seperti tadi, ia tidak dapat menghubungi Eleanor. Perasaan Ricard berkecamuk, ia merasa sangat khawatir memikirkan keadaan Eleanor.
Melihat darah pada bekas tamparan Eleanor pada pipinya, ia menduga luka yang di alami Eleanor, pasti luka yang sangat besar.
Ia tidak tahu bisa lepas kendali melihat Melanie jatuh di lantai, dan tanpa pikir panjang mendorong tubu Eleanor dengan reflek.
Sebelumnya Melanie mengiriminya pesan chat, mengatakan kalau Eleanor mengajaknya ke mall, untuk mempermalukan Melanie, karena menggagalkan pernikahan mereka.
Ricard membayangkan Eleanor lepas kendali menindas Melanie, karena cemburu berlebihan, yang menurutnya Eleanor semakin kekanak-kanakan.
Sama sebelumnya ponsel Eleanor tidak di angkat sama sekali, kembali Ricard menghubungi ponsel Eleanor, tetap saja Eleanor tidak menerima panggilannya.
Buk!!
Merasa kesal Ricard meninju tembok. Ia tidak menyangka Eleanor bisa berubah karena terlalu cemburu, dan menjadi keras kepala.
Merasa kesal karena tidak bisa bertemu dengan Eleanor, ia pun mengirim Eleanor pesan chat agar Eleanor jangan terlalu keras kepala.
'Kamu semakin tidak terkendali, aku peringatkan kamu sekali lagi, jangan terlalu keras kepala, Melanie hanya adik bagiku, kita besok akan menikah, bukankah itu keinginan mu? aku akan kabulkan apa yang kamu mau, agar kamu tahu, aku dan Melanie tidak memiliki hubungan apa pun, jangan lupa jam sepuluh pagi, kenakanlah gaun pengantin yang akan ku kirim padamu'
Ting!
Ricard akhirnya berhasil mengirim pesan tersebut kepada Eleanor, lalu kemudian meninggalkan pintu apartemen Eleanor.
Kali ini ia mencoba bersabar dengan sikap Eleanor, yang tiba-tiba menjadi sulit untuk menyenangkan hatinya.
Sementara Eleanor di rumah sakit, tidak perduli dengan pesan yang di kirim Ricard padanya. Dengan acuh tak acuh ia menghapus pesan tersebut.
Ia kembali memejamkan matanya untuk beristirahat, setelah malam ini ia selesai di opname, besok ia bisa pulang ke ibukota dengan tubuh yang sehat.
Tepat jam delapan pagi, Eleanor sudah di perbolehkan Dokter pulang setelah melakukan check out.
Begitu ia sampai di apartemennya, ia melihat seorang petugas pengiriman barang di depan pitu apartemen.
"Nona, apakah anda pemilik apartemen ini? sedari tadi salah menekan bel dan mengetuk pintu, tidak seorang pun yang membukakan pintu!" tanya petugas pengirim barang.
"Oh, iya benar, saya pemilik apartemen!" jawab Eleanor.
"Saya pegawai butik gaun pengantin, pelanggan baru kami atas nama Ricard Marvin, memberi alamat anda, untuk memberikan gaun pengantin yang ia pesan kepada anda!"
Petugas pengantaran gaun pengantin itu, menyodorkan kotak besar pada Eleanor. Dan, Eleanor dengan acuh tak acuh menerima kotak besar tersebut, lalu melihat faktur yang di sodorkan petugas untuk ia tanda tangani.
"Sepertinya ada kesalahan di sini, Ricard adalah sahabat saya, dia salah kasih alamat pada butik anda!" Eleanor mengembalikan kotak besar itu kembali kepada Petugas butik.
Eleanor meraih faktur yang di pegang Petugas butik, lalu merubah alamat apartemennya ke alamat apartemen Melanie.
Dan, menuliskan juga alamat tempat Pemberkatan pernikahan dalam faktur tersebut, agar memudahkan Melanie bergegas segera menemui Ricard.
Melanie sangat mencintai Ricard, dan Ricard sangat peduli pada Melanie, dalam sekecil apa pun yang terjadi pada Melanie.
Jadi, menurut Eleanor lebih baik mempersatukan mereka berdua, agar Ricard dapat melihat Melanie setiap hari, dan menjaga Melanie siang dan malam.
"Ini alamat yang seharusnya di tuju, mereka akan menikah jam sepuluh ini, sebaiknya anda segera membawanya ke alamat ini, agar mempelai wanita segera berdandan, jangan sampai ia terlambat ke Altar!" kata Eleanor dengan begitu tenangnya.
"Oh, iya baik, Nona!" Petugas butik dengan cepat berlalu dari hadapan Eleanor, membawa kembali kotak besar berisi gaun pengantin pilihan Ricard.
Eleanor tersenyum dingin membayangkan wajah Melanie yang kesenangan, saat menerima gaun pengantin pilihan Ricard tersebut.
Bersambung......