Arinsa, sorang dokter residen tahun ke-4 meninggal karena kelelahan. Tapi dia tiba-tiba membuka matanya dan melihat suasana yang jauh berbeda dengan kehidupan sebelumnya.
" Weeeh dimana ini, bukannya aku sudah mati? Beeeuh diiiingiiin."
Awalnya Arinsa tidak bisa mengetahui situasi nya hingga dia mendapatkan semua ingatan dari tubuh ini.
" Putri terbuang, dasar bajingan. Mereka yang tidak bisa mengendalikan kelaminnya tapi anak yang jadi korban. Tenang saja Arinsa, nama kita sama-sama Arinsa. Aku akan membalas semua rasa sakit hatimu. Dan kamu bisa istirahat dengan tenang. Kerajaan ini, akan aku hancurkan dengan tanganku."
Bagaimana cara Arinsa bertahan hidup dengan status barunya sebagai Putri Arinsa De Rouglas?
Dan bagaimana cara dia membalas dendam pemilik tubuh asli yang sudah diabaikan oleh keluarganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reyarui, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RAP 06
Gemerlap pesta ulang tahun Putra Mahkota Kerajaan Rou memang luar biasa. sepertinya ini adalah pesat yang sangat besar karena mengundang berbagai kerajaan dan juga kekaisaran. Kerajaan Rou yang memilih tidak terikat dengan kekaisaran manapun bisa dibilang netral.
" Selamat ulang tahun Yang Mulia Pangeran aah maaf Yang Mulia Putra Mahkota. Semoga kejayaan sellau berada di sisi Anda."
" Selamat uang tahun ... ."
Ariga De Rouglas tersenyum begitu lebar. Dia sangat puas dengan pesta ulang tahunnya kali ini. Semua perwakilan dari beberapa negara hadir. Pun dengan kekaisaran Sein juga Kekaisaran Aterna, mereka juga mengirimkan orang terbaiknya.
Bahkan kaisar muda yakni Carlo Von Sebastian dari Aterna juga datang. Saat ini sang kaisar muda itu tengah berbicara dengan Duke Muda Glen Heart Adentine dari Sein. Rumo yang beredar agaknya benar bahwa Carlo malah berteman akrab dengan anak-anak Grand Duke Adentine ketimbang dengan keluarga kekaisaran Sein.
Ini merupakan cita-cita dari Ariga yakni bisa dekat dengan dua orang besar yang memiliki kekuatan luar biasa. Siapa yang tidak kenal Adentine, satu-satunya Grand Duke di kekaisaran Sein, dan sekaran putranya menjadi seroang Duke muda. Meski usianya masih 21 tahun namun Duke Glen Heart Adentine merupakan sword master yang hebat sepeti sang ayah. Bukan hanya Glen namun kembarannya Glencia tak kalah hebatnya. Gadis itu memiliki kemampuan negosiasi yang hebat, dia juga merupakan ketua asosiasi pedangan di seluruh Sein.
" Kamu harus bisa dekat dengan Duke muda, dapatkan hatinya agar bisa mendapatkan hati saudari kembarnya. Putri Glencia Heart Adentine adalah calon istri yang paling sempurna. Dia juga akan jadi ratu yang mampu membuat Rou semakin besar."
Itu merupakan pesan dari Beatrix, ibu Ariga. Dalam pesta seperti ini sebenarnya merupakan sebuah kesempatan untuk bisa mencari koneksi dan keuntungan. Ya itu merupakan fungsi dari diadakannya sebuah pesta pergaulan bangsawan.
Ariga sangat senang sekali, semua benar-benar tertuju padanya. Meskipun kadang para wanita melihat ke arah Glen dan Carlo namun sekarang dia adalah pusat perhatian. Akan tetapi agaknya kesenangannya malam itu tidak berlangsung lama. Seseorang yang sudah lama tidak pernah muncul kini tiba-tiba muncul.
" Tuan Putri Arinsa De Rouglas memasuki aula!"
Tap tap tap
Semua orang terdiam, pun dengan Ariga. Dia seakan tidak percaya bahwa adik dari ibu yang berbeda itu datang ke pesta ulang tahunnya. Selama ini gadis itu tidak pernah muncul dan sekarang tiba-tiba datang namun penampilannya sungguh tidak layak.
" Mau apa dia, mau merusak pestaku?" Gumam Ariga kesal. Ia menatap tajam ke arah Arinsa agar adiknya itu menciut. Namun agaknya Ariga salah, Arin sama sekali tidak gentar dia malah melemparkan senyum kepada Ariga.
" Selamat ulang tahun, Kakak. Semoga Kakak selalu sehat dan kejayaan menyertai Kakak. Dan kepada Ayahanda juga Ibunda, semoga Anda berdua sellau sehat. Putri yang tidak berbakti ini sungguh sangat merasa bersalah karena tidak pernah datang untuk mengunjungi Orang Tua. Saya Arinsa De Rouglas, memberikan salam hormat."
Jeng jeng jeng
Sungguh pemandangan yang tidak biasa. Semua orang menjadi terpaku, bahkan Raja Flamenco De Rouglas sampai tidak bisa berkata-kata. Pria yang saat ini duduk di singgasananya menatap lurus ke arah Arinsa tanpa berkedip. Yang Arinsa tangkap adalah, Raja Flamenco seperti orang yang tidak percaya dengan yang ia lihat. Pun dengan Ratu Beatrix. Namun reaksi Ratu Beatrix jika diartikan maka memiliki makna tidak suka.
" Arinsa? Su-sudah lama ya tidak bertemu. Bagaimana kabarmu, Nak."
" Atas perhatian Ayahanda, saya baik-baik saja. "
Sialan, apa yang dia lakukan di sini. Wajahnya itu semakin lama semakin mirip dengan si jalangg itu. Lihatlah, Flamenco sampai terpaku seperti itu.
Beatrix, meskipun wajahnya tersenyum tapi tangannya jelas mengepal erat. Hal itu tidak lepas dari pandangan Arinsa. Ya dia sudah berhasil mengusik ular yang tenang. Namun Arinsa tidak gentar. Dia tentu harus maju.
Kedatangan Arinsa seketika menjadi buah bibir. Rumor yang beredar bahwa sang putri adalah wanita bodoh sehingga diasingkan itu seolah-olah diragukan. Melihat bagaimana berani dalam bersikap dan berbicara, jelas dia tidak bodoh.
Meskipun masih terlihat kaku, itu merupakan hal yang wajar karena selama ini dia jauh dari pergaulan sosial.
Tap tap tap
" Untuk apa kau kemari, brengsek!" Ariga berjalan mendekati sang adik, wajahnya yang kesal disembunyikan sembari mengatakan hal itu dengan cara berbisik. Namun Arinsa sama sekali tidak terganggu. Dia tersenyum lebar seolah tidak mendengar umpatan dari Ariga. Padahal saat ini dia ingin sekali melabuhkan sebuah pukulan tepat di wajah sang pangeran mahkota.
" Saya datang untuk memberi selamat dan doa kepada Kakak. Saya juga merindukan Kakak, apa itu tidak boleh?"
" Diam, kau tidaklah pantas menyebut ku kakak. Kau yang berasal dari darah rendahan itu tidak pantas untuk jadi adikku. Dasar ja~"
Hiks hiks hiks
Shaaah
Semua orang langsung melihat ke sumber suara. Mereka yakin tadi itu adalah suara isakan. Tapi siapa kah yang menangis?
" Hiks, saya tidak tahu kalau Kakak begitu membenci kepada saya sehingga syaa tidak boleh memanggil Anda dengan panggilan Kakak. Maaf Yang Mulia, kedepannya saya tidak akan lagi memanggil Anda kakak lagi."
" Apa, ini, bukan begitu."
Ariga mengangkat kedua tangannya, dia tampak panik saat ini. Terlebih saat air mata Arinsa terus saja mengalir.
Suasana aula pesta yang tadinya meriah berubah menjadi mencekam. Semua orang berbisik sambil melihat ke arah Ariga. Hal tersebut membuat Beatrix kesal. Wajahnya sudah tampak jelas. Beatrix juga sedang berpikir, tentang bagaimana cara untuk keluar dari suasana ini.
Ia mencoba menatap Ariga, namun Ariga tidak bisa melakukan apapun sekarang. " Tck, bocah bodoh," gumamnya kesal.
" Ekhem, Putri Arinsa mungkin sekarang Pangeran Mahkota sedah lelah jadi dia bicara sembarangan. Jadi maklum lah ya, Arinsa."
" Aah baik Baginda Ratu. Anda benar, mungkin Yang Mulia Pangeran saat ini sedang lelah. Saya tidak apa-apa. Mungkin saya juga yang sensitif. Kalau begitu, saya pamit undur diri. Oh iya Baginda Raja, saya ingin meminta Sir Gilman untuk ikut saya ke kastel sebagai kesatria pelindung saya. Apakah Baginda Raja mengizinkan?"
Momen yang sangat tepat ternyata diberikan oleh Ariga. Arinsa jelas senang karena itu bisa ia jadikan peluang. Dan mulai dari itu juga Arinsa memutuskan untuk tidak memanggil ayah, ibu ataupun kakak kepada keluarga kerajaan. Baginya mereka bukan keluarga jadi benar-benar waktunya pas sekali. Sekali dayung tiga pulau terlampaui.
" Oh ya, ambillah jika kamu memang suka, Arinsa."
" Terimakasih Baginda, saya pamit undur diri dulu. Semuanya silakan lanjutkan pestanya."
Tak tak tak
Arinsa pergi meninggalkan aula, sebuah seringai terbit di bibirnya. Ia pikir tidak akan ada yang tahu. Tapi ternyata tidak, ada satu orang yang melihat senyum kepuasan yang terbit dari bibirnya itu.
" Hmmm, gadis yang menarik."
TBC
wow apakah naga es disana? lagi kak jadi g sabar nih /Proud/
ayo reader sawerannya biar othor semangat /Kiss/
semoga tidak akan menjadi bibit hama untuk kehidupan arinsa /Sweat/
kangen banget nih, Ama othor juga walaupun lebih banyak Ama babang Glen /Smirk//Sly/