Menaklukan Hati Mertua

Ruben yang tak kenal akan pantang menyerah begitu saja, ia mulai segera untuk mengibaskan setelan jasnya kembali untuk menemui istri yang seharusnya istri sahnya, namun kenyataan ini memang berat untuk Ruben dan juga Jingga harus hadapi.

Ruben kini duduk dibangku pengemudi, pandangannya begitu kosong saat mengedarkan pandangan pada jalanan yang lenggang.

"Kenapa semua harus terjadi, aku harus punya istri lain selain Jingga. Tapi aku berjanji tidak akan pernah menyentuh Alisa seujung kuku sekalipun," batin Ruben.

Di sisi lain ,

Jingga saat ini sedang jam istirahat kantor, ia memutuskan untuk makan siang di kantin kantor.

"Mang, saya mau pesan yamien manis baso ya," ucap Jingga.

"Siap, neng geulis. Baso urat atau yang biasa neng?" tanya penjual.

"Biasa ajah deh," ucap Jingga.

Sambil menunggu makan siang, jingga mengecek ponsel pintarnya yang sejak tadi tak dia lihat. Mata dia membulat sempurna ketika banyak notifikasi pesan masuk dari sang suami.

Ting!

Pesan masuk

[Sayang, tolong dengar penjelasan aku. Aku terpaksa menikahi Alisa karena amanah dari Mommy aku. Aku nggak kasih tahu kamu karena aku tunggu waktu yang tepat untuk kamu. Kita bicarakan ini baik-baik ya, aku tunggu kamu di cafe luxury hari ini jam tujuh ya, love you sayang]

"Dia ini memang tak menyerah juga. Sudah aku cuekin dari kemarin, eh masih saja ganggu rutinitasku, "gerutu Jingga.

"Siapa sih yang ganggu rutinitasmu," ucap Arga yang duduk disebelah Jingga.

"Eh, Pak Bos kok duduk disini?" tanya Jingga.

"Memangnya ada larangan ya kalau bos nggak boleh duduk sebelah karyawan saat makan siang?" tanya Arga.

Jingga pun menyengir kuda," nggak sih Pak, hanya saja kok rasanya jadi aneh gitu, bos besar seperti Pak Arga mau duduk disebelah karyawan seperti saya ini,"

Arga menelan ludah," aneh gimana? Saya juga lapar kok. Saya juga berhak makan disini. Lagian dari tadi saya tanya kamu tak menjawab. Kamu dari tadi menggerutu siapa sih?"

"Ini loh pak, suami saya dari kemarin hubungin saya terus padahal saya sudah cuekin dia," ucap Jingga.

"Memang ada masalah apa kamu sama suami kamu," tanya Arga.

"Idih kepo banget deh urusan rumah tangga orang lain, pak Arga dilarang tahu," ucap Jingga.

"Saya kan atasan kamu jadi berhak tau tentang keluargamu juga,"ucap Arga.

"Yasudah, saya cerita deh. Sebenarnya saya lagi ada konflik sama suami saya. Ternyata dia menikah lagi sama pilihan orang tuanya tanpa suami saya kasih tahu saya terlebih dulu," ucap Jingga.

"Hah? Jadi selama ini kamu menikah tanpa restu dari mertua kamu?"tanya Arga sambil mendelik tajam ke arah jIngga.

"Iya, pak bos. Saya terpaksa karena saya saat ini lagi mengandung anak dari suami saya, " ucap Jingga.

Ruben membulatkan mata sepurna dan mengusap wajah tampan dengan kasar, lalu berkata," ya ampun jadi kamu hamil diluar nikah?"

"Ya, itu sempat kebablasan saat pacaran waktu itu, tapi saya yakin kalau hanya aku yang akan jadi satu-satunya istri Ruben dan bisa menaklukan hati mertuaku setelah aku punya anak dari Ruben,"lirih Jingga.

"Jingga, kamu itu bodoh karena cinta ya. Masa hanya karena ingin dapet restu kamu rela menyerahkan sesuatu yang berharga yang wanita harusnya jaga sebelum pernikahan, lagian Kalau kamu nanti hamil besar perusahaanku ini juga tidak bisa menerima kamu untuk sementara waktu, semua tugasmu akan tergantikan dulu, " ucap Arga.

"Tidak apa-apa, pak. Saya akan mengambil cuti juga karena saya ingin fokus buat menaklukan hati mertua saya," ucap Jingga.

"Beruntung banget yang jadi mertua, apa mending saya jadi mertua kamu saja ya biar kamu menaklukan hati saya saja," ucap Ruben sambil terkekeh.

"Ish! si Bapak minta dipukul suami saya ya kalau denger gombalan dari Bapak," ucap Jingga.

Ruben dengan terkesiap melonggarkan kemeja putihnya." Siapa takut, saya berani kok adu jontos sama suami kamu, "ucap Arga.

"Nggak akan menang, suami saya itu perkasa mau diranjang atau didunia persilatan sekalipun," ucap Jingga.

"Puji terus saja suamimu itu!" geram Arga sambil bangkit berdiri dan pergi dari hadapan Jingga.

Jingga hanya mengerucutkan bibirnya dan menggelengkan kepala," punya bos kelakuan kok minus."

Tak selang beberapa menit dari kepergian Arga, akhirnya Baso pesanan Jingga pun hadir. Dia pun mulai menambahkan sambal pedas kedalam mangkok ayam, lalu meniup baso yang masih dengan asap menggembul diudara.

"Memang paling enak kalau hati tak enak seperti ini makan baso yang paling pedes," ucap Jingga sambil menggigit baso tak berurat itu.

Rasa penat dikepalanya sirnah seketika, namun menjalar pada perutnya.

"Yaelah, kepalaku sudah tak penat. Tapi sekarang perutku yang sakit begini, aku perlu kekamar mandi sekarang," ucap Jingga sambil berlari kearah belakang.

*****

Kamar Mandi Wanita

Jingga mengambil beberapa tisue yang banyak untuk buang hajat, perutnya terasa terlilit akibat menambah sambal sebanyak sepuluh sendok.

Bret!!!

"Huh, leganya bisa keluar juga," batin Jingga sambil menghela napas panjang.

Namun ketika Jingga hendak keluar dari kamar mandi, beberapa teman kantor masuk. Hingga Jingga pun terpaksa harus menutup kembali pintu kamar mandi karena mendengar nama dia dan Arga disebut.

"Eh, lu tau tidak? tadi gua lihat pak Arga dan Jingga berduaan dikantin kantor," ucap Klara.

"Masa sih, nggak mungkin lah mereka main hati. Setau gua jingga itu sudah bersuami dan gua kenal suami si jingga itu si Ruben," ucap Mela.

"Bisa sajakan si jingga itu selingkuh sama pak Arga, secara pak Arga itu ganteng banget," ucap Klara.

"Ssst, sudahlah kita tak perlu lagi membicarakan teman sendiri. Ingat bentar lagi bulan puasa," ucap Mela.

"Iya, gua sih tak ingin di tikung sama si jingga. Lu tahu sendiri dari dulu sampai sekarang gua itu suka sama Pak Arga. Dia itu cowok idaman gua banget, "ucap Klara dengan tersenyum lebar.

"Iya, gua paham. Lu tenang ajah si Jingga kan sudah bersuami, jadi nggak mungkin dia main gila karena setau gua Jingga cinta mati sama si Ruben," ucap Mela.

"Bagus deh, Mel. Gua lega dengernya, tapi awas ajah kalau sampai Jingga berani untuk dekat lagi dengan Arga aku nggak akan tinggal diam," ucap Klara.

"Jangan begitu, dia itu juga kan teman kita,"ucap Mela.

"Eh, asal tahu ajah ya lu, dimana-mana yang namanya cinta itu nggak ada tuh yang namanya temen! bagiku dia kompetitor untuk menaklukan hati Pak Arga," ucap Klara.

"Ngeri banget deh, si Klara ternyata suka sama Pak Arga sampai aku tak dianggap temannya,"

TBC

(To Be Continued)

Tinggalkan Jejak berupa like, vote, dan subscribe