Raka secara tak sengaja menemukan pecahan kitab dewa naga,menjadi bisikan yang hanya dipercaya oleh segelintir orang,konon kitab itu menyimpan kekuatan naga agung yang pernah menguasai langit dan bumi...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mazhivers, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 13
Tiba-tiba, saat keheningan gua terasa begitu dalam, Raka merasakan sengatan aneh di telapak tangannya yang memegang Kitab Dewa Naga. Kitab itu terasa berdenyut lebih kuat dari sebelumnya, dan cahaya samar mulai terpancar dari sela-sela halaman yang tertutup. Raka dan Maya saling pandang dengan bingung.
Perlahan, tanpa disadari oleh Raka, ukiran sisik naga di punggung tangannya mulai terasa panas, seolah-olah membara dari dalam. Ia menahan desis kesakitan dan menatap tangannya dengan heran. Sisik itu tampak berkilauan lebih terang, dan garis-garis halusnya tampak bergerak-gerak di bawah kulitnya.
Saat Raka memfokuskan pandangannya kembali ke kitab, halaman-halaman kitab itu terbuka perlahan dengan sendirinya, seolah-olah ada tangan tak terlihat yang membaliknya. Angin sejuk tiba-tiba berhembus di dalam gua, membawa serta aroma bunga yang tidak dikenal. Di hadapan mereka, terhampar sebuah halaman yang tidak pernah mereka lihat sebelumnya. Di halaman itu, tergambar seekor naga emas yang agung terbang melintasi langit yang dipenuhi bintang-bintang, dan di bawahnya tertulis sebuah kalimat dalam aksara kuno yang kali ini, entah bagaimana, bisa dibaca oleh Raka dengan jelas di dalam benaknya: "Ketika hati yang murni bersatu, kebenaran akan menuntun."
Raka dan Maya saling bertukar pandang penuh keheranan. Apa maksud dari kalimat itu? Apakah itu berhubungan dengan perasaan mereka yang baru saja mereka ungkapkan?
Tiba-tiba, dari luar gua, terdengar suara gemerisik yang semakin mendekat. Itu bukan lagi raungan mengancam seperti sebelumnya, tetapi suara langkah kaki yang tergesa-gesa di antara dedaunan dan ranting. Raka dengan sigap memadamkan api kecil dengan menimbunnya menggunakan pasir. Mereka berdua bersembunyi di balik formasi stalagmit yang besar, mengawasi pintu masuk gua dengan jantung berdebar-debar.
Beberapa saat kemudian, seorang wanita muda berjubah cokelat dengan wajah yang tampak kelelahan dan ketakutan muncul di mulut gua. Ia membawa sebuah tas kulit besar di tangannya dan matanya melihat ke sana kemari dengan waspada. Ketika ia melihat ke dalam gua yang gelap, ia berhenti sejenak, tampak ragu untuk masuk.
Raka dan Maya saling berbisik. Siapakah wanita ini? Apakah ia salah satu musuh mereka, ataukah ia seorang sekutu yang tidak terduga?
Sebelum mereka sempat memutuskan untuk keluar dan menyapanya, wanita itu berbicara dengan suara pelan namun jelas, "Adakah seseorang di dalam? Aku tidak bermaksud jahat. Aku hanya mencari tempat berlindung."
Raka dan Maya saling bertukar pandang lagi. Ada sesuatu dalam nada suara wanita itu yang terdengar tulus. Raka memutuskan untuk memberanikan diri.
"Siapa kau?" tanya Raka dengan suara pelan, keluar dari balik stalagmit.
Wanita itu terkejut dan mundur selangkah, tangannya meraih sesuatu di balik jubahnya. Namun, ketika ia melihat Raka dan Maya, ekspresinya berubah menjadi lega. "Syukurlah," katanya sambil menghela napas. "Aku Kira aku satu-satunya yang selamat."
"Selamat dari apa?" tanya Maya, keluar dari persembunyiannya.
"Dari serangan para sosok berjubah hitam itu," jawab wanita itu. "Mereka menyerbu desa kami tadi malam. Aku berhasil melarikan diri, tetapi aku tidak tahu ke mana harus pergi."
Raka dan Maya terdiam. Jadi, desa lain juga diserang? Apakah ini ulah Kaldor?
"Siapa namamu?" tanya Raka.
"Aku adalah Sinta," jawab wanita itu. "Dan kalian?"
Raka memperkenalkan dirinya dan Maya. Sinta tampak lega bertemu dengan orang lain. Mereka bertiga duduk bersama di dalam gua, Sinta menceritakan tentang serangan di desanya. Ternyata, para sosok berjubah itu juga mencari sesuatu di desa Sinta, sebuah artefak kuno yang diyakini memiliki kekuatan magis.
Saat Sinta menyebutkan tentang artefak itu, Raka merasakan firasat aneh. Ia mengeluarkan Kitab Dewa Naga dari keranjangnya dan memperlihatkannya kepada Sinta. "Apakah artefak yang mereka cari… seperti ini?"
Mata Sinta membelalak melihat kitab itu. "Ya! Itu dia! Bagaimana kau bisa mendapatkannya?"
Raka dan Maya menceritakan tentang penemuan mereka di hutan dan tentang kejaran Melati dan para pengikut Kaldor. Sinta mendengarkan dengan seksama, raut wajahnya menunjukkan ketidakpercayaan dan ketakutan.
"Kalian menemukan Kitab Dewa Naga?" bisik Sinta dengan nada penuh keheranan. "Kitab itu adalah legenda di desa kami. Kami percaya kitab itu menyimpan kekuatan para dewa naga dan hanya akan muncul di saat dunia membutuhkan seorang pelindung."
Kata-kata Sinta membuat Raka merinding. Apakah ia benar-benar orang yang ditakdirkan untuk melindungi kitab ini? Dan apa hubungannya dengan artefak yang dicari di desa Sinta?
Tiba-tiba, Sinta meraih lengan Raka dengan panik. "Kalian harus pergi dari sini! Tempat ini tidak aman lagi! Aku melihat salah satu dari mereka tadi pagi tidak jauh dari sini. Mereka pasti sedang mencari kalian!"
Ketakutan kembali mencengkeram hati Raka dan Maya. Mereka harus segera pergi, tetapi mereka tidak tahu ke mana harus mencari perlindungan.
"Sinta," kata Raka dengan cepat, "kau bilang desamu diserang tadi malam. Apa kau tahu ke mana para sosok berjubah itu pergi setelah itu?"
Sinta berpikir sejenak. "Aku mendengar mereka berbicara tentang menuju ke arah pegunungan di utara. Mereka bilang, di sana ada sebuah kuil kuno yang menyimpan rahasia penting."
Kuil kuno di pegunungan utara… Itu adalah tempat yang sama yang disebutkan oleh Bram. Apakah mungkin Kaldor juga mencari kuil itu?
Raka dan Maya saling bertukar pandang. Mereka tahu apa yang harus mereka lakukan. Mereka harus menuju kuil itu. Mungkin di sana mereka akan menemukan jawaban yang mereka cari, dan mungkin mereka juga akan menemukan cara untuk mengalahkan Kaldor dan melindungi dunia dari kegelapan abadi. Dengan tekad yang membara dan harapan yang tipis, mereka bertiga bersiap untuk melanjutkan perjalanan, tidak menyadari bahwa di setiap langkah, bahaya dan misteri akan terus mengintai, dan pengkhianatan mungkin akan datang dari arah yang tidak terduga.