Felyn Rosalie sangat jatuh cinta pada karya sastra, hampir setiap hari dia akan mampir ke toko buku untuk membeli novel dari penulis favoritnya. Awalnya hari-harinya biasa saja, sampai pada suatu hari Felyn berjumpa dengan seorang pria di toko buku itu. Mereka jadi dekat, namun ternyata itu bukanlah suatu pertemuan yang kebetulan. Selama SMA, Felyn tidak pernah tahu siapa saja teman di dalam kelasnya, karena hanya fokus pada novel yang ia baca. Memasuki ajaran baru kelas 11, Felyn baru menyadari ada teman sekelasnya yang dingin dan cuek seperti Morgan. Kesalahpahaman terus terjadi, tapi itu yang membuat mereka semakin dekat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Xi Xin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dia Perhatian
Sepulang sekolah ….
Bel pulang sekolah pun berbunyi, para pelajar mulai berhamburan keluar dari kelas mereka.
Karena kejadian tadi pagi, Nadin harus terus memperhatikan sahabatnya itu, ia merasa khawatir terjadi sesuatu lagi pada Felyn.
Nadin pun menghampiri Felyn yang tengah membereskan barang-barangnya. "Sini, biar aku bantuin biar cepet!" ucapnya pelan.😇
Felyn merasa kebingungan. "Tumben, biasanya liatin aja."🤨
"Ih, kamu kan lagi sakit jadi aku harus bantuin kamu lah."🙄
"Oh, jadi kalau aku gak sakit kamu gak mau bantuin aku gitu?"🤭Felyn mengangguk. "Ya, terserah deh!"😏
"Ish, bukan gitu juga sih. Ya, kalau aku lagi niat, aku bantuin kamu, hehe."😅
Setelah berkemas, Nadin memegangi lengan Felyn supaya tidak terjatuh karena kakinya masih belum bisa bergerak dengan baik. Saat tiba di koridor lantai 1, Morgan langsung muncul di depan Felyn dan Nadin yang tengah berjalan.
Mereka berdua hampir menabrak tubuh Morgan saat itu.
😣"Astaga, Morgan? Kenapa kamu berdiri di tengah jalan sih?" tanya Felyn.😤
Nadin ikut memanas, " Ih, iya nih. Eh, es batu! Gak tahu tempat mana yang buat jalan ya?"😡
Tanpa menjawab perkataan dari Felyn dan Nadin, Morgan langsung memberikan sebuah obat, yaitu Gel diclofenac yang merupakan obat untuk tulang yang keseleo pada Felyn.
Felyn membolak-balik obat tersebut karena penasaran. "Apa ini?"😑
Setelah memberikan itu ia langsung pergi tanpa memberi penjelasan apapun.
"Woi, es batu! Asal main pergi aja gitu, gak sopan banget deh." teriak Nadin.😤😡
Felyn baru menyadari bahwa obat itu sangat berguna untuk mengobati kakinya yang masih terkilir itu. Ia memperhatikan Morgan yang berjalan keluar melalui gerbang, tanpa melihat ke belakang lagi. Felyn berniat mengejar, tetapi kakinya tidak memungkinkan untuk melakukan hal itu sekarang.
"Fel, apa yang dia kasih?" tanya Nadin. Felyn menunjukkan obat tersebut pada Nadin.
Nadin pun langsung membaca informasi yang ada di kotak kecil obat tersebut. "....Ini obat buat…."😕🧐Nadin memperhatikan raut wajah Felyn.
Felyn mengangguk, "Iya, untuk kakiku."🙁
Nadin pun mengembalikan obat tersebut pada Felyn, "Nih. Aneh banget sumpah, tuh anak sebenarnya mau apa sih?"😒🤔
Felyn menepuk pelan bahu Nadin, "Din, jangan berpikiran macem-macem lah! Mungkin dia cuma khawatir aja, sebagai teman sekelas?" ucapnya.🙂😌
🙄"Iya deh, terserah aja."
Mereka berdua pun kembali berjalan untuk menuju ke halte busway.
Keadaan di Gramelove tempat biasa Wira dan Felyn bertemu …..
Sudah hampir 4 jam Wira menunggu Felyn, tetapi ia tak juga muncul. Itu membuat Wira mondar-mandir di dalam toko tersebut sambil memanfaatkan tubuhnya yang tinggi untuk mencari di sekeliling keramaian di sana, tetapi ia tidak juga menemukan Felyn.
Wira berkali-kali melihat jam tangannya dan tampak gelisah. "Padahal udah jam pulang sekolah kan? Kenapa dia tidak datang juga."😐😪
"Apa dia sengaja menghindar? Atau terjadi sesuatu? Atau…..agh, jangan memikirkan macam-macam Wira!!"😬😩
Wira pun teringat kalau kemarin ia memberikan nomor ponselnya pada Felyn dan ia menyesali hal itu.
"Bodoh! Wira, ternyata kamu itu bodoh!" Ia memaki dirinya sendiri sambil berjalan kesana-kemari mencari Felyn.🤬😠
"Kenapa gak aku aja yang nyimpan nomor nya? Kenapa aku malah kasih nomorku ke dia?!" Wira makin kesal sendiri. "Kalau kayak gini kan jadi susah, mau menghubungi siapa coba?"😓😤
Kembali ke Felyn ….
Felyn baru saja tiba di rumah, dan ia langsung diceramahi oleh ibunya yang ternyata pulang cepat dari jam kerja biasanya.
"Felyn, kamu kok gak nelfon Ibu biar dijemput? kalau gini kasian si Nadin kan." ucap ibunya dengan nada khawatir.😧😔
Felyn duduk di sofa yang ada di ruang keluarga. "Bu, Felyn gpp kok. Cuma keselo dikit, entar sembuh sendiri."☺😁
😪"Ya udah, Ibu ambil kan es sama kain dulu di belakang, biar ibu kompresin!"
Felyn mengangguk sambil melihat ibunya berjalan menuju ke dapur.
Ia menatap kaki nya yang sakit itu lalu mengambil kembali obat yang tadi diberikan oleh Morgan padanya. Tidak berkata-kata, Felyn hanya menatap benda tersebut sambil memikirkan apa yang sebenarnya ingin dilakukan oleh Morgan.
😲Felyn juga baru ingat, dia belum memberitahu Wira kalau dia tidak bisa mampir ke toko buku biasa karena kakinya.
"Ah, untung aja aku ingat sama Kak Wira." ucapnya sambil mengeluarkan ponselnya dari dalam tas.
Felyn pun bergegas mengirimkan pesan ke Wira.
Felyn mengirimkan chat di Whatsbook, tetapi Wira tidak membalasnya padahal terlihat jelas bahwa ia sedang online.
😡"Kok cuma di read aja sih? Apa dia sengaja nih."
Felyn pun mengirimkan pesan lagi, kali ini spam adalah pilihannya.
Setelah chatingan dengan Wira, Felyn merasa sedikit lega karena ia sudah mengabari. Tetapi, ia sedikit kasihan karena Wira harus kembali pulang tanpa bertemu dengannya, padahal sudah menunggu lama di toko tersebut.
😪"Huufh, untungnya Kak Wira gak marah." ucapnya. "Kalau aja gak kayak gini, mungkin bisa ketemu sama…." Tiba-tiba Felyn ingat bahwa waktu itu ia mendaftar pre-order buku terbaru dari penulis kesayangannya.
"Oh, iya. Itu Sisin Kim kapan coba datang langsung ke toko buku? Biar bisa langsung liat orangnya+minta tanda tangan+foto bareng."🤤🤩
"Ah, kan aku udah isi formulirnya jadi mereka bisa kasih tahu kapan bukunya udah bisa dibeli."
🤩😱"Pokoknya aku gak sabar pengen baca buku terbaru L&M. Gak enak tahu kisahnya digantungin gitu!🤧" ungkapnya sambil merebahkan badannya di sofa.
Tak lama ibunya datang dengan membawa perlengkapan untuk mengompres kakinya yang terkilir itu.
"Fel, duduk dulu. Ibu mau kompres biar gak makin sakit nanti," perintahnya dengan nada lembut.
Felyn pun bergegas kembali duduk dan meletakkan kakinya di atas pangkuan ibunya. Ibunya mengusap perlahan bagian yang Felyn bilang sakit, dengan penuh kasih sayang dan kekhawatiran seorang ibu, ia tetap memberi nasihat pada putri kesayangannya itu.
"Makanya, kalau jalan hati-hati dong. Kamu selalu aja ceroboh!"
🤨"Hah, kok malah Felyn? Justru Felyn duduk diam aja, Bu. Eh, tiba-tiba bola jatuh ke kepala, pas jatuh malah jatuh di tempat yang salah." jelas Felyn panjang lebar.😣😔
"Ya sudah, jangan dendam sama teman! Ada-ada saja kalian tuh.."
"Felyn mana pernah kayak gitu, Bu. Jahat banget dah."😅
"Kan cuma ingatin kamu aja."
Walau hanya tinggal berdua, tetapi peran ibu dan ayah mampu dipegang oleh satu wanita karir dan penyayang seperti ibu Felyn. Ditinggal suami lebih dari 10 tahun lamanya, membesarkan sang anak sendirian, harus bekerja lebih keras demi menghidupi kehidupan. Itulah seorang ibu.
BERSAMBUNG …..