Dendam Salah Arah

Jepang

Beberapa waktu yang lalu

Di salah satu restoran bintang 5

Terlihat rombongan para wanita kelas atas berkumpul dalam ruangan tersebut, Begitu heboh dengan pembicaraan mereka antara satu dengan yang lainnya.

Suara tawa terdengar cukup nyaring, Sebagaimana layaknya para ibu ibu yang heboh ketika bertemu dengan teman teman mereka.

Ada banyak pembahasan yang membuat mereka saling menimpali, Baik itu tentang menantu, Anak atau cucu, Pekerjaan dan pembahasan yang lain.

Dan yang menjadi pembahasan mereka kali ini adalah tentang anak anak mereka yang telah menikah.

Membuat salah satu wanita di antara mereka memilih menyingkir dan duduk di ujung ruangan dimana terdapat jendela cukup besar di sana.

Pikirannya menerawang jauh, Entah apa yang dia pikirkan namun semua orang di sana tau apa masalah wanita tersebut, Memilih enggan mengganggu ketenangan wanita itu.

Huftttt

Wanita itu menghela nafasnya beberapa waktu.

"Kenapa memaksakan diri kemari? Jika membutuhkan ku aku bisa menemui mu Teressa"

Suara seseorang membuat wanita yang di sebut Teressa mengalihkan perhatiannya, Menatap orang tersebut kemudian mengembangkan senyumnya.

"Aku ingin mencari angin segar, Melihat dunia apa saja yang sudah berubah ketika aku mengurung diriku di balik kegelapan, Marida"

Jawab wanita tersebut dengan memaksakan senyuman di bibirnya.

Marida, Wanita itu diam tidak tau harus bagaimana menimpali ucapan sahabatnya itu.

Ya sahabat, Mereka berteman sejak menginjak sekolah menengah pertama, Hingga sampai saat ini.

"Minumlah"

Sahut Marida kemudian, Yang meletakkan segelas coklat hangat di atas meja yang ada di hadapan mereka, Kemudian duduk tepat di samping sahabatnya.

Teressa tersenyum, Menatap segelas coklat tersebut dalam waktu yang cukup lama.

"Kau masih ingat minuman kesukaanku"

Ucap Teressa yang kemudian menatap Marida.

"Tentu saja, Pertemanan kita cukup lama hingga membuat semua tentangmu dan tentang pertemanan kita selalu tertanam di otakku"

Timpal Marida.

Teressa tidak lagi menimpali, Memilih membuang pandangannya ke arah luar jendela besar di hadapannya.

"Sudah berapa lama aku mengurung diri, Marida?"

Tanya wanita tersebut tanpa berniat mengalihkan perhatiannya.

"Itu sangat lama, Aku bahkan ragu menghitungnya"

Jawab Marida pelan.

"Kegelapan itu seolah menutup pintu cahaya dalam duniaku, Membuatku sulit untuk menemukan jalan keluar dari kegelapan itu"

Teressa berkata dengan pelan, Hingga dia merasa Marida menggenggam tangannya.

"Percayalah, Jika nanti cahayamu akan kembali, Membawa sejuta kebahagiaan yang menggantikan seluruh rasa sakit mu, Teressa"

Marida berusaha menghibur sahabatnya, Dia tau betul bagaimana hancurnya perasaan dan hidup Teressa di masa lalu.

Bahkan jika itu terjadi padanya, Maka dia rasa dia sudah pasti gila atau bahkan memilih untuk mati.

Saat itu tepat saat dirinya berada di London untuk membawa putranya berlibur, Dia mendengar kabar jika Teressa kecelakaan, Bahkan saat itu wanita itu dalam kondisi hamil besar.

Kecelakaannya begitu parah, Membuat dia mengambil penerbangan saat itu juga untuk kembali ke Jepang.

Kabar pertama yang masuk di telinganya kala itu adalah, Teressa harus melakukan SC karna pendarahan hebat, Untuk mengeluarkan bayinya meski belum cukup di waktu yang di tentukan.

Saat itu sebuah kelegaan di hatinya ketika tau jika bayi sahabatnya selamat meski dalam kondisi prematur.

Namun kabar selanjutnya membuat keluarga Teressa yakni keluarga Damaresh terguncang, Jika rahim Teressa harus di angkat demi keselamatan dan Kesehatannya di masa depan. Itu artinya sahabatnya tidak akan bisa hamil lagi.

Namun Teressa menghibur dirinya kala itu, Berfikir jika dirinya telah memiliki bayi yang mereka beri nama Calysta, Maka tidak memiliki bayi lagi di masa depan bukan masalah yang besar.

Tapi siapa sangka, Ketika umur bayi mungil dan cantik itu menginjak usia 3 bulan, Bayi sahabatnya menghilang di kabur oleh pelayan di rumah keluarga Damaresh itu sendiri.

Dan saat itu pencarian besar besaran di lakukan oleh 2 keluarga besar dan tersohor di dunia. Yakni keluarga Gideon dan keluarga Damaresh, Bahkan dia dan suaminya turut membantu pencarian tersebut.

Namun saat itu, Pelayan yang mencuri bayi Teressa telah di temukan, Sayangnya bayi sahabatnya hilang entah kemana.

Dan itu adalah awal dari kegelapan yang menimpa keluarga Damaresh, Teressa mulai menghilang dari keramaian memilih terkurung dalam kegelapan.

Teressa yang mendengar perkataan sahabatnya hanya bisa tersenyum getir, Saat ini dia berusaha mengikhlaskan segalanya, Meski akan membuat jiwanya mati secara paksa.

"Bagaimana kabar Lucas? Dia pasti tumbuh menjadi pria yang sangat tampan"

Tanya Teressa yang tiba tiba teringat dengan putra Marida, Dia pikir sudah berapa lama dia tidak melihat pria itu, Mungkin terakhir sejak masih kecil.

"Ahahah tentu saja, Dia sangat tampan hanya saja sedikit kerasa kepala membuat kepalaku pusing"

Jawab Marida yang sedikit mengeluh ketika mengingat kelakuan putranya.

Namun tiba tiba sesuatu terlintas dalam pikirannya, Membuat dia tersadar dan lansung membalikkan tubuh Teressa dengan cepat.

"Teressa, Astaga bagaimana bisa aku melupakannya"

Pekik wanita itu membuat Teressa terkejut, Lantas tertawa ketika mengingat sifat Marida sejak dulu yang selalu heboh di setiap berita tidak lah berubah.

"Ada apa?"

Tanya wanita tersebut yang kembali membalikkan badannya, Tangannya bergerak meraih segelas coklat hangat yang kini mulai dingin.

"Aku bertemu gadis yang mirip denganmu, Teressa"

Sahut Marida cepat yang membuat gerakan tangan Teressa terhenti.

"Mungkin hanya mirip Marida, Kau tau di dunia ini kita memiliki kembar di belahan dunia yang berbeda meski tidak memiliki hubungan darah"

Timpal Taressa kemudian, Dia tidak ingin berharap banyak kali ini.

"Itu memang benar"

Ucap Marida kembali membuat Teressa tersenyum getir. Tapi yang di katakan Marida selanjutnya membuat wanita itu mematung.

"Tapi bukankah sangat aneh jika kalian sangat mirip, Hanya saja mata kalian yang berbeda, Tapi itu justru semakin aneh Teressa, Karna warna bola mata gadis itu mirip dengan Alexander, Bahkan tinggi badan warna kulit juga mirip dengan Alexander"

Jelas Marida panjang lebar membuat Teressa menatap sahabatnya dengan cepat.

"Kau yakin?"

Teressa berusaha memastikan.

Marida lantas menganggukkan kepalanya cepat.

"Aku sangat yakin, Tapi karna saat itu aku terburu buru, Aku benar benar tidak sempat menanyakan namanya, Kami sempat berbicara, Itu membuatku menebak jika dia tidak tinggal di Jepang"

Sahut Marida kembali.

Teressa memegang jantungnya yang berdebar kencang saat ini, Salah kah dia jika dia berharap lagi?

"Teressa, Segera hubungi uncle Hussain, Minta dia mengecek Cctv cafe xxx di tanggal 20, 2 bulan yang lalu"

Sahut Marida lagi membuat Teressa menganggukkan kepalanya, Dengan tangan gemetar dia mencari ponsel miliknya, Kemudian mencari nomor uncle Hussein untuk mengecek cctv seperti yang dikatakan Marida padanya

Dalam hati wanita itu berharap, Berharap jika kali ini penantiannya akan berakhir bahagia,