Ikhtisar :
Untuk menyelamatkan pesantren dari seorang mafia yang ingin menggusur pesantren yang bernama Jack Jatnika, Khalisa Amira rela menjadi istri Jack sekaligus menjadi budaknya. Tapi siapa sangka Khalisa bukan wanita biasa, yang menerima apa yang terjadi padanya. Jack terkejut saat mengetahui masa lalu Khalisa, bahkan dialah tunduk padanya. Taktik apa yang Khalisa gunakan untuk menaklukkan mafia kejam sepertinya itu ?
Baca selengkapnya !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indah Mayaddah f, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 Hari Kebebasan
Penjaga sel itu mendekat, Khalisa sangat menarik dan memikat karena parasnya yang cantik dengan rambut panjang yang tergerai.
“Jangan menggodaku, kamu membuat aku tidak bisa menahannya” Ucap Penjaga sel itu berdiri di depan Khalisa.
“Aku memang sengaja menggodamu pak” Jawab khalisa dengan suara seksinya
Penjaga itu tak tahan, tangannya masuk ke dalam sel ingin meraba dada Khalisa.
Sreeet …
Dalam sekali gerarakan, Khalisa berhasil memotong nadinya.
“Aaaarrrrrrrggggghhhhhhh !” Penjaga sel itu sempat menjerit kencang tapi tak lama nadinya terputus.
Khalisa menarik tangan penjaga sel, darah di tangannya menetes dengan deras, Khalisa hanya mengambil kunci pintu sel lalu melepaskan tangan laki-laki itu.
Bruuug …
Penjaga sel jatuh ke bawah, dia sudah tidak bernyawa lagi. itu pembunuhan pertama yang Khalisa lakukan. Dia sudah tidak memikirkan nyawa siapa, tapi bagaimana keluar dari tempat terkutuk itu bersama teman-temannya.
“Khalisa, kamu membunuhnya ?” Tanya Rian, dia dan teman-teman yang lainnya terkejut melihat Khalisa melakukan hal kejam seperti itu
“Aku hanya memilih di bunuh atau membunuh” Jawab Khalisa dengan tatapan tajam, dia menjadi haus darah setelah apa yang terjadi pada teman-temannya.
Dia tidak akan mengampuni siapa pun di tempat itu, hatinya sudah terlalu sakit. Dia tidak peduli berapa orang yang akan mati di tangannya.
Rian mengangguk, sebelumnya Khalisa memang bicara akan melakukan apa pun agar bisa membebaskan mereka semua. Khalisa meghampiri Ruby yang lemah di sudut sel.
“Ruby, kita akan bebas. Bertahanlah” Ucap Khalisa
“Aku akan melihat cahaya matahari lagi ?” Tanya Ruby yang di angguki oleh Khalisa
Ruby tersenyum, dia lupa kapan terakhir melihat semua itu.
“Rian, jaga Ruby. Aku dan teman-teman yang lain akan mengurus semua ini” Ujar Khalisa
Rian mengangguk, Khalisa dan teman-teman lainnya keluar dari sel itu mereka memegang senjata dari tulang. Semua itu atas ide yang di berikan oleh Khalisa pada teman-temannya.
“Hari ini hanya ada dua pilihan untuk kalian, mati karena ingin bebas atau mati karena mereka jual. Kalian semua harus memilih yang mana” Ucap Khalisa
Mereka semua mengangguk, satu persatu mereka membuka pintu sel yang berjejer sepanjang Lorong. Sebagian dari mereka merusak cctv di tempat itu, Khalisa dan teman-temannya yang berjumlah ratusan orang itu bergerak satu tujuan. Mereka sudah mendapatkan arahan selama beberapa bulan ini untuk bisa keluar dari tempat itu.
Braaak …
Pintu besar itu di dobrak hingga terbuka, di luar terdapat beberapa penjaga. Khalisa dan mereka semua menyerang penjaga, Khalisa tidak ragu membunuh siapa pun yang menhalanginya untuk bebas.
Sreeet … Sreeet … Sreeet …
Khalisa menusuk denga tulang runcing, satu persatu sampai semua orang di Lorong yang menghalangi jalannya keluar dari gedung besar itu.
Bruk … Bruk … Bruk …
Penjaga-penjaga itu mati tergeletak di lantai, tempat itu di penuhi dengan darah segar.
“Abi, uma kini aku menjadi seorang pembunuh tapi aku tidak bisa bertahan hidup tanpa membunuh” Batin Khalisa, dia akan selalu inga tapa yang di ajarkan kedua orang tuanya tapi hidup membawanya pada kehidupan yang menyakitkan.
Tak ada lagi air mata, hanya rasa sakit dan kebencian yang menguasai jiwanya. Khalisa keluar dari gedung itu, gedung yang menyerupai bangunan pabrik berukuran besar.
“Matahari !” Suara teman-temannya takjub melihat sinar mata hari.
Mereka hampir tak pernah melihatnya semenjak terkurung di dalam, cahaya matahari seperti harta berharga untuk mereka semua.
“Gedung itu tujuan akhir kita, habisi siapa pun yang akan menghalangi jalan kita untuk bebas” Titah Khalisa sambil menunjuk sebuah gedung.
Mereka semua mengangguk, Khalisa pahlawan revolusi untuk mereka. Khalisalah yang mengajarkan mereka untuk berani dan tidak takut mati.
“Serang” Titah Khalisa
Semuanya berseru, kemudian maju ke depan mengambil apa pun yang bisa di gunakan untuk membunuh dan merusak CCTV yang ada. Mereka masuk ke dalam gedung itu, membunuh satu persatu orang yang ada dengan beringas. Meski pun ada Sebagian dari mereka yang menggunakan pistol untuk menembak.
Dor … Dor … Dor …
Beberapa tembakan mengenai teman Khalisa, membuat Khalisa semakin marah. Darahnya semakin mendidih, dia mengambil meja untuk berlindung dari peluru. Dia maju ke depan dengan cepatnya.
Dor … Dor … Dor …
Khalisa tak sedikit pun takut, apalagi takut mati. Dia sudah mati rasa semenjak ada di tempat itu.
Dug …
Meja itu di gunakan untuk menghajar laki-laki yang menggunakan pistol untuk melukai teman-temannya.
Dug … Dug … Dug …
Khalisa memukulnya beberapa kali sampai pistolnya terlepasdari tangannya dan dia tersungkur di bawah. Khalisa tersenyum mengerikan, dia mengambil pistol itu dan menembaknya.
Dor …
“Hahaha” Khalisa tertawa menakutkan karena rasa sakit yang begitu menusuk dadanya.
Dor … Dor … Dor …
Salah satu penjaga di sana menembak, Khalisa langsung mendoyongkah tubuhnya ke belakang untuk menghindari peluru yang datang. Kemudian dengan Gerakan cepat dia menembak orang itu.
Dor …
Satu tembakan berhasil mengenai orang itu dan membuatnya mati tersungkur ke bawah. Khalisa memegang pistol di tangannya, dia naik ke lantai atas sedangkan teman-temannya membereskan yang di bawah.
“Tujuanku kamu, kamu yang harus mati di tanganku” Ucap Khalisa dengan mata dingin sedingin es kutub yang keras.
Hati Khalisa taka da lagi belas kasih untuk siapa pun yang sudah membuat teman-temannya menderita. Aura seorang pembunuh sedang menguasai dirinya.
Dor … Dor … Dor …
Beberapa tembakan mengarah kepada Khalisa, untungnya dia sudah berlatih keras di dalam sel. Dia bukan anak manja apalagi peliharaan, Khalisa melompot dan menghindar dengan cepat. Kemudian melakukan penyerangan dengan dua pistol di tangannya.
Dor … Dor … Dor …
Seketika orang-orang itu mati terbunuh olehnya, Tak boleh ada yang tersisa, dia menghabisi siapa pun yang ada di depannya.
Braaak …
Khalisa masuk ke sebuah ruangan, tepatnya ruangan milik pemimpin tempat itu.
“Siapa kamu berani sekali masuk ke rauanganku ?”
“Aku malaikat pencabut nyawamu, sudah saatnya kamu di adili” Jawab Khalisa dengan tatapan tajam, tangannya memegang dua pistol tubuhnya bersimbah darah.
“Hahahahaha, anak kecil kamu hanya bisa bermimpi” Pekiknya
Khalisa maju ke depan, tiba-tiba beberapa benda tajam keluar dari dinding kanan dan kirinya. Benda-benda tajam itu mengarah padanya dengan cepat, untung mata Khalisa setajam elang dengan cepatnya dia melompat meski tak bisa terhindari benda tajam itu mengenai lengannya.
Sreeet …
“Awsss” Rintih Khalisa, lengannya tersayat
Namun itu todak menghalangi niatnya untuk menyerang, dia langsung menggunakan pistol itu untuk menembak.
Dor … Dor … Dor …
Khalisa melayangkan tembakan ke arah laki-laki dengan setelan jas hitam, laki-laki berambut botak yang tampak sangar.
Dor … Dor … Dor …
Terjadi tembak menembak antara keduanya, mereka menyerang dan bertahan di ruang kerja yang cukup besar itu, hingga peluru di pistol keduanya habis tak tersisa.
“Sial pelurunya habis” Umpatnya
Khalisa tersenyum licik, mati atau hidup bukan lagi tujuan hidupnya tapi hanya kebebasan untuk teman-temannya itu tujuannya sekarang.
“Kamu takut mati ?” Tanya Khalisa, matanya memerah
“Aku mana takut mati dengan anak kemaren sore” Jawabnya
Khalisa terdiam, dia mengeluarkan tulangdari dalam bajunya lalu menyerang ke depan.
Sreeet … Sreeet … Sreeet …
Tanpa menunggu orang itu menyadari lebih dulu, Khalisa sudah menyayat tubuhnya beberapa kali.
“Kamu ?” Orang itu terkejut dengan pergerakan cepat Khalisa
“Aku sudah berlatih sangat lama untuk menyambut hari ini, kamu akan mati di tanganku” Ucap Khalisa
Mulut orang itu mengeluarkan darah, baru dia ingin menoleh ke arah Khalisa yang berdiri di sampingnya.
Cleb …
Sebuah tusukan menancap di lehernya, darahnya muncrat dengan deras dari leher yang tertusuk hingga mengenai tubuh Khalisa. Tubuh Khalisa bersimbah darah.
Bruuuk …
Orang itu mati, tergeletak di bawah begitu saja sedangkan Khalisa tertawa menakutkan karena perjauangannya kali ini berhasil dan berakhir.
“Hahahaha” Tawa Khalisa seperti kegelapan yang emneyelimutinya
Khalisa berjalan tertatih-tatih keluar dari ruangan itu, bajunya penuh dengan darah. Tatapannya dingin dan kosong, penuh kehampaan. Dia berjalan mengingat semuanya telah pergi dari hidupnya.
“Abi, uma, Akhenda, teman-teman aku rindu” Batin Khalisa, jauh di relung hatinya Kharisa mersa kesepian dan merindukan kehangatan. Dia sekarang menjadi mesin pembunuh tanpa ampun.
“Hore ! hore ! kita bebas” Semua bersorak, Khalisa menelpon kantor polisi. Dia ingin teman-temannya aman.
*****
Dua bulan kemudian Khalisa hanya diam di dalam sel penjara, dia sudah seperti patung tak bernyawa. Psikilogisnya terganggu, tidak ada yang bisa berbicara dengannya sampai suatu hari kyai Rozak menemuinya dan Khalisa mulai bisa di ajak bicara.
“Aku ingin teman-temanku aman” Ucap Khalisa
“Teman-teman kamu sudah di tangani oleh pemerintah, mereka bersekolah dan tinggal di yayasan” Jawab Kyai Rozak yang dibalas dengan senyuman tipis
Kyai Rozak rutin membesuk Khalisa, dia mulai belajar ilmu agama. Suatu hari, seorang mafia besar datang berkunjunginya di penjara.
“Kamu sudah membunuh anak buahku Khalisa” Ucapnya
“Lalu kamu ingin membunuhku ?” Tanya Khalisa, menatap laki-laki yang ada di depannya
“Aku ingin memberikan sebuah penawaran besar untuk kamu” Jawabnya
Khalisa hanya diam …
“Ikut aku, atau semua teman-teman kamu mati khususnya Ruby” Ancam laki-laki itu
Mendengar itu tangan Khalisa mengepal, perjuangannya belum berakhir. Mafia itu ancaman untuknya dan teman-temannya.
“Ruby ada di tanganku, begitu juga teman-temanmu yang lainnya dalam pengawasanku” Ucapnya lagi
“Aku akan ikut kamu” Jawab Khalisa dengan tegas, dia tidak takut sedikit pun
*****
Dari hari itu Khalisa di bawa oleh mafia it uke markasnya, Khalisa mengenakan pakaian hitam. Dia perpaksa harus bergabung, mau tak mau demi keselamatan teman-temannya di Yayasan.
“Ini kerjaan bisnisku, aku ingin kamu menjadi penerusku” Ucapnya
Khalisa hanya diam, pada waktunya dia akan menjadi mesin pembunuh untuknya. Dia tidak akan memaafkan siapa pun yang mengganggu orang-orang yang di cintainya.
Selama dua tahun Khalisa berlatih dan mengerjakan banyak tugas dari sang mafia, dia menjadi tangan kanan mafia kejam dan sadis itu. Khalisa menunggu dimana dia memiliki kekuatan untuk melumpuhkan mereka semua.
#Akan sampai kapankah Khalisa menajdi tangan kanan mafia itu ?#
#Dan apa taktiknya untuk bebas darinya ?#