Ayah Anakku

Ayah Anakku (6)

" Semua masih sama. Tidak banyak yang berubah,"Kiara memindai rumah yang dulu ia tempati saat hamil Aksa.

Perlahan ia membuka tirai jendela dan mematikan lampu. Biasanya Bi Hana yang melakukan itu semua sebagai bagian dari tugasnya menjaga rumah itu.

Namun, pagi ini Kiara yang melakukannya. Kemarin, ia akhirnya menginap di rumah Bi Hana atas permintaan Bi Hana dan suaminya.

Deg

" Foto ini? Sejak kapan?," Kiara memandangi Foto pernikahannya dengan Bayu. Pernikahan sederhana itu ternyata ada dokumentasinya.

Sudut bibirnya terangkat. Ia memandangi wajah Bayu. " Anda memang sangat tampan, Pak Bayu," gumamnya. Lalu ia menggelengkan kepalanya. Bisa-bisanya ia mengagumi suaminya itu.

Keyakinannya akan status pernikahannya semakin kuat saat Bi Hana menjelaskan bahwa pernikahan mereka sudah di daftarkan.

Kakinya melangkah menuju kamar utama yang ada di lantai dua.

Ceklek

Kiara menutup mulutnya tak percaya. Dinding yang dulu kosong itu kini penuh dengan foto dirinya.

" Bibi tidak bohong ternyata," ucapnya pelan.

Semalam memang Bi Hana mengatakan perubahan yang ada di rumah itu. Selain kosong tak berpenghuni, dindingnya penuh dengan foto Kiara.

Kiara hanya terkekeh karena tidak percaya. Tapi, kenyataannya kini jelas di depan mata.

" Hufthh.. Sepertinya aku istirahat dulu saja. Siang nanti baru aku keluar untuk mencari makanan,"

Kiara yang lelah merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Ia akan mengistirahatkan tubuhnya. ia tidur larut malam karena terlalu antusias bercerita dengan Bi Hana dan suaminya. Juga melakukan panggilan video dengan Aksara sebelum tidur.

Sementara di kantor, Bayu hanya menatap kosong laki-laki yang sedang menjelaskan laporan padanya.

" Tuan..." panggil asistennya menyadarkan Bayu dari lamunannya.

Berkali-kali Chandra melihat atasan nya hanya melamun saat kepala divisi menjelaskan laporan bulan ini.

" Rapatnya di lanjutkan besok." Bayu melangkahkan kakinya meninggalkan ruang rapat.

Chandra mengangguk saja. Kalaupun dilanjutkan Bayu tidak akan fokus.

Ceklek

Bayu menjatuhkan pant@tnya di atas sofa. Menengadahkan kepala, tangan nya memijit pelipis.

" Kiara. Kenapa sejak aku tahu wanita itu adalah kamu aku malah semakin tidak bisa tidur nyenyak," gumamnya.

Ting

Sebuah pesan masuk ke ponselnya. Pesan dari orang suruhannya yang mencari informasi tentang Kiara.

Bayu tersentak membaca pesan itu.

.

.

" Mommy, Kapan kita menemui Daddy? Kenapa kita hanya boleh melihatnya dari jauh?," tanya seorang anak perempuan penasaran.

" Kakekmu tidak menyukaimu. Dia melarang Daddy mu untuk berhubungan dengan kita." Jelas Yumna pada sang putri. Jawaban yang sama setiap sang putri menanyakan alasan kenapa tidak bisa menemui ayahnya. Ayah kandungnya.

" Kenapa kakek membenciku hanya karena aku perempuan?. Memangnya kenapa kalau aku tidak terlahir menjadi laki-laki?,"

" Karena anak laki-laki akan menjadi penerus perusahaan. Sementara anak perempuan akan berakhir di rumah. Mengurus suaminya," jelas Yumna lagi.

" Kakek jahat. Padahal aku juga bisa jadi pemimpin perusahaan," kebencian terlihat dari sorot matanya.

" Ya, kakek memang jahat. Tapi, Daddy mu tidak,"

Yumna yang memiliki kebencian pada Galih membuat cerita fiksi yang ia ulang berkali-kali hingga tertanam di pikiran sang putri bahwa Galih itu jahat.

Bahkan ia seolah men-cuc1 otak anaknya hingga sampai detik ini ia percaya bahwa Bayu adalah ayahnya.

" Kalau Daddy tidak jahat, harusnya dia mau bersama kita walaupun Grandpa melarang."

Yumna mengerutkan keningnya. Biasanya Shera tidak menanyakan hal ini. Ia memang sangat kritis untuk anak seusianya. Tapi, biasanya obrolan akan berakhir dengan kesimpulan bahwa ayahnya baik dan kakeknya jahat.

" Kan Mommy sudah bilang, kalau Daddy memilih kita, kita tidak akan hidup enak seperti ini," ucapnya lagi.

Brakkk

" Kebohongan apa lagi yang kamu buat?," tanya Arnold.

Yumna hanya menggelengkan kepalanya.

" Papi.. Kenapa membuatku terkejut," omel Shera pada laki-laki yang membuatnya terperanjat barusan.

" Maaf, sayang." Arnold mengusap kepala putrinya. Gadis kecil itu hanya mengangguk saja.

Kata-kata ketusnya hanya berlaku untuk Yumna, tidak untuk Shera.

" Shera dengar, ayah kandung mu bukan Laki-laki yang selalu mommy mu ceritakan. Papi adalah ayah kandungmu," tak lelah ia mengatakan kebenaran itu.

Kebenaran yang selalu di putar balikkan oleh Yumna.

" Tapi, Papi dan Mommy menikah setelah aku lahir. Dan sebelumnya Mommy menikah dengan Daddy. Jadi, harusnya aku anak Daddy. Miss Yulia bilang, aku lahir karena aku punya ayah dan ibu. Aku juga ada di perut mommy sembilan bulan. Jadi, papi belum jadi suami mommy saat itu kan?,"

Arnold hanya menghela nafas. Menghadapi putri kecilnya yang pintar ternyata sulit. Apalagi Yumna selalu memberikan cerita palsu pada Shera.

" Kalau kamu sudah besar, kamu akan mengerti," jawab Arnold.

Kesalahan terbesarnya adalah berhubungan dengan wanita seperti Yumna. Jika boleh memilih, ia lebih suka hanya mengambil Shera dan membesarkannya sendiri tanpa Yumna. Tapi, Shera sudah sangat bergantung pada Yumna.

Sejujurnya, sebagai seorang ibu Yumna adalah ibu yang baik. Hanya saja ia membuat Shera menjadi alat untuk menggapai ambisinya.

" Sekarang ke kamar ya. mandi dan ganti baju, Papi ingin mengajakmu ke pasar malam,"

" Yeay pasar malam!!!," teriaknya antusias langsung berlari ke kamarnya.

" Berhenti mengatakan kebohongan itu," tatapan tajam menghunus ke arah Yumna.

Yumna hanya mengedikkan bahunya tak peduli. Selama Shera memihak padanya, Arnold tidak akan melakukan apapun. Karena Arnold sangat menyayangi Shera.

" Jangan membuat posisiku sulit. Pikirkan dampak yang bisa terjadi jika kamu terus mengganggu keluarga Yudhistira." kesal Arnold pergi meninggalkan Yumna begitu saja. Berlama-lama disana hanya akan membuatnya tambah emosi. Yumna tak pernah mengindahkan peringatan nya.

.

.

Menjelang sore, Kiara keluar rumah. Saking lelahnya, ia kembali tidur setelah melaksanakan sholat Dzuhur.

" Tidak di kunci, pak," ucap sang supir sesudah membuka pintu gerbang.

Mobil yang di tumpangi Bayu masuk ke halaman rumah sesaat setelah Kiara pergi.

" Apa ada yang masuk?,"

" Sepertinya orang yang menjaga rumah ini." tebak Sang supir. Seperti halnya Bayu, sang supir juga yakin rumah itu ada yang mengurus karena masih terjaga kebersihannya.

" Mungkin saja,". jawab Bayu singkat. "Kamu pulanglah. besok pagi jemput saya lagi,"

" Baik, tuan,"

Bayu masuk ke dalam setelah membuka pintu dengan kunci yang ia dapatkan dari orang suruhannya. Jangan tanya bagaimana ia mendapatkan kunci itu.

Deg

Sama seperti Kiara, Bayu pun terkejut saat melihat foto yang terpajang di dinding.

" Ini..." ucapnya perlahan melangkahkan kakinya ke hadapan foto itu.

"Menikahlah denganku dan lahirkan anak untukku. Maka aku akan membayarkan semua biaya pengobatan Bibi,"

" Tapi,...'

" Aku tidak akan menyentuhmu. kamu tenang saja. Kita akan melakukannya dengan proses inseminasi," ucap Bayu lagi.

" Ya, jangan berharap suamiku akan menyentuhmu.."

Tiba-tiba sekeping ingatan mulai kembali. Saat dimana ia melakukan negosiasi pernikahan dengan Kiara.

Brakkk

.

.

TBC