NovelToon NovelToon
RED FLAG

RED FLAG

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda
Popularitas:10k
Nilai: 5
Nama Author: Eva Rosita

"Kita putus!"

"putus?"

"ya. aku mau kita menjadi asing. semoga kita bisa menemukan kebahagiaan sendiri-sendiri. aku pergi,"

"Silahkan pergi. tapi selangkah saja kamu melewati pintu itu ... detik itu juga kamu akan melihat gambar tubuh indahmu dimana-mana,"

"brengsek!"

"ya. itu aku, Sayang ..."


***

Bagai madu dan racun, itulah yang dirasakan Eva Rosiana ketika jatuh dalam pesona Januar Handitama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eva Rosita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

06

"Suka ya lo sama temen gue?" todong Budi langsung.

Semenjak memperkenalkan Janu ke Eva, Budi sangat tahu apa arti tatapan temannya itu. Gelagatnya sudah menunjukkan kalau Janu itu tertarik ke Eva. Mungkin oranhg lain tidak tahu, tapi Budi dan Evan tidak bisa dibohongi.

"Kalau kata gue sih iya, Bud!" itu sahutan dari Evan.

Saat ini tiga cowok itu tinggal di kantin setelah Eva dan yang lain pergi. Masih ingin nongkrong sambil nyebat.

"Lo juga pernah pasti suka dia?" balik serang Janu santai. Mengarah ke Budi lebih tepatnya serangan itu.

Dan Budi tidak akan mengelak, kepalanya memberi anggukan sebagai jawaban untuk Janu. "Cowok mana yang kagak demen tuh cewek?" Janu menyeringai mendengarnya. "Eva tuh keren, punya pesona sendiri. Mandiri, kagak menye-menye, pinter, fisik juga oke. Punya senyum yang manis pula," lanjut Budi memuji temannya.

"Terus kenapa kagak lo pacari? Ditolak?" seru Evan.

Budi menggeleng, "kagak lah anjir! Jauh amat ditolak, dia tau perasaan gue aja kagak!" seru Budi, "setelah gue kenal dia lebih deket, gue lbih milih mundur sih. Alon-alon ngilangin perasaan suka. Gue lebih milih jadi sohibnya ajalah,"

"Kenapa?" cetus Janu setelah menekan putung rokoknya ke asbak. Memperhatikan penuh ke Budi, tertarik dengan kelanjutan ceritanya Budi.

"Cewek kalajengking dia bruh! Pesonanya kuat, tapi menakutkan!"

Bukan Budi percaya dengan ramalan atau kata kata zodiak yang bersliweran di fyp toktoknya. Tapi setelah ditelaah sikapnya Eva itu memang sama seperti cewek cewek yang digambarkan pemilik zodiak scorpio itu.

"Instingnya kuat. Keliatan kalem dan polos, belagak begok. Tapi sekali bertindak, suhu aja sungkem sama tuh anak!"

Seperti sungai yang alirannya tenang. Eva selalu bisa mengendalikan emosinya, tapi sekali bergerak akan bisa menghanyutkan. Mulutnya juga tajam jika berbicara.

Itu terbukti dari banyaknya musuh yang ingin menjatuhkan, membully dan menyudutkan Eva. Namun gadis itu seperti tak punya rasa takut sama sekali, dia selalu tahu kelemahan musuhnya. Satu kali serangan saja bisa membuat musuhnya kicep.

Budi dan kawan-kawan saksinya.

"Scorpio itu punya jiwa intel yang kuat kagak sih?" celetuk Evan yang langsung di angguki Budi.

"Bener banget!" serunya.

"Menarik. Semakin tertarik gue sama temen lo!"

Budi dan Evan kompak menoleh ke Janu yang masih santai. Tapi bibir cowok itu sudah tersenyum tipis.

"Kalau lo cuma mau main-main, mending jangan bro. Gini-gini gue udah anggep dia adek," setelah memastikan perasaan sukanya hilang, Budi sudah menganggap Eva itu adiknya. Lagian Budi juga sudah jatuh hati ke gadis kalem yang merupakan teman Eva sendiri.

"Kagak ada yang mau main-main juga. Gue emang beneran suka sama temen lo," ya, Janu memang akui itu. Dia bukan hanya tertarik, tapi sudah menyukai gadis itu sejak pertama bertemu.

"Serah lo sih. Asal bisa aja dapetin hatinya!" bukan mengejek. Tapi Budi tahu gadis itu susah tertarik ke lawan jenis. Terlebih lagi si Eva itu ada hubungan tak kasat mata dengan Ari, setahu Budi begitu.

"Apa yang nggak bisa gue dapet, Bud?"

Kalau Janu sudah kekeh begini si Budi dan Evan juga kicep dan angkat tangan. Cowok bertato itu punya ambisi besar jika ingin mendapatkan sesuatu, didukung juga dengan powernya yang tidak main-main.

Janu bukan anak orang sembarangan. Sedikit yang tahu jika cowok bertato yang terkesan urakan itu anak dari konglomerat di negara ini.

Selama ini tak satu pun yang dia inginkan tak bisa dia dapatkan. Kecuali satu, keluarga.

***

Pulang dari kampus, Eva menghempaskan tubuhnya ke kasur yang tak seberapa empuk tapi lumayan bikin nyaman. Kasur yang menjadi saksi bisu dimana gadis malang ini mencurahkan nasibnya.

Ada yang bilang kehidupan manusia itu seperti roda berputar. Tak selamanya di atas dan tak selamanya dibawah. Tapi kok semakin kesini, hidupnya semakin kesana. Kesana yang terus ada dibawah.

"Haah. Hidup, kalau ndak kerja pasti dikerjain," monolognya.

Dalam otaknya berpikir keras bagaimana caranya mendapat uang untuk bisa membantu Ibu dikampung. Ingin abai tapi tak sampai hati jika mengingat wajah sedih Ibunya, yang padahal dia sendiri tidak tahu apakah si Ibu memikirkannya juga.

Tangan meraba ke dalam tas, mencari dimana ponsel android keluaran lama miliknya. "Kocak banget hidup. Tinggal udah di Jakarta. Bahasa udah lo-gue. Kuliah di kampus beken. Nih ponsel kenapa kagak ikut upgrade ya?" menatap miris benda pintar yang sudah lumayan lemot. Ponsel paling beda di antara teman-temannya.

Yang lain sudah berboba bahkan sudah sampai pro max pro max-an, eh punya Eva masih aja itu.

Mencari kontak yang ia beri nama Rena, salah satu temannya yang sudah naik level karena menjadi bayi gula.

Me : Ren, cariin kerjaan apa aja asal halal. Urgent.

Send.

Pesan centang dua tapi masih abu, mungkin penerima pesan sedang asik karaokean sama Papa gulanya. Hanya Rena yang bisa menolong Eva disaat genting begini, karena gadis itu sudah seperti telkemsol yang jaringannya luas. Eva sering mendapat jon sebagai spg freelance atau yang lain dari Rena.

Ternyata sepuluh menit kemudian pesannya dibalas oleh Rena. Mengatakan jika kebetulan sekali seminggu dimulai dari besok ada job sebagai spg pameran mobil mewah.

Tak pakai hompimpa homgambreng, Eva langsung menyetujui tawaran dari Rena. Sekarang tinggal menghubungi Budi untuk meminta cuti seminggu. Enaknya kerja ikut sahabat ya begini, seenak dengkul minta cuti.

Eva mendesah lelah, baru saja dapat info kerja dan belum dapat duitnya. Tapi nama si Ibu kos sudah menari nari dilayar ponselnya. Eva jadi curiga kalau Ibu kosnya ini punya indra penciuman yang tajam masalah duit.

"Dek, mulai bulan depan harga kos naik ya?"

Kurang lebih itu isi panggilan suara dari Ibu kosnya tadi.

"Ya Allah. Begini banget nasib!" keluhnya.

Ada satu lagi yang Eva harus hubungi, si Haris. Sebagai marketing geiliya nya Eva saat menjadi joki tugas kampus. Sebenarnya ini sangat dilarang, beasiswa Eva bisa dicabut jika sampai ketahuan.

Dan pekerjaan ilegal ini dia lakukan jika mendesak saja. Untungnya si Haris ini pandai menjadi black marketnya Eva.

"Manusia begini terus hidupnya. Sudah bisa ditebak. Yang miskin ingin cepat kaya. Sedangkan yang kaya ... ya semakin ingin tambah kaya," tertawa kecut sambil melangkah gontai masuk kamar mandi yang seuprit. Dia butuh guyuran air sebelum mengistirahatkan badannya sejenak.

Usai mandi, Eva benar-benar merealisasikan rencana tidurnya. Bangun-bangun sudah jam 5. Langsung siap-siap untuk pergi ke cafe Budi.

Sebenarnya masih ada waktu banyak, tapi Eva ingin menggunakan waktunya mengerjakan tugas di cafe sebelum jam nya manggung.

"Janu?" kagetnya melihat keberadaan Janu yang nangkring di atas motos sport warna putih.

"Hai," sapa Janu. Turun dari atas motor dan menghampiri Eva yang ada di teras kamarnya.

"Lo ngapain disini?"

"Balikin motornya Ajeng," jawabnya, "tadi gue bawa temen. Tapi langsung pergi tadi karena ada urusan mendadak," lanjutnya memberitahu karena gadis di depannya ini menatapnya dengan bingung.

"Oh, gitu. Btw, thanks ya, udah bantuin. Jadi habis berapa nih?" sekalipun ada orang dalam, tidak mungkin tidak menggunakan yang namanya uang. Apa lagi motor Ajeng bisa keluar tanpa sidang, pasti salam tempelnya lumayan.

"Nggak pakai duit kok itu. Santai aja," sahut Janu santai yang mengerti maksud ucapan Eva, "lo mau kemana?"

"Duh, jadi nggak enak nih gue,"

"Mau gue enakin?"

"Lambemu!"

"Canda,"

Detik selanjutnya dua anak manusia itu tertawa. Menertawakan sesuatu yang tidak ada lucunya sebenarnya.

"Lo mau pergi?" tanya Janu lagi karena Eva belum menjawab pertanyannya yang ini.

"Hem,"

"Ayo. Bareng gue aja,"

"Emang lo mau kemana?"

Janu mengedikkan bahu karena dia sendiri juga tidak tahu. Niatnya kesini ya karena ingin bertemu dengan Eva.

"Nggak tau. Ikut lo aja boleh nggak?"

Eva menyipitkan matanya, menatap cowok bertato yang rambut bagian depannya di ikat kebelakang. Sungguh, Eva tak bohong jika itu cowok sangat keren sekali.

"Gue mau cari makan. Terus ke cafe Budi," Eva mengatakan tujuannya keluar karena tadi Janu bilang akan memgikutinya.

Janu mengangguk, "ayo!" tanpa menunggu Eva, Janu menghampiri motornya. Memakai helmnya, lalu menyerahkan satu helm lagi ke Eva.

"Lo bawa dua helm?"

"Sengaja bawa buat lo," enteng sekali Janu mengatakannya tak peduli dengan wajahnya Eva yang semakin bingung.

Meskipun bingung, Eva tetap memakainya. Entah lah apa tujuan Janu ini, mungkin dia suka padanya? batin Eva.

Bukannya kepedean, tapi Eva itu peka dengan perlakuan Janu terhadapnya. Bantuan-bantuan kecil dan tatapan cowok itu sudah ia tangkap gelagatnya.

"Aneh, lo. Omongan lo bisa bikin gue geer tau, Jan!" Eva terkekeh setalah mengatakan itu. Sengaja ingin memancing, benar atau tidak prasangkanya.

"Geer yang gimana nih?" tangannya Janu terulur untuk membantu Eva mengaitkan helm sampai bunyi klik.

Ditatap dulu itu kedua mata Janu, dimana ada bola mata indah secoklat madu. Cowok ini penampilannya sangar, tapi matanya sangat indah.

Tak jauh beda dengan Eva, Janu pun menyambut kedatangan mata hitam gadis itu yang menatap matanya. Keduanya sama sama saling tatap dalam diam beberapa detik sampai Eva bersuara, "lo suka sama gue," mungkin yang ditangkap Janu itu jawaban Eva dari pertanyaannya. Tapi kalimat itu Eva yakini jika praduganya benar.

"Lo nggak geer, kok. Lo bener. Gue emang suka sama lo,"

See? Dipancing begitu Janu langsung confess. Tak salah Janu melukis tangan dan punggungnya dengan banyak gambar. Sangat sesuai dengan karakternya. Percaya diri dan berani.

"Tapi gue nggak suka sama lo, Jan," bohong, lebih tepatnya belum suka. Eva akui kok, dia cukup tertarik dengan cowok itu. Tapi entahlah, pikirannya masih terlalu mumet menanggapi cinta-cintaan.

Jika dengan begini Janu tak mau lagi berteman dengannya. Ya sudah.

Sering menemui orang yang mendekatinya dengan berawal dari kata ingin berteman, tapi setelah ditolak langsung menjauh dan menjadi asing.

Ya memang tidak ada salahnya sih, lagian mana ada orang yang setelah ditolak bisa baik-baik saja? Tapi justru itu yang membuat Eva malas berteman dengan orang baru, sudah enak-enak menjadi teman tapi ujung-ujungnya menjadi asing.

Kan kikuk rasanya.

Seperti nasibnya yang dua tahun lamanya menjadi cewek bego. Mau saja berteman dengan cowok yang dia sukai tanpa ada kepastian yang jelas. Cuma di iming-imingi dengan kalimat 'aku sayang kamu. Tapi kita tidak bisa pacaran'.

Cukup dirinya saja yang bego. Jangan sampai ada orang baru yang jadi bego karena dirinya.

"Tau gue," sungguh, tidak ada riak di wajah cowok keren bertato ini. Sangat santai sekali, "gue juga nggak nyuruh, lo, balik suka gue, kok,"

Kerutan tipis keluar di kening Eva, menatap Janu sedikit aneh. Cowok itu mengatakan dengan jujur atau hanya pandai mengendalikan diri.

"Bener nih? Ntar jadi asing lagi," cibir Eva.

"Mulai tertarik ya lo, sama gue?"

"Sialan lo!"

Dua anak manusia yang hidupnya sama-sama rumit itu kompak tertawa lagi. Sepertinya Janu dan Eva ini sama. Sama-sama gila anaknya. Tidak ada basa basi atau sungkan-sungkannya sama sekali.

"Lo keberatan apa enggak. Kalau gue suka sama lo?" Janu tanya begitu tidak ada romantis-romantisnya. Dan terkesan menanyakan tugas, alih-alih membahas tentang perasaan.

"Itu hak lo, Jan," jawabnya sambil mengedikkan bahu.

Tentang perasaan itu tidak bisa di atur mau berlabuh kepada siapa. Eva tidak bisa melarang jika ada yang menyukainya. Itu hak mereka. Dan masalah hati itu tidak bisa dipaksakan.

"Okey," Janu mengangguk santai, "kalo nanti lo udah suka sama gue. Bilang ya?"

Eva mendengus geli. Selain tampan, kaya, keren, pemberani. Ternyata itu cowok pedenya juga besar. "Menarik juga ya?" sarkas Eva.

"Gue aminin deh paling kenceng,"

"Hahaha," setidaknya kehadiran Janu bisa sedikit mengurangi setresnya Eva.

Tak menyangka sekali ternyata Janu itu orangnya asik juga. Bisa bercanda. Tak semenyeramkam penampilannya.

Motor Janu mulai meninggalkan lingkungan tempat kos Eva. Laju motornya masih normal karena jalan yang dilewati masih dalam lingkup padat penduduk. Barulah setelah bertemu jalan raya, Janu mulai menarik tuas gasnya dengan kencang.

Derum motor besar itu menggelegar suaranya. Memecah dan membuat risih para pengendara motor yang lain. Belum lagi kondisi jalan yang macet karena bentrok dengan para manusia yang baru pulang kerja.

Eva mah diam saja. Duduk anteng dan menikmati skill cowok bertato itu dalam mengoprasikan kuda mesinnya itu.

"Jan! Polisi, Jan!" heboh Eva menepuk pundak Janu berkali kali.

Ada polisi dibelakang yang terus menekan klakson, seperti memberi perintah untuk Janu memberhentikan kendaraannya.

Lagian itu anak ugal-ugalan. Ya kali polisinya nggak gedeg.

"Pegangan!" titah Janu.

Eva menurut. Kedua tangannya memeluk perut Janu erat, tahu jika Janu akan semakin ngebut.

"Sialan lo, Jan. Haha ..." maki Eva yang malah tambah ngakak. Ini posisi mereka sudah mirip penjahat yang dikejar kejar sama polisi.

Perasaan Eva campur aduk. Ada euforia sendiri rasanya main kejar kejaran begini. Padahal kalo ketangkep bisa kena pentung sama polisi, pikirnya.

"Jan. Makin deket, Jan!" kepalanya Eva tidak berhenti menoleh ke belakang, dimana polisi itu mengejar mereka menggunakan motor juga.

Yakin ini mah, si lambung bakalan berontak bentar lagi. Perut dalam kondisi laper belum ke isi nasi, sama Janu malah di ajak makan angin.

Janu tak menggubris ocehan Eva, matanya sesekali melirik spion. Fokusnya mencari cela di jalan. Hujanan klakson dan makian pun Janu dapatkan dari pengendara lain.

Bibir Janu tersenyum dibalik helm teropongnya saat mendengar tawa Eva. Bisa-bisanya dia menyukai gadis gila yang bukannya takut dalam kondisi begini, malah haha hihi dibelakang.

Motornya masuk gang, jalan kecil seperti jalan tikus. Belok sana belok sini sampai akhirnya dirasa aman, Janu mulai mengurangi kecepatan lajunya.

Sebenarnya dengan kuasa si Bapak, Janu bisa kok lepas dari polisi itu saat tertangkap. Tapi dia memilih kabur karena menyukai tantangan, terlebih gadis dibelakangnya ini juga menikmati aksi tadi.

"Gila. Seru banget, anjir!" seru Eva. Nafasnya berhembus lega karena merasa aman. Polisi sudah tak terlihat lagi sedari tadi, "tapi gue laper, Jan. Bisa huek huek ini mah, kalo nggak cepet di isi nasi,"

Kebetulan sekali di depan sana ada warung makan. Janu berhenti dan memakirkan motornya.

"Lo okey kan?" tanya Janu. Ujung rambut gadis itu yang belakang sudah acak adul karena tarung dengan angin.

"Okey, kok!" jawab Eva, "yuk ah, masuk. Laper gue!" ajaknya menggeret tangan Janu.

Janu bibirnya tersenyum tipis, gadis ini memang tak ada jaim jaimnya seperti cewek-cewek lain yang sering ia temui. Tapi tak apa, Janu suka. Semakin suka malah.

1
Nia Arizani
seruuuu banget,, doble up dong thor😍
Ita Retno
gokil si ipe👏👏💪🔥
Ita Retno
dari cerita Ajeng jd tau cerita Eva👍❤️🔥
tati hartati
benar pasangan yg cocok sama emosian
Novita Ambarwanti
Thor lupa ya ada kontrakan disini 🫠
eva rositadewi: `nggak lupa. tapi pikun. hoho
total 1 replies
Vtree Bona
haha Eva di lawan
Vtree Bona
duh kemana aja kak thor
Arumi Putri
di lanjut gak nih padahal novel nya bagus loh
Arz Kaf
ya ampun kasiang juga si eva berarti yg masih beruntung hanya ajeng ya disayang mama dewi walau tiap hari ribut berdebat masalh yg gak genah tapi eva ternyata selalu dibedakan 😌😌va knapa nasibmu ngenes sih ga punya ibu tapi pilih kasih 😭
Arz Kaf
awasin ya di ipe ntar ada yg nyelakain kan repot apa perlu si bang janu yg jagain eva 🤭
Arz Kaf
gegara si janu nih terlalu seksih jadi baca kesini eh ternyata si markojeng teman nya si ipe toh😁😁😁
Safa
belum up lagi kah ?
anak meong
kaya nya memang ga di lanjut lagi sih cerita ini..
Aleea24
kereen siih ini novel.. semangat terus kaa...😊😍
Anonymous
nah uda keliatan ni red flag nya si januu
Rica Eldagita
akhirnya kesini juga 😊
anak meong
kak kata gw emang kurang panjang ih 😭😭
kak kenapa ga di fizo aja sih novel ini..
Anonymous: nah iyaaa. kenapa gak di pijo ajaa 😭😭😭
total 1 replies
Sri Wahyuni
bagus banget
Novia Herlina
Ho'oh...
Anonymous
aku nebak2 judul dan dimana letak red flag nya si Janu. Sejauh ini dia manis, tapi kayaknya dia bakal pecemburu bgttt Krn kecintaan atau bahkan seobses ituu sama si Eva. thorrr, makasih ya Uda up
✨litlestar🌟: belum kali kak ini kan masih awal, biasanya kan manis2 dulu
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!