NovelToon NovelToon
Antasena Pendekar Tanpa Tanding

Antasena Pendekar Tanpa Tanding

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Spiritual / Perperangan / Ilmu Kanuragan / Kultivasi Modern / Penyelamat
Popularitas:6.9k
Nilai: 5
Nama Author: kelana syair( BE)

Pengembaraan seorang pendekar muda yang mencari para pembunuh kedua orang tuanya.Ia berkelana dari satu tempat ketempat lain.Dalam perjalanannya itu ia menemui berbagai masalah hingga membuat dirinya menjadi sasaran pembunuhan dari suatu perguruan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kelana syair( BE), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

berlatih di hutan bag 2

"Baiklah akan aku coba seperti yang ibu katakan tadi,"jawab Antasena.

Antasena lalu berkonsentrasi dan mengambil ancang-ancang sebaik mungkin sebelum melemparkan pisau itu.Setelah merasa yakin dan mantap, ia lalu melemparkannya pisau itu weeees....! Pisau itu meluncur cepat menerobos semak semak dan akhirnya kreeeeees....! Pisau itu menancap pada sebuah pohon dan melenceng jauh dari sasaran.

Nyai hanya menggelengkan kepalanya melihat hasil lemparan Antasena itu.

"Ah,aku gagal ibu,"kata Antasena.Langsung berkelebat mengambil kembali pisaunya yang menancap di sebuah pohon.Setelah itu Antasena buru buru menghampiri ibunya.

"Ternyata tidak mudah ibu, padahal aku sudah melakukan sesuai petunjuk ibu tadi,"ucap Antasena.

"Kau terus latihan mu Antasena,kita akan pulang jika lemparan mu sudah bisa mengenai tumbuhan itu,"ucap Nyai Damah sambil menguliti kelinci tadi.

"Apakah ini latihan ibu?"tanya Antasena yang merasa curiga dengan kata-kata Nyai Damah tadi.

"Anggap saja begitu Antasena,"ucap Nyai Damah.

Antasena menepuk jidatnya mendengar jawaban dari Nyai Damah itu.Jika ini benar latihan berarti dirinya siap siap kena omelan dari ibunya itu.

"Ibu dan ayah ternyata sama saja,setiap pergi ke hutan ujung ujungnya pasti latihan,"ucap Antasena.

"Apa kamu tidak suka Antasena?"tanya Nyai Damah.

"Bukannya tidak suka ibu, kalau kita latihan seperti ini, apakah nanti kita tidak pulang terlambat ibu? kan tadi ibu berkata kalau kelinci itu untuk lauk buat ayah,"ucap Antasena.

"Sudah-sudah,kau jangan memikirkan sesuatu yang bukan menjadi tugasmu.Sebaiknya cepat lanjutkan latihan mu!"perintah Nyai Damah, dengan suara agak tinggi.

"Iya ibu,aku akan melanjutkan latihan ku,"ucap Antasena, ketika mendengar nada setengah marah dari ibunya.Antasena paling takut jika melihat kemarahan ibunya itu.

Antasena bergegas melanjutkan latihannya,ia melemparkan pisau itu ke arah tumbuh yang menjadi sasaran sasarannya.Lemparan yang Antasena lakukan itu tidak ada satupun yang dapatkan mengenai sasaran itu.Dia sudah bolak-balik mengambil pisau yang ia gunakan itu.

Tanpa terasa sudah dua puluh kali Antasena melakukan itu, namun tidak ada satupun dari lemparannya yang dapat mengenai target yang ditentukan oleh ibunya.

"Sebelum lemparan mu berhasil mengenai sasaran itu kita belum akan pulang Antasena,"ucap Nyai Damah.Sambil membuat api untuk membakar kelinci buruannya tadi setelah selesai mengulitinya.

"Susah sekali ibu, sudah berulang kali aku melakukannya tapi dan hasilnya ibu bisa lihat sendiri tadi,"ucap Antasena yang merasa kelelahan.

"Kan tadi ibu sudah bilang Antasena,selain menggunakan tenaga dalam, perasaan dan insting mu pun kau pakai juga.Aku lihat tadi kau hanya asal asalan saja melempar pisau itu,"ucap Nyai Damah dengan sedikit kesal terhadap Antasena.

Antasena menghela nafas panjang ia tahu kalau ibunya kini sedang kesal terhadapnya.Ia lebih memilih diam daripada ibunya bertambah marah seperti yang sudah sudah karena kebodohannya.

Nyai Damah kembali menggelengkan kepalanya melihat Antasena diam saja seperti patung batu.

"Antasena sekarang kau pegang kelinci ini biarkan ibu tunjukkan sekali lagi padamu.Jika masih saja tidak bisa,sebagai hukumannya kamu tangkap seratus kelinci di hutan ini ,"ucap Nyai Damah dengan perkataan yang cukup serius.

Antasena terbelalak mendengar ucapan ibunya yang terdengar mengerikan itu,ia tahu kalau yang diajarkan oleh ibunya itu pasti penting sekali sampai ia berkata seperti itu.

"Antasena kau perhatikan baik baik setiap gerakan yang akan ibu peragakan dan aku tidak akan mengulangi kedua kalinya,apa kau paham Antasena?"tanya Nyai Damah, dengan suara terdengar marah.

"iya ibu aku tidak akan melewatkan satupun setiap gerakan yang ibu tunjukkan,"ucap Antasena.

Nyai Damah mengangkat tangan kanannya setinggi bahu depan tatapan matanya tajam kedepan.Nyai Damah sesekali menggerakkan kepalanya untuk mendengarkan tiupan arah angin.Dan sesudah itu pisau pun ia lalu lemparkan weees...! pisau yang Nyai Damah lepaskan meluncur begitu cepat dengan membentuk garis lengkung menuju ke sasarannya.Lalu kress..! Tumbuhan yang dijadikan sasarannya tadi langsung terpotong bagian pucuknya.

"Bagaimana Antasena masing bilang sulit?"tanya Nyai Damah.Sambil menatap Antasena yang berdiri di belakangnya.

Antasena sangat kagum dengan keahlian ibunya itu, dalam jarak yang cukup jauh tapi bidikannya selalu saja tepat mengenai sasaran.

"Mmm... sedikit susah ibu tapi aku sudah mulai paham dengan cara caranya,"jawab Antasena.

"Apa yang kau pahami dari cara ku melemparkan tadi Antasena?"tanya Nyai Damah ingin tahu pemahaman yang Antasena peroleh.

"Ternyata kunci dari melempar pisau itu adalah mengutamakan ketenangan,kefokusan dan juga dipengaruhi oleh aliran angin di sekitar kita ini ibu,"ucap Antasena.

Nyai Damah tersenyum dan mengangguk angguk mendengar Antasena sudah mengetahui itu semua.Ia tahu Antasena adalah termasuk anak yang cerdas karena dapat langsung memahami setiap penjelasan yang diberikan.Walaupun terkadang sering membuat dirinya kesal.

'Kalau begitu apa yang kau tunggu Antasena cepat lakukan!"perintah Nyai Damah.

"Iya ibu,"jawab Antasena, kemudian menyerahkan kelinci itu kepada ibunya kembali.

Antasena lalu bersiap dengan berkonsentrasi penuh dengan bersikap setenang mungkin menirukan setiap gerakan yang Nyai Damah lakukan tadi.Antasena merasakan hembusan angin yang sedang bertiup di hutan itu, jika tiupan angin semakin besar berarti ia harus melemparnya kuat kuat untuk melawan hembusan angin itu.

Dengan keyakinan yang cukup tinggi Antasena pun melemparkan pisaunya itu ke arah tumbuhan yang dijadikan sasaran tadi.

Wuss...! Pisau itu meluncur begitu cepat dengan membentuk garis lengkung seperti lemparan Nyai Damah tadi.

1
Endri ALLIKA
lanjutkan Bosque 🙏🙏
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Waooow
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Yeaaah
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Waooow
Zainal Arifin
lanjutkan
Redy Ryan Little
Bagus
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Muantebz
ria
lanjutkan
ria
lanjutkan maju terus
ria
maju
ria
semangat
ria
lanjutkan
ria
mantap
ria
maju terus
ria
lanjutkan
yun
mantap semangat dan lanjutkan
yun
lngsung kam
yun
semangat
yun
maju terus
yun
lanjutkan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!